Data Pemilih LN Pemilu 2009 Dipajang di Internet

Setelah ramai kasus Diknas yang menampilkan data 36 juta siswa di Internet, sekarang giliran panitia pemilu luar negeri di beberapa negara berbuat hal yang sama. Kali pertama saya menyadari hal ini adalah ketika di milis IndoBangkok ramai membicarakan data pemilih yang dipajang di Internet di situs http://www.pplnbangkok.net/http://www.kbri-bangkok.com/, dan saya menemukan bahwa situs resmi Pemilu 2009 bangkok adalah http://www.pplnbangkok.net/ (Panitia Pemilihan Luar Negeri Bangkok 2009/PPLN Bangkok 2009). Data-data ini cukup penting, meliputi: Nomor Paspor, Nama, Tempat Tanggal Lahir, Jenis Kelamin, Alamat di Indonesia, dan Alamat di Thailand. Akhirnya setelah diprotes, data ini diturunkan dari Internet (meskipun selama beberapa hari masih dapat dicache via Google), dan pejabat yang berkait sudah meminta maaf di milis.

Lanjutkan membaca “Data Pemilih LN Pemilu 2009 Dipajang di Internet”

Menerima Kritik

Jika Anda punya kesempatan terakhir untuk memberi kuliah sebelum Anda mati, apakah yang akan Anda katakan? Almarhum Randy Pausch memberikan “kuliah terakhir” di CMU yang berjudul Really Achieving Your Childhood Dreams. Waktu itu dia sudah divonis akan berumur setahun lagi karena kanker (ini bukan benar-benar “kuliah terakhir” karena setelah itu dia masih memberikan beberapa kuliah lagi).

Ada banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik dari kuliahnya, tapi saat ini saya cuma ingin membahas satu bagian yang menarik mengenai kritik. Kalau Anda berbuat salah, dan masih ada yang mau mengkritik Anda, itu berarti dua hal: masih ada yang peduli pada Anda, dan orang masih berharap Anda bisa dikritik.

And the other Jim Graham story I have is there was one practice where he just rode me all practice. You’re doing this wrong, you’re doing this wrong, go back and do it again, you owe me, you’re doing push-ups after practice. And when it was all over, one of the other assistant coaches came over and said, yeah, Coach Graham rode you pretty hard, didn’t he? I said, yeah. He said, that’s a good thing. He said, when you’re screwing up and nobody’s saying anything to you anymore, that means they gave up.

And that’s a lesson that stuck with me my whole life. Is that when you see yourself doing something badly and nobody’s bothering to tell you anymore, that’s a very bad place to be. Your critics are your ones telling you they still love you and care.

Randy Pausch Last Lecture: Really Achieving Your Childhoold Dreams

Kadang-kadang kasihan kalo melihat kesalahan anak yang tidak dikritik oleh orang tuanya, atau kesalahan suami/istri/pacar yang tidak dikritik oleh pasangannya karena mereka terlalu “sayang” dan takut menyakiti hatinya. Di luar orang tua atau pasangan, mereka akan sulit dikritik, dan menganggap kritik itu sesuatu yang menyakitkan, padahal itu sesuatu yang sangat membangun.

Jadi ayo, jangan takut dikritik dan mengkritik, terutama kalo ada kesalahan besar yang terjadi.

Lanjutkan membaca “Menerima Kritik”

Selamat Ulang Tahun Istriku Sayang

Kemarin Istriku berulang tahun. Sama seperti ulang tahun yang sebelum-sebelumnya, aku nggak ngasih kado. Biasanya sih benda-benda yang diperlukan selalu dibeli di saat yang tepat (sewaktu punya duit, sewaktu harganya murah/diskon, sewaktu ada yang dititipin, dsb), dan itu biasanya bukan di hari ulang tahun. Sejak pacaran hingga sekarang, sudah 5 ulang tahun kami rayakan bersama, biasanya dengan jalan-jalan di mall.

Sudah banyak perubahan yang baik selama 5 tahun ini yang membuatku bangga. Sekarang istriku sudah cukup bisa masak. Waktu mulai pacaran dulu, Risna cuma bisa masak spagheti dan pudding, sekarang dia sudah bisa masak aneka macam sayur, bala-bala, bahkan dah bisa bikin tempe dari kedelai. Setelah beberapa bulan di sini, dia juga mendalami lagi hobinya yang dulu, merajut, dan rajutannya sudah cukup banyak diberikan ke orang-orang. Bahasa Thai-nya juga sudah cukup bagus, bahkan sekarang sudah mulai belajar membaca dan menulis dengan huruf Thai. Bahasa Inggrisnya juga membaik, selain karena diasah dalam pekerjaan, dia juga belajar dari salah satu temannya, seorang Amerika yang adalah seorang penulis.

Selamat ulang tahun sayangku, kiranya kita berdua diberi umur panjang, dan bisa selalu menghabiskan waktu bersama. Kiranya kita semakin bertumbuh dalam iman, dan juga dalam banyak hal di hidup ini.

Pengalaman Dengan Open source

Saya melihat saat ini mulai banyak orang Indonesia, termasuk yang levelnya awam mulai menggunakan Linux. Tapi saya lihat juga masih banyak orang dan mahasiswa yang masih sangat berfokus ke produk Microsoft atau entitas komersial lainnya. Mungkin salah satu alasannya adalah lebih mudah mencari uang dari produk-produk komersial tersebut. Sebagai orang yang lama memakai produk open source, dan terlibat di dalamnya, saya mau cerita sedikit mengenai pengalaman saya dengan open source.

Lanjutkan membaca “Pengalaman Dengan Open source”

Langit di Tepi Sungai Ping

Sekarang ini seharusnya sudah memasuki akhir dari musim hujan. Tadi siang matahari bersinar dengan garang. Sinar matahari yang menerobos masuk lewat jendela kaca, membuat mata saya beberapa kali memandang langit di luar jendela. Melihat gumpalan awan putih di langit yang biru cerah, saya langsung tergerak mengabadikan langit biru tersebut.

Walaupun kamera yang kami punya hanya kamera saku biasa, tapi senang rasanya bisa mengabadikan komposisi warna biru gradasi dan gumpalan putih di langit. Ah saya ga terlalu ngerti seni. Tapi saya tetep merasa, gradasi biru langit dan gumpalan awan putih itu indah. Kalau dari foto ini sih, adanya pepohonan hijau di sepanjang tepi sungai ping yang airnya berwarna coklat membuat harmoni warna bertambah lagi. Ah saya semakin sok tau seni saja.

Dan waktu sore hari, menjelang matahari terbenam, saya lihat semburat jingga di langit. Saya suka langit biru dan saya juga suka langit jingga. Dilihat lebih teliti, eh udah ada bulan sabit juga di langit. Ya sudah, sekalian deh di hari yang sama saya foto langitnya.

Oh ya, semua ini diambil dari jendela tempat tinggal kami di Chiang Mai. Dari lantai 9. Di tepi sungai ping saya berdiri dan memotret langit. Sebenarnya aslinya yang saya lihat lebih bagus dari yang dapat ditangkap oleh kamera saku saya. Tapi segini juga udah senang rasanya. Melihat ciptaan Tuhan yang indah dan bersyukur hari ini masih bisa melihat matahari tenggelam dan digantikan oleh bulan.

Ah kalau kamera saya lebih bagusan, mungkin bisa mengambil foto bintang di langit malam ya.

Mr. Bennet Masih Hidup

Hari ini saya ketemu Mr. Bennet. Jangan salah, ini bukan tokoh dalam Heroes atau film apapun, tapi ini nama sebenarnya. Jadi ceritanya hari ini saya makan siang di sebuah restoran Thai bersama Shari. Terus, setelah kami selesai makan, Shari ngebaca tulisan saya sambil ngasih komentar gitu. Tiba-tiba, si Mr. Bennet yang baru saja masuk ruangan nyerocos langsung dengan ramah seperti udah lama kenal dengan Shari. Padahal Shari baru ketemu dia ya hari itu. Saya bingung sejenak, karena Shari juga sepertinya menanggapi omongannya dengan baik.

Dari obrolan sekitar 5 menit pertama, Mr. Bennet cerita kalau dia sakit kanker dan dokter ngasih vonis waktu hidupnya beberapa bulan lagi. Jangan bayangkan dia bercerita dengan muka orang menderita atau sedih atau gimana. Umurnya saya ga nemu persisnya, tapi kira-kira 60 tahun, wajahnya terlihat lebih tua dari itu, tapi jalannya masih tegak tanpa tongkat, suaranya juga masih lantang. Sesaat saya pikir orang tua itu bercanda dengan penyakitnya. Tapi, setelah dia tunjukkan bekas operasi, kemoterapi dan radioterapi, saya ga bisa ga percaya. Beberapa kali dalam obrolah, saya agak bingung dengan berbagai pertanyaan di kepala saya, kenapa orang ini bersemangat sekali menceritakan tentang apa yang telah dia capai dan apa yang masih ingin dia lakukan, tapi diawali dengan pemberitahuan hidupnya tidak lama lagi?.

Obrolan siang tadi cukup singkat, total ga sampe 20 menit (dia yang ngomong banyakan), tapi sampai sekarang saya masih ingat banget. Pas kami pulang, dia lagi ngobrol dengan orang lain yang baru datang, dan mereka ngobrol dalam bahasa Jepang. Oh ya, dari obrolan tadi dia kasih brosur museum miliknya dan ada websitenya. Dari websitenya saya bisa liat, Mr.Bennet orang yang hebat dan emang masih punya cita-cita banyak, no wonder dia ga merasa kankernya menghalanginya untuk hidup. Kalau dari ceritanya, abis makan siang dia akan pergi ke sebuah konfrensi tentang kerajinan tangan, dan dia masih memuridkan orang yang mau menjadi pottery (ga tau bahasa Indonesianya apa), atau kalau mau belajar bahasa Jepang ataupun bahasa Inggris.

Baru-baru ini, saya dapat kabar mengenai 2 teman saya yang terkena kanker, dan sampai sekarang saya masih ga tau mau bilang apa ke temen saya itu. Saya bukan orang yang ahli untuk menghibur. Tapi, setelah hari ini saya ketemu si Mr. Bennet yang sangat bersemangat dengan hidupnya, saya seperti mendapat pencerahan. Orang sakit kanker itu masih hidup, dan tentunya masih bisa berkarya. Saya ga seharusnya mengasihani orang yang sakit, mereka masih hidup, masih full of life. Saya berharap mereka punya semangat seperti si Mr. Bennet. Kanker tidak menghalangi untuk berkarya. Kanker cuma penyakit, hidup masih lebih penting untuk diisi.

Buat teman saya yang mungkin saja nyasar ke blog ini. Saya berdoa semoga kamu tetap semangat melawan penyakitmu seperti Mr. Bennet. Jangan patah semangat kalau dokter menjatuhkan vonis. Umur di tangan Tuhan, yang terpenting adalah mengisi hidup. Toh semua orang pasti menghadap sang penciptanya.