Elephant in the City

gajahBeberapa hari yang lalu, sepulang dari makan malam di dekat rumah, kami melihat gajah melenggang di jalan. Ada yang aneh dengan gajah ini, setiap berapa menit sekali dia akan diarahkan ke pinggir jalan, seolah-olah dia mau ikutan mesen makanan. Gue heran apa yang dilakukan gajah ditengah kota, cuma seekor lagi (sama pawangnya sih). Tempat kami rasaya cukup jauh dari Elephant Camp. Jangan-jangan gajahnya lagi olahraga ya makanya diajak jalan jauh? Ga ngerti juga sih karena bukan baru sekali ini kami melihat Gajah di dekat rumah kami.

Joe iseng merekam gajah ditengah kota ini. Joe berhasil melewati gajahnya dan kembali lagi untuk menjemput gue. Gue takut ngelomba gajahnya, soalnya duluuu sepupu gue pernah dicium kuda secara tiba-tiba, kalau di cium gajah kan lebih ga lucu lagi :P. Lagipula gajah ini bau. Jalan lama di belakang gajah terasa baunya, jadi inget baunya Elephant Camp :P, jadi ga tertarik sama sekali naik gajah.

Karena di blog ini masih belum bisa upload video dengan baik, untuk yang ingin melihat videonya bisa lihat di multiply gue yah.

Main Game itu bahaya!!!

Gak percaya? Coba baca berita-berita ini:

Nah, buat yang suka main game, hati-hati ya, jangan sampe membunuh atau dibunuh orang, dan tanyakan pada dirimu sendiri, berapa jam kamu kuat main game tanpa henti (hehehe, emangnya mau mecahin Guiness World record, orang yang paling lama main game sampai meninggal).

Menonton dan Membaca

Salah satu hobi saya adalah menonton film dan membaca buku cerita, dan saya suka keduanya. Hoby saya ini tidak unik, dan saya yakin ada jutaan orang lain di dunia ini yang hobinya sama dengan saya. Dari pengamatan teman-teman saya, kebanyakan orang hanya suka salah satu saja: menonton atau membaca. Ada orang yang akan menunggu dan melihat Harry Potter di Bioskop, tapi tidak mau membaca bukunya, dan sebaliknya ada orang yang tidak mau melihat film tertentu, karena merasa bahwa itu akan merusak imajinasi yang sudah dimiliki (sebagian lagi tetap menonton dengan tujuan untuk mencela bahwa filmnya tidak sebagus bukunya).

Di posting ini saya cuma ingin sekedar cerita, mengapa sebaiknya menonton dan membaca perlu diseimbangkan. Pertama, mari kita lihat perbedaan dalam kedua aktivitas ini. Oh iya, sebenarnya saya juga suka melihat film dokumenter, dan membaca buku sains, tapi sekarang saya cuma ingin membahas film dan buku cerita.
Lanjutkan membaca “Menonton dan Membaca”

Virtual Machine

Percaya nggak kalau semua sistem operasi ini diinstal dalam 1 mesin iMac yang sama menggunakan Virtual Machine (VMWare). Karena mesin yang digunakan memiliki memori hanya 2GB, gue ga bisa menjalankan semuanya sekaligus. Tapi menggunakan VMWare ini sudah sangat membantu daripada harus beli 5 mesin untuk menginstal semua sistem operasi ini.
XP 32 bit dan 64 bit vista 32 bit dan 64 bit Linux RedHat 32 bit

Oh ya, keuntungan menggunakan virtual machine ini adalah gue bisa punya 2 copy dari sistem operasi yang sama, lalu gue bisa menyimpan “backup” dari sistem operasi yang sudah diinstal untuk menghemat waktu instalasi dikemudian hari. Yang jelas proses instalasi sistem operasi diatas VMWare ini cukup mudah, setting LAN, Audio, USB port dan CD/DVD drive langsung ke detect juga. Cuma sayangnya belum pernah gue buktikan untuk main game 3D sejenis The Sims. Lanjutkan membaca “Virtual Machine”

Bioskop di Chiang Mai

Sejak di Bandung, kami hobi menonton film di Bioskop (ya iyalah masak di bioskop pijet :P). Dari dulu selalu mengeluh kalau harus antri sebelum nonton dan sering kecewa kalau udah capek ngantri tau-tau kehabisan tiket atau dapatnya duduk paling depan. Setiba di Chiang Mai, hobi berlanjut terus. Nonton di Bioskop di sini harganya lebih mahal daripada nonton di Bandung ataupun Jakarta, tapi ada hal lain yang lebih menyenangkan yang tidak ada di Bandung (setidaknya waktu masih di Bandung belum ada). Di sini, kami bisa memesan tiket secara online. Memang sih pilihan tempat duduknya terbatas, tapi ga terlalu depan dan cukup lah. Lanjutkan membaca “Bioskop di Chiang Mai”

Sony Portable Reader System PRS-500

Sony Portable Reader System PRS-500Ini adalah anggota baru keluarga gadget yang kumiliki. Meskipun sudah punya banyak PDA yang bisa dipakai untuk membaca ebook, aku tetap merasa lelah membaca di PDA. Layar LCD yang berwarna mengeluarkan cahaya yang membuat mata lelah. Tertarik dengan teknologi e-Ink yang dipakai di Sony Reader, maka aku membeli benda ini dari tawaran iklan di Internet. Aku kesulitan mencari benda ini di Thailand, dan bahkan nggak bisa pesan dari Amazon, katanya hanya bisa untuk alamat US (kalaupun bisa, pasti ongkos kirimnya sangat mahal). Kalau Anda punya duit ekstra, mungkin seri terbaru (PRS-505) akan lebih baik untuk Anda, tapi menurut review, PRS-505 tidak jauh lebih baik dari PRS-500 untuk benda yang harganya lebih mahal 100 USD.

Aku dapetin benda ini nggak terlalu murah dan gak terlalu mahal, tapi mengingat kalau sekali aku ke toko buku bisa menghabiskan 300-600 ribu, rasanya benda ini gak terlalu mahal. Ada banyak penyedia buku gratis di Internet, dan ada banyak yang menjual versi ebook buku-buku baru dengan harga lebih murah dibanding versi cetaknya.
Lanjutkan membaca “Sony Portable Reader System PRS-500”