Dulu

Tiba-tiba terinspirasi ingin menuliskan “jaman dulu”. Saya yakin suatu saat saya akan lupa banyak hal, jadi saya ingin menuliskan hal-hal yang saya ingat.

Terlalu banyak hal-hal yang bisa dituliskan, jadi saya menulis seingatnya saja, dan kapan-kapan diupdate lagi.

Saya dulu lahir dan dibesarkan di Sukoharjo, sampai umur 6 tahun baru pindah ke wilayah Cimanggis (dulu Bogor, sekarang masuk Depok). Sampai saya meninggalkan Sukoharjo, listrik belum masuk desa kami. Sampai umur 6 tahun saya cuma bisa berbahasa Jawa.

Di Kampung

  1. Rumah kami berdinding gedek (anyaman bambu), lantainya tanah
  2. Mainan saya dulu sedikit: bekicot, hewan2 lain, mobil-mobilan dari jeruk.
  3. Hiburan saya dulu adalah dongeng dan lagu nenek.
  4. Orang memakai kompor kayu, dengan kayu dari hutan.
  5. Kadang buang air di kali, cebok dengan batu dan atau daun dan air
  6. Kadang orang masih mencuci di kali. Lalu berikutnya kami punya sumur timba. Pakai pompa manual juga pernah.
  7. Masak nasi butuh waktu lama sekali. Sekarang kami memakai microwave, 9 menit sudah masak.
  8. Penerangan yang dipakai: lampu dian, lampu petromaks.
  9. Kalau jalan malam-malam (jarang, kecuali ada keperluan, misalnya nonton wayang), kami memakai senter. Supaya hemat batere, senter dinyalakan sesekali saja tiap beberapa meter
  10. Dulu punya TV hitam putih, menggunakan aki/batere mobil. Jika habis, gambarnya akan goyang-goyang, saatnya dibawa ke pasar untuk dicharge (menggunakan generator yang berbahan bakar diesel).
  11. Siaran radio dulu banyak di MW dan SW.

Foto/kamera

Saya bukan pencinta fotografi. Dulu pernah jadi seksi dokumentasi di beberapa acara Natal SMU. Pernah juga sekali meminjam kamera SLR untuk foto kenang-kenangan waktu jalan-jalan perpisahan SMP.

  1. Foto biasanya cuma dibuat pada event tertentu saja
  2. Perlu keahlian memasang film di kamera, juga keahlian melepasnya lagi untuk kamera SLR (kamera point and shot biasanya punya fungsi auto rewind)
  3. Film bisa stuck di kamera. Pernah di tengah event natalan, filmnya stuck, jadi dibawa ke tukang foto, di dalam ruang gelap posisi film dibereskan (nyangkut)
  4. Setelah memfoto, membawa film ke tukang cuci cetak, menunggu beberapa hari sampai mendapatkan hasilnya.
  5. Dulu banyak tukang foto instan di berbagai tempat wisata dengan kamera polaroid
  6. Kualitas foto menurun. Jika kena air foto bisa rusak.

Kamera digital pertama saya adalah Casio Exilim yang seukuran kartu kredit, resolusinya cuma 2 Megapixel, dikredit dengan kartu kredit Niaga (benda pertama dan terakhir yang saya kredit dengan kartu kredit). Dulu MMC masih mahal, jadi kalau memfoto, kadang harus dihemat, menggunakan resolusi rendah, supaya muat banyak.
Lanjutkan membaca “Dulu”

Bersepeda

Sudah lama saya tidak naik sepeda, Risna juga, bahkan Risna sudah lebih lama lagi tidak bersepeda. Kemarin kami pergi ke Horizon Park bersama dengan dua mahasiswa DEL, Aditya dan Roy. Biasanya kami naik shuttle, tapi kali ini kami mencoba menyewa sepeda.

Sewa sepeda dengan boncengan anak harganya 50 baht per dua jam (sekitar 15 ribu rupiah). Sedangkan sewa sepeda biasa 30 baht per dua jam (sekitar 9000 rupiah). Jonathan cukup menikmati bersepeda, walau sepanjang jalan Jonathan agak miring ke kanan, sering melihat ke bawah, melihat bayangannya sendiri.

IMG_1385

Risna tadinya tidak yakin masih bisa naik sepeda, tapi setelah dicoba sebentar, ternyata masih bisa.

IMG_1445

Lanjutkan membaca “Bersepeda”