Jadi peserta CTF yang bener dong, jangan malu-maluin

Tahun lalu saya mengkritik panitia Cyber Jawara karena soal CTF-nya ngawur. Sekarang gantian saya mengkritik peserta yang ngawur di penyisihan online. Banyak peserta yang sharing jawaban, seperti mencontek soal ujian.

Tahun ini, panitia Cyber Jawara dan pembuat soal sudah bekerja sangat baik. Soal yang dibuat berkualitas, dan mereka juga mengecek jawaban peserta dengan teliti sehingga kelakuan curang seperti itu bisa diketahui dan didiskualifikasi.

Kutipan komentar dari panitia (Fariskhi Vidyan):

jadi gini ceritanya ya. Ada beberapa tim yang melaporkan ada tim-tim yang minta flag dan juga menawarkan flag dengan bukti screenshot. Jadi ada tim yang kerjaannya minta-minta flag dan mendistribusikan itu ke tim lain dengan syarat minta pap/foto tim. Ada juga yang pakai cara-cara lain. Gara-gara komunikasi pakai telegram jadinya mudah untuk ngelakuin ini.

Selain itu writeupnya juga pada gak bener. Ada yang persis copy paste. Bahkan user terminalnya pun sama persis -,- dan kata-katanya pure copy tanpa ada perubahan satu karakter pun. Banyak juga yang isinya asal-asalan dan bahkan penjelasan yang salah pun diikutin.

Dan katanya ini emang udah terjadi dari tahun2 lalu. Tapi kalau tahun2 lalu nilai akhir itu nilai di web scoring + nilai write up. Makanya yang curang-curang pada datang rombongan. Mana bisa begitu. Untuk tahun ini, ditegasin dengan kasih penalti besar-besaran ke write up yang gak valid, untuk nilai soal yang write upnya gak bener/ngasal dijadikan 0. Ada yang tadinya full score sampai jadi di bawah 500. Yang write up soalnya sama persis juga dikasih penalti dua-duanya.

Saya kesal dengan mentalitas pencontek seperti ini. Dulu waktu saya masih sering ikutan CTF di akhir pekan, banyak juga yang menanyakan apa flag (jawaban) sebuah soal. Sebenarnya kalo ada yang tanya petunjuk (hint) untuk mengerjakan soalnya, biasanya akan saya jawab. Misalnya akan saya jawab dengan: coba SQL injection, atau: coba baca artikel ini.

Untungnya masih ada beberapa yang bertanya seperti itu, dan sampai sekarang pun masih ada yang rajin menanyakan hint dan meminta petunjuk buku atau artikel mana yang perlu dibaca untuk menyelesaikan soal tertentu atau memahami konsep tertentu. Orang-orang seperti ini yang akan sangat dirugikan oleh cheater.

CTF perlu anti contek juga?

Banyak orang mengkritik kalau pejabat pemerintah bobrok, banyak koruptor, dsb. Padahal kelakuan seperti itu dimulai dari kelakuan kecil seperti mencontek ini.  Jangan pikir bahwa mencontek ini tidak merugikan siapa-siapa: di lomba semacam ini, kelakuan curang akan sangat merugikan orang yang jujur dan memiliki keahlian.

Sebenarnya apa sih tujuan main CTF kalau mainnya curang? CTF itu untuk belajar, dan nanti bisa terpakai di dunia nyata di dunia security. CTF juga buat bersenang-senang seperti menyelesaikan puzzle. Kelakuan cheater seperti ini cuma merusak kesenangan orang yang beneran menikmati main CTF.

Andaikan team curang ini lolos ke final, mereka akan bengong melihat soal-soal yang ada. Andaikan panitia tidak teliti, dan semua team cheater yang masuk final, maka ketika ke tahap berikutnya di level ASEAN, mereka akan bengong dan memalukan Indonesia.

Mencegah kecurangan

Sebenarnya ada cara untuk mempersulit kecurangan semacam ini, tapi panitia harus bekerja ekstra. Tiap flag bisa dibuat unik per peserta, jadi flag tidak bisa dishare begitu saja. Tentunya tidak mudah membuat variasi ini untuk semua jenis soal, tapi mungkin bisa dilakukan untuk sebagian soal saja. Ini tidak mencegah peserta untuk sharing cara mereka menyelesaikan soal.

Untuk membuat orang segan berbagi metode, di beberapa CTF, skor untuk satu soal dikaitkan dengan dua faktor: siapa yang menyelesaikan duluan dan berapa banyak yang menyelesaikan soal tersebut.

Peserta yang duluan menyelesaikan soal mendapat skor lebih tinggi dari peserta berikutnya (misalnya 100%, 99%, dst). Jika sebuah soal banyak diselesaikan oleh orang, maka bobot soal dikurangi, artinya soal yang hanya bisa dipecahkan oleh 10 orang bobotnya lebih tinggi dari yang bisa diselesaikan 100 orang.

Dalam metode scoring ini skornya jadi dinamis. Misalnya soal 1 nilai bobot awalnya 1000. Team A menyelesaikan soal 1, dan mendapat skor 1000. Tiba-tiba ada 9 peserta lain yang berhasil menyelesaikan, bobot skor dikurangi jadi 900, sekarang tiba-tiba team A memiliki skor 900 meskipun tidak melakukan apa-apa.

Team yang jagoan, yang bisa menemukan beberapa flag akan malas sharing dengan team lain: buat apa sharing, nanti skor saya akan menurun kalo banyak yang menyelesaikan soalnya.

Penutup

Bagi saya sendiri, CTF untuk bersenang-senang, kenalan dengan banyak orang, dan kadang-kadang juga mendatangkan rejeki dari tawaran pekerjaan. Beberapa CTF (Seperti Flare On) juga menawari peserta untuk mengirimkan resume (jika berhasil menyelesaikan semua challengenya).

CTF yang baik dan fun butuh panitia yang baik, dan juga butuh peserta yang baik. Jadilah peserta CTF yang jujur dan mau belajar. Panitia jadi akan punya lebih banyak waktu untuk membuat soal yang baik daripada susah payah mencegah cheater.

2 thoughts on “Jadi peserta CTF yang bener dong, jangan malu-maluin”

  1. mau tanya kalo Proxy 180.250.63.68:80

    terus udah di tutup oleh pihak telkomsel solusi nya gi mana? apakah ada proxyi Yang paling legend? soalnya telkomsel udah naik harga paket nya saya pakai android

    trus APN sabartbs5 udah ngga muncul respon status kalo ada kuota.. baru muncul respon atw proxy nya udah di tutup oleh pihak telkomsel?

    nama fb eman umar
    email [email protected]

  2. mohon bantuanya.. saya ingin sekali menjadi kaya abang tapi apa daya saya orng miskin.. ngga punya leptop

    saya bermodalkan android mohon di kirim APN yg suport 0pulsa/0kuota

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.