Mereka akan selalu ada

Orang-orang yang mengesalkan dalam hidup ini akan selalu ada. Biasanya saya cuma mengabaikan saja orang-orang seperti ini, tapi kadang-kadang saya suka mencecar balik tergantung mood dan waktu yang tersedia. Saya akan tuliskan beberapa jenis orang yang mengesalkan. Orang-orang seperti ini akan selalu ada:

Orang yang selalu selalu mengkritik orang lain. Jika mereka melihat tulisan di blog, mereka akan mengkritik dalam hal tata bahasa, pemilihan kata, dsb, tapi mereka sendiri tidak membuat tulisan yang berarti. Sepertinya bukan karena tidak sempat (karena sempat membaca + menuliskan kritik), tapi mungkin tidak mampu. Bukan cuma tulisan di blog, mereka akan mengkritik foto, video, software, dan sebagainya.

Orang-orang yang sombong. Mereka akan menganggap semua hal remeh. Mereka menganggap dirinya lebih baik, lebih kaya, lebih cantik/ganteng, lebih murah hati. Mereka akan bercerita tempat-tempat yang sudah mereka datangi, dan akan selalu membandingkan dengan diri Anda. Mereka akan merasa puas kalau dianggap lebih hebat, mereka akan senang kalau kucing miliknya lebih pintar dari kucing milik Anda.

Orang-orang yang selalu merasa menjadi korban. Mereka selalu mengeluh ini dan itu. Mengeluh mengenai kehidupan, mengenai gaji, mengenai kesehatan, mengenai anak, dan sebagainya. Mereka merasa hidup ini tidak adil. Kadang mereka juga akan meminta bantuan setelah menceritakan cerita hidupnya yang seperti sinetron. Tapi biasanya orang-orang ini tidak mau bekerja keras, tidak mau berusaha, dan hanya mengeluh saja.

Orang yang suka mengurusi urusan orang lain. Selalu mempertanyakan dan menasihati orang lain, tapi tidak diaplikasikan ke diri sendiri. Dari sekedar nasihat belajar yang rajin agar cepat lulus (padahal dirinya juga belum lulus), menasihati agar memiliki hobi berguna (dirinya tidak punya hobi berguna), menasihati cepat punya anak (sementara hidup anaknya sendiri tidak benar), sampai nasihat menjalankan perusahaan (sementara dirinya pengangguran). Misalnya banyak orang yang melihat perusahaan kecil bapak saya (karyawannya cuma sekitar 20 orang), yang menasihati ini dan itu, kadang-kadang kalau terlalu kesal, bapak saya akan bilang “coba bikin perusahaan sendiri aja deh, cara saya dah berhasil 10 tahun, saya ingin lihat kalau Anda yang membuat akan jadi seperti apa”.

Orang yang merasa dirinya penting. Mereka suka menyela pembicaraan orang, menganggu acara, menggangu antrian (baik secara langsung ataupun nitip ke calo di depan). Mereka tidak memikirkan orang lain. Mereka membuat pesawat ditunda puluhan menit karena mereka masih asik berbelanja setelah check in dan melupakan jam boarding. Mereka suka menahan lift lama sekali sambil mengobrol dengan temannya sebelum mengucapkan “bye”, sementara di lantai bawah sudah ada puluhan orang menunggu lift turun. Mereka yang merokok di sembarang tempat tanpa mempedulikan orang lain, bahkan di rumah sakitpun mereka akan merokok.

Orang yang tidak mau mendengar. Meskipun Anda sudah memberikan bukti yang tak terbantahkan, mereka tidak akan berubah pikirannya. Meski sudah dibilang bahwa program X cuma penipuan, meski sudah ditunjukkan aneka kejanggalan, mereka akan tetap membela X.

Orang yang tidak tahu prioritas. Mereka akan mati-matian membela hal kecil, mereka akan mengomeli penjaga toko selama 30 menit untuk kembalian yang kurang. Mereka akan mempermasalahkan soal makanan, soal posisi meja, soal pakaian. Tapi mereka tidak akan mempermasalahkan kalau mereka berbohong, menyakiti hati orang lain, atau bahkan korupsi ratusan juta rupiah.

Orang yang menghabiskan waktu berdebat di mailing list. Sesekali orang berdebat di mailing list cukup wajar. Tapi ada saja yang kerjaannya hanya berdebat. Mereka berpindah dari satu milis ke milis lain untuk berdebat. Ada juga yang menuliskan aneka topik di mailing list, topik ngalor ngidul seperti ngeblog (yang ini sih cuma sedikit mengesalkan). Yang mengherankan mereka akan menulis puluhan ribu kata setiap bulannya, mengkritik semua hal di sekitarnya. Sementara jika waktu itu digunakan untuk datang membantu masyarakat secara langsung, masalahnya sudah akan selesai. Mungkin mereka bisa membuat buku gratis yang bisa berguna bagi semua orang, tapi mereka lebih suka kalau ada orang yang menantang pendapatnya dan ingin meng-crush (mempites kalo orang jawa bilang) orang yang melawannya itu di mailing list.

Orang yang pikirannya hanya tentang uang. Pikirannya hanya soal uang, mengenai bagaimana hal ini seharusnya bisa menghasilkan uang. Mengkritik orang karena hobinya tidak menghasilkan uang. Mengkritik uang yang terlalu banyak dibelanjakan untuk suatu tujuan tertentu. Misalnya: program Alkitab ini mestinya bisa dijual, bisa menghasilkan uang, atau ngapain punya HP banyak-banyak, mending beli ini dan itu (padahal HP-HP tersebut saya gunakan untuk development SymbianBible).

Orang yang terlalu khawatir dengan makanan. Sebenarnya memperhatikan makanan adalah hal yang bagus, tapi tidak perlu setiap kali makan memberitahukan segala macam fakta mengenai bahaya makanan X, atau gunanya makanan Y, jangan memakai microwave, jangan begini dan jangan begitu. Tidak perlu juga memberitahu itu ketika ada acara makan bersama, bukankah tujuannya sesekali menikmati hidup ini dengan makanan yang Tuhan berikan?

Orang yang sok tahu. Orang-orang ini akan membaca sedikit hal X dan akan percaya. Masalahnya mereka adalah orang yang tidak mau mencari tahu lebih banyak lagi. Mereka akan menasihati orang mati-matian dengan nasihat yang salah. Beberapa kali saya mendapatkan “kuliah” mengenai kenapa sebaiknya memakai software ini atau membeli hardware itu, dari orang-orang yang bahkan tidak tahu apa yang mereka bicarakan.

Selamat Jalan Tulang Walter Saragih

Posting terakhir Risna mengabarkan bahwa kondisi Tulang (begitu saya memanggil almarhum mertua saya) sudah semakin membaik. Namun rupanya itu adalah ketenangan sebelum badai (calm before the storm), karena kemudian kondisinya memburuk. Meskipun operasi berjalan dengan baik, Tulang tidak berhasil melewati masa kristis di ICU. Saya sempat datang ke acara adat sayur matua, bagian dari pemakaman Tulang. Tapi sebelumnya saya ingin menuliskan mengapa kepergiannya tidak perlu ditangisi.

Tulang Walter adalah seorang Kristen yang benar-benar melayani Tuhan dalam hidupnya. Sebagai orang Kristen, kami percaya bahwa Tuhan Yesus pasti akan menerima kami di surga, jadi sebagai orang Kristen tidak ada yang perlu ditangisi. Tulang Walter juga adalah orang Batak Simalungun yang menjunjung adat. Secara adat Simalungun (atau Batak pada umumnya), Tulang Walter sudah mencapai sayur matua. Saya kutipkan dari blog ini:

Betapa istimewanya posisi Sayur Matua dan betapa ia menjadi kerinduan setiap orang Batak, makin jelas bila kita menyimak bagaimana orang-orang ‘merayakan’ meninggalnya seseorang yang sudah Sayur Matua. ‘Kepergiannya’ tidak lagi dianggap sesuatu yang pantas ditangisi. Melainkan lebih sebagai perayaan, kemuliaan, dan rasa syukur.

Jadi sebagai orang Batak, kepergiannya tidak perlu ditangisi. Secara pribadi, Tulang sering berkata bahwa dia tidak takut mati. Tulang lebih takut hidup “setengah mati”, hidup dalam dukungan mesin-mesin, tapi sudah tidak bisa melakukan apa-apa. Tulang juga pergi dalam tidurnya. Jadi secara singkat: hidupnya sudah lengkap dan kepergiannya dengan damai.
Lanjutkan membaca “Selamat Jalan Tulang Walter Saragih”