Rumput Tetangga

Ada yang bilang rumput tetangga selalu terlihat lebih hijau. Entah memang mata kita yang buta warna atau memang demikian adanya. Masalah dalam hidup ini ada banyak, entah kenapa sepertinya hidup orang lain terlihat lebih ‘mudah’ di bandingkan hidup kita. Tiap ada masalah secara tidak sadar kita akan bilang: Why God…why me? seakan akan dan seolah-olah hidup kita selalu dikasih bagian yang sulit-sulitnya sedangkan hidup orang lain terlihat selalu lebih mulus dan tiada masalah.

Hidup terasa tidak adil ketika kita melihat orang yang berkelebihan, cantik/ganteng, pinter, lulus cumlaude, dapat beasiswa kuliah di luar negeri, bekerja dengan gaji yang membuat dia lebih kaya lagi, lalu dapat pasangan dalam usia relatif muda, menikah dan punya 2 anak yang lucu-lucu (kelak anaknya inipun akan mengulang cerita sukses dari orangtuanya). Sementara kita mungkin dihadapkan pada masalah ga cantik/ganteng, hidup pas-pasan, lulus biasa saja, ga pinter, ga punya kerjaan, ga mudah dalam mendapatkan jodoh (mungkin karena terlalu banyak pilihan jadi bingung mau pilih yang mana, atau ya mungkin lambat dapat jodohnya). Atau kalau ga terlalu ekstrim seperti kasus kedua mungkin saja kita ada satu dari banyak masalah yang disebut orang ukuran kesuksesan.

Seperti seorang teman saya yang mengeluh karena didesak menikah oleh orangtuanya tapi belum merasa menemukan pria yang tepat (padahal saat ini bisa dihitung dia sudah dikenalkan dengan lebih dari 5 pria ‘ideal menurut ortu’. Ada aja yang kurang dari orang yang dikenalkan itu, lalu sekarang dia merasa pingin lari dari semua pria-pria yang dikenalkan itu dan mencari sendiri pria yang dia rasa cocok untuknya (walaupun dia juga ga tau kira-kira di mana dia akan bertemu pria itu). Lalu dia mengeluh melihat kehidupan teman-temannya yang sudah berumahtangga (padahal dia ga tau mungkin saja orang yang udah berumahtangga dan punya anak tapi ga punya duit cukup buat beli susu akan mengeluh juga, atau mungkin mengeluh karena ga bebas lagi lirik kanan kiri), atau dia mengeluh karena teman-temannya dia lihat lebih beruntung karena bisa menemukan sendiri pujaan hatinya (walaupun dia mungkin ga tau kalau teman-teman yang dia anggap beruntung itu juga punya banyak masalah dalam mewujudkan keinginan hati mereka), atau dia mengeluh karena melihat ada temannya yang kaya dan lebih mudah mendapatkan perhatian dari pria (walaupun mungkin dia ga tau temannya itu mendapat tekanan yang tak kalah hebat dari kekayaan orangtuanya itu). Dan sebagainya dan seterusnya.

Mungkin memang bukan rumputnya yang lebih hijau, tapi mata kita yang buta warna. Kalau menurut sepupu gue, kita harus terima kalau dalam hidup ini ada yang namanya nasi goreng rasa tai *maaf ini bukan bermaksud jorok*, kita pasti punya masalah, dan kita harus menghadapi masalah kita itu, mau masalah financial, jodoh, berteman, pekerjaan, dst dsb. Tetep aja kita harus melahap porsi nasi goreng kita itu sampai habis….atau kita akan kelimpahan nasi goreng tak enak berikutnya (ada aneka ragam nasi goreng tai, bisa tai kucing, tai kuda, tai ayam, dll).

Kalau menurut gue, bukan mata kita yang buta, tapi emang rumput itu macam-macam warnanya, dan tiap orang akan mendapatkan rumput sesuai dengan kesuburan dari lahan pekarangannya. Setiap orang akan mendapatkan masalah sesuai dengan kemampuan masing-masing. Ibaratnya kalau kita ujian mau naik level, waktu ujian kelas 6 SD dengan ujian 3 SMP atau SPMB tingkat kesulitannya pasti beda-beda. Nah tergantung kita udah sampe level mana. Tuhan kasih kita masalah/ujian sesuai dengan tingkatan kita yang mampu kita hadapi. Dan kalau kita berhasil lulus dari level itu, ujian berikutnya pasti lebih berat lagi. Selama kita ga lulus dengan ujian yang sama, kita harus mengulang berkali-kali dan belajar terus menerus sampai kita lulus dari ujian itu.

Jadi…kalau hari ini kamu merasa hidup tidak adil, pengen mengeluh dan merasa paling punya banyak masalah di dunia, itu sama saja dengan tidak mau menerima bahwa ujian sudah didepan mata dan ga mau mulai mengerjakan soal ujian itu. Hasilnya? kamu akan terus menerus dalam fase ‘ujian’. Kalau terus menerus begitu, jangankan naik level, bisa-bisa kamu turun kelas. Makanya jangan pernah berpikir bahwa rumput tetangga lebih hijau, tapi kejarlah supaya kadar mineral dalam tanah pekaranganmu bisa memberi warna hijau yang lebih baik dari warna hijau tetangga. Atau dengan kata lain, kejarlah supaya levelmu ga berhenti disitu saja, tapi bisa melewati level tetangga itu.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.