Bapak saya sakit apa dokter?

Ada banyak orang bertanya sakit komplikasi apa yang di derita bapak, dan ada banyak yang bisa memberikan masukan dan mungkin pengalaman yang mirip ataupun kondisi yang serupa dengan bapak. Dengan motivasi dan harapan ada pembaca yang dapat memberikan titik terang dan siapa tau ada dokter yang membaca tulisan ini, saya ingin menceritakan komplikasi yang dialami bapak tanpa menceritakan siapa dokter yang menangani dan rumah sakit apa untuk menghindari kasus pencemaran nama baik.

Bapak saya penderita penyakit paru obstruktif kronis (cpok) sejak 5 tahun yang lalu. Bapak sudah beberapa kali rawat inap karena serangan sesak napas yang tiba-tiba. Lalu sekitar 4 tahun yang lalu bapak mengalami pembesaran prostat dan belakangan ini mengeluh setiap kali buang air sedikit-sedikit dan terkadang sakit. Memang bapak di masa mudanya seorang perokok berat, tapi bapak sudah berhenti merokok sejak 14 tahun yang lalu. Bapak di rawat inap kali ini bukan karena 2 penyakitnya tersebut, gejala yang dialami kali ini adalah perut kembung dan keras (katanya seperti mau meledak). Awalnya beliau mengalami diare dan muntah, tapi berikutnya diare berhenti ga pernah muntah lagi tapi ya jadi kembung itu dan kalau ditekan atau di pukul dikit akan berbunyi seperti gendang. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan tidak ada masalah dengan lever dan bukan juga apendiks.

Pertama kali masuk rumah sakit sekitar awal Juli 2009, kembungnya tidak langsung ditangani, alih-alih konsentrasi diberikan kepada keluhan prostat dan dokter menyarankan untuk operasi prostat. Untuk persiapan operasi prostat tersebut dilakukan pemeriksaan ini dan itu termasuk persiapan dari dokter paru untuk memastikan kondisi bapak cukup stabil untuk masuk ruang operasi. Pemeriksaan jantung juga dilakukan, dan menurut dokter ahli jantung operasi tidak mungkin dilakukan karena ada penyempitan di pembuluh jantung dan akan beresiko untuk operasi prostat, disarankan untuk operasi bypass (balon) untuk jantung terlebih dahulu sebelum operasi prostat dilakukan.

Informasi di atas membuat saya memutuskan terbang pulang saat bapak masuk rumah sakit lagi tgl 23 Juli kemarin, apalagi saya tahu kalau saat ini kondisinya tidak ada yang membantu mama. Adik saya yang tinggal dirumah harus juga mengurus istrinya yang sedang mengalami masalah dengan kehamilannya. Istri adik saya harus istirahat total di tempat tidur karena mengalami pendarahan di usia kehamilan 5 bulan.

Anyway kembali ke cerita penyakit bapak, karena terlalu banyak operasi yang harus dijalani, bapak dan mamak memutuskan check out dulu dari rumah sakit. Perut kembung belum berkurang, tapi toh bapak masih punya kekuatan untuk berjalan dan melakukan sedikit aktifitas. Setelah pulang ke rumah, bapak masih mengalami keluhan kembung dan susah buang air besar ataupun buang angin. Bapak dan mamak masih sempat konsultasi ke dokter jantung lain untuk mencari opini kedua tentang perlu tidaknya bapak di kateter jantung yang dilanjutkan dengan bypass kalau memang hasil kateternya tidak bagus. Kebingungan pertama (tapi cukup melegakan) ketika sang dokter ahli mengatakan kalau jantung bapak sehat dan tidak perlu kateter ataupun balon dan aman untuk operasi prostat. Akan tetapi sebelum sempat menindaklanjuti operasi kateter, kembung di perut semakin parah dan membuat bapak jadi lemah, akhirnya bapak masuk opname lagi 23 Juli. Tim dokter yang menangani masih orang yang sama dengan yang menangani (di rumah sakit yg sama juga dengan opname awal Juli).

Dokter internist memasang selang buat makanan (NGT) dari mulut dan kateter untuk buang air kecil. Oksigen juga terpasang untuk paru-paru. Pemasangan selang makanan tidak membawa perbaikan sama sekali, hasilnya sekarang ini bapak agak celat/cadel kalau berbicara, dan entah karena apa bibir dan lidahnya selalu terasa kering. Akan tetapi kondisi kembung yang tak kunjung berkurang membuat bapak tidak diijinkan minum air ataupun makan yang terlalu banyak. Bisa dibilang tenaganya cuma didapat dari infus. Bapak diberikan banyak antibiotik tanpa vitamin. Tapi tetep aja perutnya masih kembung.

Dokter berusaha memberikan obat untuk memancing buang angin dan buang air besar, usaha dokter cukup berhasil, bapak sudah bisa buang angin dan buang air besar bahkan lebih dari sekali sehari. Ya..memang sih hal yang biasanya kita anggap menjijikkan, dalam kondisi penyakit seperti ini merupakan hal yang sangat ditunggu dan patut disyukuri kehadirannya, jadi maaf kalau tulisan saya ini kurang berkenan buat yang membacanya. Setelah berhasil buang air besar dan buang angin, yang bikin dokter bingung karena kembungnya ga berkurang juga, padahal makan selalu sangat sedikit dan yang dibuang juga cukup banyak, tapi heran kembung ga kurang-kurang.

Dokter bagian dalam (internist) menduga dari gejala kembung dan hasil foto kalau yang dialami bapak itu adalah usus lipat (ileus), lalu ada kemungkinan harus emergency operasi. Diagnosa mendadak bikin kami sempet stress, karena agak takut juga sih kok tiba-tiba harus operasi? apalagi berdasarkan pengamatan saya, sejak saya tiba di Medan kondisi bapak sudah semakin membaik. Selang makan sudah dicabut, oksigen tidak selalu dibutuhkan dan setiap ada yang berkunjung bapak bahkan bisa menceritakan sendiri apa yang dia alami (dibandingkan pada saat masih terpasang selang, bisa dibilang keadaan bapak setengah sadar dan sering mengigau).

Dokter bedah datang dan mengatakan kita observasi 2-3 hari sebelum diputuskan operasi tidaknya, hal ini karena bapak bisa buang air besar dan bisa buang angin, jadi gejalanya tidak cocok dengan ileus yang membutuhkan bagian bedah. Kemarin pagi, tim dokter datang (satu persatu), dokter internist tetep geleng kepala karena kembung ga kunjung berkurang. Dokter bedah bilang ga perlu operasi karena bisa ke belakang dan bisa buang angin, jadi pasti bukan ileus. Dokter paru bilang kondisi paru bapak baik-baik seandainyapun perlu operasi, tapi dari gejalanya juga bukan ileus. Dokter urologi datang dan bilang bapak udah bisa lepas infus dan mulai latihan jalan saja supaya merangsang gerakan usus. Semakin sore kabarnya semakin baik, tapi pertanyaan tetap sama: bapak sakit apa sih? kenapa kembung tak hilang juga?

Setelah tim dokter membuat perasaan tenang (walau kembung tak bisa bikin tenang), bapak bisa tidur dan tiba-tiba bapak terbangun karena perutnya bergejolak. Maaf kalau agak menjijikkan ceritanya, tapi gejolak perut itu diikuti dengan “ledakan” mengeluarkan penyakitnya. BAB kali ini berbeda dari yang sebelumnya, volumenya banyak dan kali ini perut bapak mulai terasa longgar, tidak lagi mengencang dan tidak lagi begah. Kalau saya dan mamak bilang: penyakitnya keluar. Tapi tetep ga tau nama penyakitnya apa. Tidurnya juga udah lebih nyaman, dah bisa mulai bercanda. Harapan saya bapak memang sudah dalam masa pemulihan (walaupun angin di perut belum keluar sempurna).

Hari ini dokter penyakit dalam keliatan mukanya lebih berseri karena walau misteri tidak terpecahkan, tetapi kondisi bapak semakin menjanjikan. Dokter kembali lagi menyarankan lepas infus dan mulai mobilitas biar ususnya bisa bekerja lebih baik katanya.

Anyway, saya berterimakasih untuk semua teman dan kerabat yang sudah ikut mendoakan bapak dan berharap tetap mendoakan sampai bapak pulih seperti sedia kala. Jika Anda dokter yang mungkin membaca tulisan ini, mohon dikoreksi jika saya salah menggunakan istilah. Jika Anda pernah punya pengalaman sakit yang sama dan tau namanya, sudilah memberi pencerahan untuk perawatan dan pengobatan. Buat para dokter, kira-kira bapak saya sakit apa ya yang bikin dia opname sampe 10 hari lebih kali ini dengan perut gembung walaupun lancar ke belakang dan buang angin, dan entah kenapa mulut dan lidahnya terasa kering terus menerus.

Tulisan ini saya coba seringkas mungkin untuk menjawab pertanyaan teman dan kerabat yang bertanya bapak sakit apa, untuk menjelaskan komplikasi yang terjadi. Saya ga tahu nama sakitnya, dokter di sini pun nggak kasih tau nama sakitnya apa (atau mungkin tidak memberitahu kami). Yang pasti setelah masalah kembung ini berlalu, masih akan ada urusan untuk prostat, kalau untuk paru sih yaa tetep aja bakal begitu-begitu aja.

Pelajaran selama di Medan

Beberapa hari ini saya dan suami pulang kampung karena bapak saya sakit. “Sakit apa?” itu pertanyaan yg paling sering ditanyakan, tapi saya ga bisa kasih jawaban tepat selain komplikasi. Bahkan dokter ahli yang menangani sudah ikut bingung.

Ada beberapa dokter ahli yang turun tangan, mulai dari ahli paru, ahli jantung, ahli pencernaan, ahli bagian dalam dan ahli urologi dan ahli bedah juga. Semua dokter ahli tersebut bukan baru lulus kemaren, tapi sudah menangani banyak pasien sebelumnya, toh mereka bingung memberikan diagnosa yang tepat untuk penyakit bapak. Kalau dokter sudah bingung apa yang bisa dilakukan selain berharap dan berdoa supaya pengobatan apapun itu merupakan yang terbaik?

Kadang ditengah kebingungan, rasanya pengen protes atau ngomel, terus Joe bilang: inilah contoh dimana kita berharap orang lain melakukan yang terbaik di bidang pekerjaannya, sementara kebanyakan kita sendiri sering tidak sungguh2 melakukan pekerjaan kita. Pelajaran pertama buat saya, membuat saya malu hati dan bertnya pada diri sendiri: sudahkah yg terbaik kulakukan dalam tiap hal?

Keanehan berikutnya di rumah sakit ini sepertinya gak ada koordinasi antara dokter dan dapur dan mungkin ga pake konsultasi dengan ahli gizi. Bayangkan saja, orang sakit pencernaan diberi makanan keras (Roti, nasi biasa dsb) padahal bubur saring aja blum tentu bisa dimakan. Hmmh… Ya harus kreatif akhirnya nyari makan sendiri.

Pelajaran kedua soal membagi berkat. Saya merasa berkat Tuhan sangat melimpah buat kita semua. Kami bisa mengunjungi bapak dan ikut membantu mama juga karena berkat dari Tuhan. Tetapi tetap saja saya masih meminta berkat berupa kesmbuhan bapak. Karena di Medan saya naik becak seringkali saya tawar menawar dan kadang saya terlalu pelit. Joe bilang: kita dikasih berkat udah banyak dan masih minta kesembuhan, tapi kita ga mau berbagi berkat sedikit saja ke tukang becak. Ah sekali lagi saya jadi malu hati. Memang kadang2 kita perlu diingatkan ketika kita mengalami kesusahan, supaya pelajaran seperti ini tetap diingat sepanjang hidup.

Anyway, hari ini Joe pulang ke chiang mai, saya tetep tinggal sementara sampe bapak membaik. Rencana operasi juga masih ga tau kapan. Saya hanya bisa berdoa dan berharap Tuhan sembuhkan bapak dan masih ada yang tetap mengingatkan saya.

Awal Merajut

Banyak orang yang terheran-heran kenapa saya tiba-tiba rajin merajut dan menjahit. Mereka yang pada umumnya mengenal saya sebagai orang yang tidak pernah peduli dengan hal-hal lain selain buku pelajaran. Ada lagi yang mengenal saya sebagai seorang lulusan s1 dan s2 itb. Rasanya sejak kecil saya lebih berprestasi dalam bidang akademis daripada menunjukkan bakat dalam bidang keterampilan.

Oh ya sebenarnya saya tidak terlalu suka menuliskan terlalu detail dengan kehidupan saya di Internet. Saya lebih suka kalau orang melihat hal-hal yang menyenangkan yang terjadi pada saya daripada saya berbagi hal menyedihkan. Buat saya, setiap orang punya masalah masing-masing, saya tak ingin menambah masalah orang lain. Ya memang sih bercerita tentang masalah bisa membuat lega, tapi untuk bercerita tentang masalah saya pilih bicara kepada sahabat-sahabat saya dari hati ke hati. Lanjutkan membaca “Awal Merajut”

Mereka yang suka protes

Inti posting ini sebenarnya ingin “mencela” orang-orang yang suka “mencela”. Konteks utamanya adalah dalam hal orang yang suka mempertanyakan: kenapa si Risna belajar crochet, menjahit, dsb? Kebanyakan waktu luang ya? Ngapain jauh-jauh di luar negeri kalo cuma belajar menjahit? Jadi ilmu kuliahmu S1 dan S2 ITB gak kau pake? Lalu berikutnya: kenapa belajar menjahit yang ini? kenapa gak belajar jahitan/model baju thai? kenapa gak belajar keahlian yg lain aja?

Waktu saya berkenalan dengan Risna, sampai dengan menikah, Risna belum bisa menjahit, bisa sedikit crochet, tidak bisa masak, tidak bisa nyetir mobil ataupun motor, belum bisa berbahasa Thai, dan kemampuan bahasa Inggrisnya terbatas. Tiga bulan setelah menikah, kami pindah ke Thailand, karena pekerjaan saya. Sekarang kami sudah lebih dari 2 tahun di sini. Saya bekerja full time, sedangkan Risna bekerja 4 hari seminggu (tiap harinya full time). Satu hari dia gunakan untuk aneka kegiatan di luar pekerjaan.

Jadi selama 4 hari, Risna menggunakan ilmu yang dipelajarinya bertahun-tahun di bangku S1 dan S2 ITB. Karena lebih sering pamer soal hobbynya, sebagian orang menyangka Risna tidak bekerja. Kalau Risna tidak pernah ‘ngember’ dengan status facebook mengenai pekerjaan, rapat, dsb, itu karena kami pikir hal-hal pekerjaan tidak pantas untuk ditaruh di media pertemanan (kecuali mungkin ada hal-hal khusus yang tidak menyangkut pekerjaan, misalnya tentang H1N1 di sekitar gedung kantor). Berapa banyak sih orang di sekitar Anda yang pekerjaannya sesuai dengan jenjang kuliah yang diambilnya? Alasan lain Risna suka memamerkan pekerjaannya adalah karena dia sendiri bangga, dan merasa “wah ternyata aku bisa bikin ini ya”.

Ketika sampai di Thailand, Risna tidak langsung mulai bekerja. Dia belajar bahasa Thai, dan karena dia harus pergi sendiri, dia belajar menyetir. Sekarang Saya dan Risna sudah memiliki SIM Thailand. Ketika les Thai, Risna berkenalan dengan beberapa orang, termasuk yang mengajarinya untuk knitting. Dari awal knitting itu, Risna bisa mengembangkan diri, karyanya sudah banyak (silakan lihat di risna.info). Apakah bahasa Thai dan belajar merajut tidak berguna? Risna mempraktikkan bahasa Thai ke siapa saja, termasuk ke tukang pijat. Dia bahkan belajar rajutan khas Thailand dari tukang pijat di depan apartemen, yang akhirnya diajarkan ke banyak orang asing di mailing list (lihat ini, sudah pernahkan Anda bisa mengupload suatu keahlian yang belum pernah dicantumkan di Internet?).

Berada di negeri orang artinya jauh dari masakan yang biasa kita makan. Sekarang Risna sudah bisa memasak aneka macam masakan kesukaan saya (bahkan bisa membuat Tempe dari kedelai, membuat empek-empek dari tepung, membuat tape ketan, martabak, dsb). Ini semua dilakukan tanpa pembantu lho. Dia sudah mengembangkan aneka macam cara untuk meminimasi waktu yang diperlukan supaya bisa memasak sepulang kerja. Misalnya: memotong sayuran di weekend, dan memasukkan ke freezer, serta menggunakan food processor dengan optimal.

Awal tahun ini dia belajar menjahit, dan sekarang dia sudah bisa menjahit beberapa baju, celana, dsb. Perlu dicatat bahwa pelajaran diberikan dalam bahasa Thai, bukan dalam bahasa Inggris. Dari kemampuannya menjahit, ketika membeli pakaian, sekarang dia mampu menilai apakah suatu pakaian bagus atau tidak (baik dari segi bahan, jahitan, dsb). Sekarang ini yang dijahit Risna masih merupakan baju yang umum, tapi mungkin suatu saat Risna juga akan mempelajari baju khas yang ada di sini.

Apakah Risna terlalu banyak waktu luang? jawabannya: tidak. Risna bekerja serius setiap hari, melakukan testing program untuk sebuah perusahaan di Eropa, dan melakukan dokumentasi sistem (dalam bahasa Inggris). Apakah berarti Risna tidak pernah santai? jawabannya juga tidak. Dia merajut sambil menonton TV. Dia sempat menyelesaikan seluruh episode Ally McBeal sambil merajut beberapa karya. Kami masih mengikuti lebih dari 7 serial televisi. Kami masih pergi ke bioskop setiap kali ada film bagus.

Buat Anda yang suka memprotes orang: ngapain sih belajar menjahit/merajut/dsb? kebanyakan waktu luang ya? dsb. Cobalah tanya ke diri Anda sendiri: Anda ngapain aja? apakah Anda yang tidak terlalu banyak nonton sinetron atau bergosip? (padalah itu bisa sambil merajut). Saya menanyakan ini, karena kebanyakan orang yang bisa mengatur waktunya (dan punya hoby sama/sejenis dengan Risna), tidak pernah memprotes dan mempertanyakan hobby orang lain. Karena orang-orang ini tahu bahwa hobby akan membuat hidup semakin menyenangkan, menambah pengetahuan, dan bisa dilakukan asalkan kita bisa mengatur waktu kita.

Tambahan: Risna tidak langsung bekerja ketika sampai Thailand, dan andaikan nanti Risna tidak bekerja lagi pun, saya tetap mendukungnya. Segala ilmu yang telah dipelajari di bangku kuliah selama bertahun-tahun sudah pernah digunakan dalam berbagai pekerjaan yang pernah dia lakukan (jadi engineer, dosen, dsb), dan akan tetap bisa diamalkan secara tidak formal dalam aneka bidang kehidupan. Dalam keluarga Kristen, beban bekerja adalah kewajiban seorang suami, kepala keluarga. Jika Risna ingin bekerja, itu pilihannya.

Pertanyaan aneh lain

Ini saya mau menyambung tulisan saya tentang Hacking dan Reverse Engineering. Posting tersebut membahas beberapa jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya agak advanced. Tapi saya masih dapet banyak pertanyaan dari pemula. Misalnya: “gimana sih caranya membongkar email yahoo/gmail/dsb?” atau “gimana caranya mendapatkan account/password YM/Gtalk/facebook/dsb punya orang lain?”, atau
gimana caranya dapetin IP orang lain, atau melacak lokasinya?”.

Sebelum menanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam itu, cobalah berpikir logis: kalau Yahoo/Google/Microsoft atau perusahaan lain membiarkan ada lubang keamanan yang sangat besar sehingga siapapun bisa membajak account semua orang, apakah mereka tidak akan dituntut dan apakah orang-orang tetap mau menggunakan layanan mereka?.

Lanjutkan membaca “Pertanyaan aneh lain”

Aplikasi Toko Online dengan Google AppEngine

Ceritanya Risna dan temennya mau buka toko online (needleyarn.com). Risna dah mencoba-coba aneka shopping cart, baik yang populer ataupun yang nggak. Selama beberapa minggu Risna mencoba memakai dan mengkustomisasi Joomla + Virtuemart. Fiturnya memang sip, tapi ada beberapa kelemahannya. Kelemahan pertama loadingnya berat (ketika loading, total ukuran halaman utama saja sudah 1.5 mb), kelemahan berikutnya adalah proses pembelian tidak seperti yang diharapkan (harus ada registrasi dsb). Proses managemennya juga sulit dan kadang membingungkan (misalnya untuk insert video youtube saja harus menginstall modul tertentu).

needleyarn

Sebenarnya banyak sekali orang Indonesia yang membuat situs belanja (online shop) kecil di multiply dan blogspot, dan cara belanja yang sederhana itu cukup diminati banyak orang. Biasanya toko di multiply/blogspot itu hanya sekedar etalase. Setelah melihat gambar dan deskripsinya, orang bisa memesan via email dengan menyebutkan produknya. Karena tokonya kecil, maka belum tentu produk tersedia, dan ongkos kirim juga belum bisa dihitung. Untuk produk handmade, pemilik toko belum tentu sempat membuatkan pesanan. Pemilik toko akan mengkonfirmasi mengenai ketersediaan dan harga. Jika sudah, maka transfer melalui rekening bank akan dilakukan (mengingat banyak yang belum punya paypal dan kartu kredit, serta banyak yang tidak yakin memakai kartu kredit di Internet). Tidak ada proses registrasi, jadi sifat tokonya semi manual.
Lanjutkan membaca “Aplikasi Toko Online dengan Google AppEngine”

Kalau Ragu Tanya Google

Banyak orang salah menggunakan “worthed” ketika yang dia maksud adalah “worth it”, memakai “dateline” (baris tanggal) padahal dia ingin menuliskan “deadline” (tenggat/batas waktu). Hal sederhana tersebut sebenarnya bisa dicek dengan mudah di Google. Cara pertama adalah dengan mencari definisinya, tapi biasanya orang akan bingung membaca definisi yang rumit. Cara kedua lebih mudah: bandingkan jumlah hasil pencariannya, yang lebih banyak biasanya benar.

Misalnya, mencari kata “worthed” akan menunjukkan ada 136.000 hasil, sedangkan “worth it” menghasilkan 83.500.000 hasil. Anda lalu bisa mengecek beberapa hasil pertama, apakah kata yang ingin Anda pakai itu memang yang Anda cari. Kata “worthed” merupakan kata dalam bahasa Inggris kuno yang sudah tidak dipakai lagi (artinya “To befall; betide” atau “terjadi”). Perhatikan bahwa jika kita ingin mencari frasa, harus dilingkupi kutip “seperti ini” (jika tidak ada kutipnya maka hasilnya adalah halaman yang ada kata “seperti” dan kata “ini”).

worthed

worth_it

Lanjutkan membaca “Kalau Ragu Tanya Google”