Menonton dan Membaca

Salah satu hobi saya adalah menonton film dan membaca buku cerita, dan saya suka keduanya. Hoby saya ini tidak unik, dan saya yakin ada jutaan orang lain di dunia ini yang hobinya sama dengan saya. Dari pengamatan teman-teman saya, kebanyakan orang hanya suka salah satu saja: menonton atau membaca. Ada orang yang akan menunggu dan melihat Harry Potter di Bioskop, tapi tidak mau membaca bukunya, dan sebaliknya ada orang yang tidak mau melihat film tertentu, karena merasa bahwa itu akan merusak imajinasi yang sudah dimiliki (sebagian lagi tetap menonton dengan tujuan untuk mencela bahwa filmnya tidak sebagus bukunya).

Di posting ini saya cuma ingin sekedar cerita, mengapa sebaiknya menonton dan membaca perlu diseimbangkan. Pertama, mari kita lihat perbedaan dalam kedua aktivitas ini. Oh iya, sebenarnya saya juga suka melihat film dokumenter, dan membaca buku sains, tapi sekarang saya cuma ingin membahas film dan buku cerita.
Lanjutkan membaca “Menonton dan Membaca”

Pencarian Kesalahan

Sepintas lalu, sepertinya mencari kesalahan itu mudah. Tapi sebenarnya mencari kesalahan itu tidak semudah yang dipikirkan. Sebelum menyatakan sesuatu itu salah, kita harus tau apa yang benar. Untuk menyatakan sesuatu itu salah, kita juga harus teliti, karena kadang-kadang sesuatu yang terasa benar belum tentu benar dan sebaliknya sesuatu yang terlihat salah belum tentu salah, makanya perlu diuji untuk mengetahui kebenarannya (atau kesalahannya).

Aduh kalimatnya jadi agak sulit. Maksudnya gini, pekerjaan penguji perangkat lunak sekilas terasa mudah. Banyak orang yang anggap “tester program” itu kerjaan ga bergengsi. Padahal, jadi tester itu ga mudah, ga sekedar mencari kesalahan dalam program, tapi terutama harus tau dulu cara kerjanya biar tau gimana mencari kesalahannya. Dan kalau program itu menyangkut hajat hidup orang banyak, kita harus lebih hati-hati, kalau kita menyatakan suatu program lulus uji, dan dikemudian hari terjadi bencana gara-gara program itu, mungkin tester yang akan duluan ditanya, Lanjutkan membaca “Pencarian Kesalahan”

Asosial tidak berarti AntiSosial

Dari dulu sering dengar pendapat yang bilang kalau orang yang banyak bergaul dengan komputer (mesin) jadi antisosial. Padahal yang dimaksud adalah kurang banyak bergaul dengan manusia lainnya alias asosial. Kalau dipikir-pikir lagi, apakah asosial itu terkondisikan karena lingkungan, atau karena pilihan untuk tidak terlalu banyak bergaul dengan manusia?

Dulu, sebelum kenal Joe, gue pikir dia orangnya membosankan karena dia selalu terlihat serius dengan komputernya. Gue pikir dia orangnya ga akan banyak bicara, ga banyak cerita. Sedangkan gue seperti wanita pada umumnya, tergolong cerewet, banyak bicara dan banyak cerita. Ternyata gue salah. Awal gue merasa cocok dengan Joe justru karena kami bisa mendiskusikan banyak hal. Kata siapa orang yang serius dalam pekerjaannya tidak mengerti akan hal lain yang terjadi di dunia selain dunia pekerjaan saja?

Sebagai orang yang banyak bergaul dengan komputer, Joe ga ketinggalan berita-berita terbaru (yang tidak hanya terkait dengan teknologi saja). Dia juga banyak membaca buku-buku yang kebetulan gue suka baca. Dan gue baru sadar, Joe bukan ga bisa bergaul atau ga bisa ngobrol dengan orang lain, tapi dia ga bisa ngobrol basa basi atau yang ga berisi (duh sombong amat ya kesannya). Tapi justru, bergaul dengan Joe bikin pengetahuan gue juga ikut ter-upgrade.

Anyway, belakangan ini gue jadi mengerti, kadang-kadang menjadi asosial itu ada bagusnya. Kita bisa lebih banyak waktu untuk melakukan hal berguna daripada hangout atau chit chat yang kadang-kadang tak lebih dari basa basi.

Oh iya, kalau mau tau apa bedanya asosial dengan antisosial, buka kamus aja ya. Googling juga boleh.

Banyak Maunya

Seminggu ini tanpa sengaja gue kembali melakukan blogwalking. Kalau biasanya cuma buka situs-situs yang terdaftar dalam rssfeed saja, kali ini gue bener-bener melompat dari 1 blog ke blog yang lain, dan tanpa sengaja menemukan sekumpulan blog teman-teman lama. Dan hari ini juga salah satu hari membaca update-an blog teman yang blognya terakhir gue kunjungi kira-kira setahun yang lalu. Jadi teringat masa di mana gue bisa mengupdate blog sehari beberapa kali, masa di mana gue mengencourage temen-temen gue buat nulis di blog untuk bisa tau kabarnya tanpa harus bertanya : apa kabar lu? . Kemana perginya masa-masa itu?

Well, awalnya emang karena gue beneran sibuk, terus lama-lama rada malas memberitakan pada dunia apa yang terjadi. Belum lagi kadang-kadang yg pengen ditulis itu isinya protes terhadap orang-orang tertentu yang kalau dia sampai baca bisa menimbulkan konflik. Oke, emang masih banyak hal lain yang bisa ditulis selain hal-hal yang mungkin menyinggung orang lain, tapi waktu di depan komputer pikiran masih terfokus pada hal tersebut, mana mungkin bisa menuliskan tentang hal lain?? Akhirnya yang biasanya terjadi adalah, saya hanya ngobrol dengan Joe.

Anyway, bukan hal-hal itu yang mau ditulis, belakangan ini Joe lagi demen mengutak utik gadget nya. Terus kepikiran, kayaknya kami bukan tipe orang yang bisa hidup di Era permian (tau kata ini gara2 Primeval) tapi lebih punya khayalan hidup di rumah yang pintar. Lanjutkan membaca “Banyak Maunya”

Memahami Hidup

Aku belum hidup lama di dunia ini, dan berharap masih bisa hidup lebih lama lagi. Seiring dengan waktu, pandanganku mengenai hidup dan orang-orang berubah. Sekarang aku mau menuliskan pandanganku sekarang. Pasti pemahamanku sekarang ini bakal berubah, mungkin sedikit, mungkin banyak. Tulisan ini bisa jadi referensi buatku di masa depan, mengenai pandangan hidupku sekarang.Sejauh ini aku bisa bilang hidup itu adalah hal yang sangat indah.

Hal yang membuat hidup indah adalah karena kita bisa berbagi dengan banyak orang. Tapi ada hal yang membuat hidup kadang nggak enak dijalani, yaitu karena kita harus berhubungan dengan banyak orang. Menurutku manusia itu pada dasarnya jahat, tapi sebagian besar bisa menampakkan hanya sisi baiknya saja ke orang lain. Pemahamanku yang pertama mengenai manusia adalah: berhati-hatilah pada orang lain.
Lanjutkan membaca “Memahami Hidup”

Males Ngeblog

Belakangan ini tambah males ngeblog. Banyak godaan lain yang perlu dilakukan selain ngeblog. Sebenarnya, kadang-kadang menjelang tidur, ada baris-baris kalimat yang muncul di kepala dan rasanya cocok untuk diketikkan di blog. Jadi ingat masa lalu di mana blog adalah sarana untuk menuliskan unek-unek panjang lebar yang kadang-kadang hanya diinspirasikan dengan menonton film bisa jadi pembahasan kemana-mana.

Sebenernya sekarang juga masih sering ingin ngeblog panjang lebar seperti itu. Tapi…ada banyak hal yang menahan untuk tidak menuliskannya. Kadang-kadang mikir, ah ntar ada yang tersinggung dengan tulisan saya. Ah ntar banyak yang protes. Ah biarin ajalah ga usah ditulis, toh ga penting-penting amat dan selain itu tentu saja kesibukan sehari-hari yang membuat akhirnya malas nulis.

Oh ya, salah satu alasan ga nulis lagi di blog adalah, sekarang ini kalau ada unek-unek langsung dibahas berdua dengan Joe. Kami selalu punya cara pandang yang hampir sama, jadi…kalau ada yang saya liat ga pas dibahas dengan Joe, dan selesai deh ga nyampe lagi ke blog :P.

Anyway, daripada nulis panjang kali lebar, sekarang ini lebih demen merajut atau nulis blog tentang berita-berita IT (ini udah agak terbengkalai tapi baru dimulai lagi).

Nenek

Hari ini nenekku meninggal. Ini nenek dari pihak Ibu, kalo dari pihak bapak, kakek dan nenek udah meninggal. Sedih, soalnya rencananya 11 hari lagi kami baru akan pulang ke Indonesia. Sedih karena belum sempat ketemu lagi sejak menikah (dan waktu nikah nenek gak dateng, karena dilaksanakan di Medan). Nenek ini saya panggil Simbok (yang sebenarnya di Jawa artinya “Ibu”) dan Ibu saya panggil “Emak”. Kakek dari pihak Ibu saya panggil “Pak tuo”.

Dulu, waktu aku masih kecil, kehidupan kami sangat miskin. Bapak masih bekerja sebagai karyawan rendahan di Surabaya. Sementara kehidupan belum menetap, aku dan emak tinggal di rumah pak tuo dan simbok di Sukoharjo. Setelah mendapat pekerjaan di Bogor, emak ikut ke bogor, ikut kerja di kantin Pabrik kaca tempat bapak bekerja. Kami ngontrak di gubug plastik. Tapi karena emak sakit, bapak menyarankan agar aku dan emak kembali lagi ke rumah pak tuo dan simbok. Sampai aku berumur 6 tahun baru kami pindah lagi ke Bogor (sekarang daerah itu masuk ke wilayah depok, karena di perbatasan jakarta timur).
Lanjutkan membaca “Nenek”