Why I Like cat

Bukan, posting ini bukan soal kucing, tapi soal perintah cat di UNIX (Linux/Mac/BSD). Perintah ini gunanya untuk menggabungkan (concatenate) file-file input ke standard output (bahasa sederhananya: ditampilkan ke layar). Jika hanya satu file yang diberikan sebagai input, maka file itu akan ditampilkan.

Di UNIX, kita bisa mengkomposisi banyak perintah dengan menggunakan pipe. Output perintah satu bisa dijadikan input perintah yang lain. Nah banyak orang suka menggunakan cat untuk memberikan file ke program lain, misalnya seperti ini:

cat file.txt| grep secara | wc -l

(hitung berapa jumlah baris yang mengandung kata secara)

Penggunaan perintah cat tersebut sebenarnya tidak perlu, karena seharusnya cukup

grep secara file.txt | wc -l

atau bisa juga menggunakan redirection

grep secara < file.txt | wc -l

Sebagian orang memandang penggunaan cat dalam kasus ini sangat tidak diperlukan, dan dianggap membuang resource (karena proses cat harus dieksekusi plus pipe harus dibuat). Orang-orang ini (sejak 1995) kadang-kadang memberikan “penghargaan” Useless Use of cat.

Saya termasuk orang yang suka menggunakan cat di 99% situasi. Dalam posting ini saya akan memberikan alasannya kenapa.

Lanjutkan membaca “Why I Like cat”

Jaringan Kecil di Apartemen Kami

Ternyata setelah dihitung ada 12 benda di rumah kami yang memiliki satu atau lebih alamat IP: modem ADSL, Router, 2 komputer, 2 laptop, 2 ponsel, 1 ipod touch, 2 network attached storage, 1 PDA, dan 1 Wii. Tanpa disadari, pengalaman menjadi admin di informatika ITB selama 3 tahun sangat membantu dalam mengurus masalah jaringan di rumah. Sekarang mau cerita dikit-dikit deh mengenai jaringan di apartemen.

Ada banyak OS yang terlibat dalam jaringan ini, 1 komputer memakai Linux 64 bit (Debian Lenny), 1 komputer memakai Linux 32 bit (Debian Lenny), NAS juga menggunakan Debian (versi ARM), satu laptop (mac book pro) menggunakan OS X Leopard, satu lagi menggunakan Windows XP. Satu ponsel menggunakan Nokia S60 3rd edition, yang lain menggunakan UIQ 3.0.  PDA menggunakan Windows Mobile, iPod touch menggunakan OS turunan OS X, dan Wii menggunakan OS-nya sendiri.

Router Wifi yang sudah diinstall linux dan dimodifikasi, berfungsi sebagai gateway, proxy, DHCP server, dan DNS server. Proxy server ini dibutuhkan oleh Wii, karena ISP kami yang sangat aneh (tidak meneruskan request HTTP tanpa user agent). Karena kadang ada tamu yang datang dan perlu IP, kami perlu server DHCP dan tidak menggunakan alamat statik untuk sebagian device kami. DNS server diperlukan untuk mengcache request, dan sekaligus supaya device-device di rumah bisa diakses dengan nama.

Network Attached Storage Agestar (namanya irina) difungsikan sebagai download station, web server, backup server dan music station. Kalau ingin mendownload sesuatu yang besar, kami cukup menjalankan perintah wget atau transmissioncli (dalam layar “screen”) dan ditinggal. NAS ini juga sekaligus menjadi web server (bisa diakses di http://irina.homelinux.com).

Lanjutkan membaca “Jaringan Kecil di Apartemen Kami”

Komentar di Blog

Dulu masa awal-awal saya ngeblog, saya sering diprotes oleh teman-teman saya yang mampir membaca blog saya. Mereka bilang: "Ah Ris, baca blog lu cape, panjang-panjang banget tulisannya, udah gitu tulisannya juga serius banget". Padahal seingat saya, masa itu saya menulis apa yang saya amati dan apa pendapat saya dalam kehidupan sehari-hari. Bedanya dengan sekarang, dulu kalimatnya sangat tidak terstruktur, dan dulu lebih banyak bersifat "emosional". Sekarang ini, saya lebih memilih apa yang pantas ditulis diblog dan apa yang sebaiknya disimpan sendiri saja. Saya juga belajar untuk mengungkapkan emosi dengan pilihan kata yang to the point, tidak bermakna ganda dan diharapkan bisa dimengerti dengan baik.

Sejak blog sudah menjadi trend (yang terbukti tidak hanya sesaat), hampir setiap orang memiliki blog. Lalu mulailah terjadi berbagai hal perdebatan melalui media blog. Entah apa tujuan orang yang menuliskan hal-hal yang katanya tidak bersifat menyerang, tapi isi postingan tersebut secara eksplisit menyerang. Lalu akan terjadi perang komentar, di mana kadang-kadang pemilik blog tidak fair dengan menghapus komentar yang tidak dia inginkan. Lalu biasanya akan banyak emosi yang terkuras di sana sementara si penulis blog akan tertawa-tawa senang karena tiba-tiba blognya menjadi populer.

Saya heran, ada begitu banyak orang yang senang menuliskan komentar panjang lebar yang kadang-kadang lebih panjang dari postingan aslinya. Lalu seringkali pembahasan tidak fokus dan belok ke mana-mana. Saya heran, ada begitu banyak orang yang peduli dan terpancing emosi gara-gara tulisan di blog.

Buat saya pribadi, tulisan di blog itu buah pikiran pemilik blog (dengan catatan orang tersebut tidak mencuri postingan). Kalau saya tidak setuju dengan postingan orang lain itu hal yang biasa. Tapi daripada saya harus menuliskan panjang lebar komentar tentang ketidaksetujuan saya terhadap isi posting tersebut – yang mana ada kemungkinan dihapus – lebih baik saya menuliskan pendapat saya di blog saya.

Mungkin akan ada yang bilang: "Kalau begitu namanya bukan berdiskusi/berargumen dong". Maka jawaban saya adalah: kita bisa kasih trackback  blog kita di komentar posting blog yang ingin dikomentari. Tapi pada dasarnya saya lebih sering ga merasa perlu komentar sih. Lagipula saya sudah kapok berargumen dengan orang "idiot" dan tidak merasa perlu berdiskusi.

Di dunia ini tiap orang punya pendapat masing-masing. Kalau pendapat orang lain itu terkait langsung dengan kepentingan kita (mempengaruhi hidup kita), mungkin perlu memperjuangkan pendapat kita untuk didengar. Tapi kalau tidak ada pengaruhnya, lebih baik tidak usah dipedulikan. Pengalaman berbalas-balas komentar cuma menguras emosi dan ga ada gunanya, malah cenderung membuat mood jadi jelek yang mana tidak baik untuk produktivitas pekerjaan.

Saya ingin mengakhiri postingan saya dengan kalimat bijak dari internet yang saya setujui:

Never argue with an idiot. They bring you down to their level and beat you with experience.