Media Center dengan PC Windows

Saya baru saja mensetup Windows 10 di Mini PC sebagai media center (HTPC/Home Theater PC),menggantikan Raspberry Pi. Mini PC yang saya pilih adalah PC MeLE PCG03, Intel Bay Trail Z3735F dengan RAM 2GB dan eMMC 32GB. Harganya 109 USD, agak lebih mahal dari Mini PC sejenis tapi sudah menyertakan license Windows 10 Home resmi dan memiliki port ethernet.

20161028_185445

Tadinya Raspberry Pi dengan software OSMC sudah cukup karena bisa mengakses konten di server (via protokol SMB), dan memainkan file video 1080p. TV saya cuma bisa 1080p, jadi belum peduli dengan konten 4K. Raspberry Pi ini juga bisa dipakai menonton TV dengan streaming dari satellite receiver. Lanjutkan membaca “Media Center dengan PC Windows”

Review Osmo

Di tulisan ini saya akan mereview Osmo, sebuah mainan edukasi berbasis augmented reality untuk iPad. Dengan osmo, kita bisa bermain matematika, huruf (spelling), tangram, coding, dan menggambar dengan benda fisik di depan iPad kita (tidak dengan menyentuh layar). Osmo ditujukan untuk anak usia 4-11 tahun, tapi bagian menggambarnya cocok untuk usia berapa saja.

Untuk bermain Osmo kita perlu membeli kit, bagian utamanya adalah sebuah docking dan cermin yang ditempel menutupi kamera iPad. Sebagian sistem cermin ini akan menutupi ujung kamera dengan warna merah, jadi game osmo bisa mendeteksi kalau cermin sudah terpasang benar. Saya membeli kit yang saat itu paling lengkap: Wonder Kit (145 USD). Kami membeli kit ini dua minggu lalu dan sampai minggu lalu, jadi sudah beberapa hari dipakai sebelum review ini dituliskan.

Material dan Packaging

Packaging Osmo menurut saya sangat baik. Tiap kotak memiliki magnet jadi bisa distacking dengan mudah dan tidak akan jatuh. Base untuk iPad dan cerminnya terbuat dari plastik, dan ada magnet supaya kita bisa meletakkan cerminnya di atas base dan tidak jatuh ketika kita tidak memakainya.

20161025_082743

Secara teori, bagian words, tangram dan number bisa kita print sendiri karena tidak memiliki bagian aneh (hanya seperti di cetak di kertas/plastik tebal saja). Bagian coding cukup unik karena bagian arah panahnya bisa diputar dan sifatnya magnetik (bagian yang bisa disambung akan mudah menempel)

Akurasi

Satu hal yang saya takutkan adalah jika ternyata Osmo ini tidak bisa mengenali dengan baik objek-objek yang ada di depan iPad. Ternyata akurasinya sangat baik asalkan objeknya tidak tertutupi tangan. Menurut saya akurasi ini bisa dicapai karena beberapa hal:

  • Osmo hanya mendukung iPad, yang dimensinya sudah diketahui dengan eksak
  • Set angka dan huruf standar
  • Posisi iPad statik (pada banyak mainan augmented reality berbasis kamera, gambar kadang hilang dan muncul lagi karena posisi kamera berubah)

Saya juga bereksperimen: saya memfoto satu huruf dan berusaha meletakkan fotonya di depan Osmo. Jika ukurannya tidak pas, Osmo tidak akan mengenali huruf tersebut, jika pas (dengan zoom in/out) maka Osmo akan mengenalinya. Dari percobaan ini artinya:

  • Jika ada bagian yang hilang, kita bisa mencetak ulang (kecuali coding, karena ada panah yang bisa diputar)
  • Jika ada game baru yang tidak membutuhkan alat khusus, kita bisa mencetak sendiri kitnya

20161022_101613

Permainan

Saat ini sudah ada beberapa permainan untuk Osmo dan sepertinya akan terus bertambah. Bahkan ketika saya sudah membeli kit paling lengkap dua minggu lalu, tiba-tiba minggu depannya sudah ada game baru lagi (Pizza).

Numbers

Jonathan belum terlalu memainkan ini, game-game di awal hanya berusaha membentuk angka untuk mencapai jumlah tertentu (dan ini sudah bisa dilakukan oleh Jonathan). Belum dieksplorasi lebih jauh apakah ada bentuk permainan lain selain itu.

Coding

Ini game pertama yang dicoba Jonathan dan yang paling disukai Jonathan. Konsep codingnya sendiri hanya terbatas pada: sekuens instruksi, loop, dan ada satu “else”. Tapi game ini cukup fun.

20161021_143527.jpg

Tangram

Game ini seperti bermain tangram biasa, tapi akan dipandu agar kita bisa membuat objeknya dengan benar.

Monster

Game ini gabungan dari menggambar dan cerita. Sebuah monster akan minta dibuatkan sebuah objek tertentu (misalnya magic wand), dan monster itu akan “mengambil” benda yang kita gambar dan memainkannya. Game ini cukup menghibur, tapi kemungkinan anak akan bosan setelah beberapa kali memainkan ini.

Masterpiece

Sebenarnya ini permainan tracing yang sangat sederhana: program hanya akan menampilkan outline sebuah gambar, dan kita bisa mentrace di atas kertas kita sendiri. Meski sederhana, ini sangat fun, bahkan orang dewasa pun bisa belajar menggambar menggunakan ini

20161023_164912

Newton

Sebenarnya permainan ini sangat silly, ada benda-benda yang berjatuhan yang harus kita arahkan jatuhnya agar mencapai target tertentu. Unuk menahan jatuhnya, kita bisa menggambar garis di atas kertas, atau bahkan menggunakan objek apapun juga.

Teknis

Osmo dibuat menggunakan Unity dan menggunakan plugin OpenCV. Secara teknis game ini tidak sulit ditiru, yang sulit adalah membuat cermin reflektor dan basenya agar iPad bisa “melihat” ke depan dengan baik. Berikut ini “penglihatan” osmo ketika saya letakkan kertas ukuran A4 di depan iPad denga jarak sekitar 1 cm dari ipad. Terlihat bahwa kertas terlihat seperti trapesium. Di bagian bawah ada bagian merah yang digunakan oleh Osmo untuk mendeteksi bahwa kamera sudah terpasang.

 

 

img_0933

Penutup

Osmo ini menurut kami agak mahal, tapi cukup menarik dan sepertinya tidak akan cepat bosan. Teorinya sih game seperti ini bisa saja dibuat sendiri dengan Raspberry Pi + modul kamera + OpenCV + Layar monitor, kenyataannya saya tidak akan serajin itu dan tidak punya waktu sebanyak itu saat ini, jadi menurut saya sih ini worth the money. Kalau Anda rajin, Anda juga bisa mengembangkan sendiri aplikasi iPad berbasis Osmo (tentunya semua harus didevelop sendiri karena tidak ada SDK-nya).

Jika Anda tertarik membeli Osmo, Anda bisa langsung memesan ke webnya. Sayangnya sepertinya saat ini tidak bisa dikirimkan ke Indonesia. Saya sendiri saat ini tinggal di Thailand dan bisa dikirim ke sini (walau kena pajak). Ketika memesan Osmo, saya bisa menggunakan kartu kredit Indonesia, jadi salah satu cara untuk membeli ini adalah dengan mengirimkan barangnya ke teman di Singapore atau Malaysia.

 

Apa sih bayangan kalian soal hacking?

“Ajarin saya hacking dong”, ini adalah pesan yang banyak diterima oleh orang di bidang security (termasuk saya). Kalau diberi link website atau buku mengenai computer security, mereka biasanya akan menjawab “bingung mulai dari mana”, atau mau praktis “pusing om, langsung aja ajarin gimana cara hacking facebook om”. Saya sebenarnya bingung: “hacking” itu seperti apa sih di kepala orang itu?

maxresdefault
Hackerman dari film Kung Fury

Maling vs Hacking

Saya akan skip dulu segala macam definisi mengenai “hacking”, “cracking”, dsb. Anggap saja “hacking” itu adalah yang dilakukan orang jahat, menjebol sesuatu. Sekarang saya ambil analogi dunia nyata: Jason mau membobol ke suatu gedung/bangunan/rumah/hotel dan saya bandingkan hal ini dengan hacking.

Kalo Jason (yang bukan siapa-siapa) ini pernah dengar tentang maling legendaris bernama Freddie, lalu tiba-tiba mengirim pesan via email “jebolin apartemen itu dong Freddie, saya mau masuk kamar 413 tempat mantan saya”. Kira-kira Freddie mau nggak? Logikanya: ngapain memenuhi permintaan Jason, apalagi Anda nggak bayar. Nah sekarang masuk akal nggak kalo ada yang minta ” hack kampus saya dong” atau “Mas, hack FB mantan saya dong”.

Singkatnya: “Emangnya kamu siapa? buat apa saya melanggar hukum buat kamu?” Lebih lucu lagi kalo mereka berusaha menjatuhkan dengan kata-kata seperti “ah ternyata mas Freddie nggak jago”. Sekali lagi “emangnya kamu siapa? emangnya penting pendapat kamu?”
Lanjutkan membaca “Apa sih bayangan kalian soal hacking?”

Tantangan Flare On

Di posting ini saya ingin memperkenalkan kompetisi Flare On untuk para reverse engineer sekaligus mengajak ikutan buat yang belum ikutan. Flare On adalah tantangan dalam bentuk CTF (silakan baca tulisan saya ini untuk yang belum tahu apa itu CTF) khusus di bidang reverse engineering yang diadakan oleh Fireye. Tantangannya 6 minggu, semua peserta yang bisa menyelesaikan semua tantangan akan dianggap pemenang dan dapat hadiah. Ini bisa dibandingkan dengan lari Marathon (lama, butuh stamina, tingkat kesulitannya bisa sangat tinggi, semua yang selesai dianggap sebagai finisher), dan kebanyakan CTF lain bisa dibandingkan dengan lari sprint (biasanya hanya 2 hari, kesulitan soal dibatasi supaya bisa selesai dalam hitungan jam) .

Reverse Engineering (RE)

Saya sudah menulis soal pengenalan reverse engineering dan tulisan pengantar jika ingin memulai reverse engineering. Inti reverse engineering adalah: membongkar/memahami kode (terutama kode biner, tapi tidak selalu biner). Contoh kode biner yang perlu dipahami:

  • Software yang dibeli atau download (tanpa source code)
  • Malware
  • Kode exploit

Contoh penggunaan reverse engineering:

  • Software dari Hacking Team (untuk menghack orang, software ini banyak dibeli oleh beberapa pemerintah dunia) ternyata ada backdoornya.
  • Berbagai file yang kena ransomware berhasil didekrip karena ada kelemahan dalam enkripsinya, dan ini ditemukan dengan reverse engineering (dan tentunya ilmu kriptografi)
  • Malware yang sangat spesifik (misalnya yang digunakan untuk hacking Bank Sentral Bangladesh) harus dianalisis khusus, tidak akan ketemu oleh antivirus biasa
  • Malware yang tertarget (via email/web) untuk perusahaan tertentu juga perlu dianalisis secara khusus
  • Berbagai software legal ternyata menginstall rootkit (kasus terbaru saat ini di game Street Fighter)
  • Untuk melakukan pentesting secara benar untuk aplikasi mobile
  • Berbagai router dan benda IOT perlu direverse engineer untuk mengetahui cara kerjanya
  • Berbagai exploit disebarkan via halaman web (via Javascript yang diobfuscate, memanfaatkan kelamahan Flash/Java/IE, lalu mengandung kode biner berisi shell code)

Lanjutkan membaca “Tantangan Flare On”