Aneka device e-ink

Dari dulu saya merasa senang dengan gadget yang memakai layar e-ink. Layar e-ink tidak memancarkan cahaya (tidak seperti layar LCD) jadi mata tidak cepat lelah. Layar e-ink juga bisa terbaca dengan jelas di luar rumah. E-ink hanya butuh daya ketika layarnya diupdate, setelah gambarnya muncul gambar terakhir tidak akan berubah walau tidak dialiri listrik lagi, jadi lebih hemat batere.

Kelemahan e-ink adalah: refresh ratenya lambat. Jika kita membeli modul e-Ink sendiri (misalnya untuk dipakai dengan Arduino), refresh ratenya dalam hitungan detik. E-reader pertama yang saya beli dulu butuh sekitar 0.8-1 detik untuk berganti halaman. Tapi sekarang sudah ada yang refresh ratenya cukup cepat untuk menonton video (walau masih kurang lancar). Kelemahan lain e-ink adalah: tidak bisa dibaca dalam gelap (karena tidak memancarkan cahaya), tapi sekarang sudah banyak device yang menyertakan backlight untuk dipakai di malam hari.

Lanjutkan membaca “Aneka device e-ink”

Website bertenaga matahari

Sudah ada beberapa orang yang membuat website bertenaga surya. Maksudnya website bertenaga surya di sini adalah menjalankan sebuah device (seperti Raspberry Pi atau Single Board Computer lain) dengan energi dari panel surya. Single Board Computer tersebut menjalankan web server, dan tentunya perlu terkoneksi ke Internet.

Jonathan ingin ikut membantu

Website yang pertama saya baca adalah Low Tech Magazine dan yang kedua adalah We are now Solar Powered. Ketika membaca artikel kedua, matahari sedang bersinar terik. Saya jadi terpikir: kalau membuat sesuatu seperti itu di sini apakah sulit dan mahal? Saya cek di Shopee, dan ternyata sudah ada paket: panel surya 50W, batere 12V 5AH, dan charge controller ternyata tidak terlalu mahal, kurang dari 40 USD, jadi saya putuskan untuk membelinya.

Jika kita ingin memakai listrik AC (alternating current), maka kita perlu punya inverter DC ke AC. Tapi karena saya hanya inggin menggunakan device USB yang memakai DC (direct current), saya tidak membeli inverter.

Saya tidak mengubah website ini jadi bertenaga surya, saya mensetup website baru. Website ini sudah terlalu besar (database, dan segala konten medianya sudah puluhan gigabyte, maklum website ini sudah dari 2004) dan pengunjungnya sudah terlalu banyak.

Alamat website eksperimental saya: https://solar.yohanes.mobi/

Lanjutkan membaca “Website bertenaga matahari”

Konfigurasi Komputer Juli 2021

Setiap beberapa tahun, saya membuat posting catatan pribadi tentang konfigurasi hardware dan software yang saya pakai sehari-hari. Catatan ini kadang berguna untuk mengetahui umur sebuah komponen atau sebagai pengingat kenapa saya membeli komponen atau memiilh konfigurasi tertentu.

Desktop

Sekarang saya memakai Intel di Desktop dan AMD di server. Untuk urusan Windows, AMD sering kali tertinggal dalam hal support software, misalnya dulu akselerasi VM Android hanya bisa dilakukan dengan Intel HAXM. Sekarang ini sepertinya 99% sudah sama saja antara Intel vs AMD, tapi tetap saja ada beberapa hal tertentu yang lebih mudah memakai prosessor Intel. Contoh: jika memakai software spesifik intel seperti Intel Pin, dan ada sesuatu yang tidak berjalan, saya akan bertanya-tanya: apakah ini bug di kode saya? apakah bug di Intel Pin? ataukah karena saya memakai AMD?

Saat ini saya memakai Windows 10 Pro di Intel I5 (Comet Lake, socket 1200 LGA), 6 core (support hyperthreading). Memori DDR4 sebesar 64 GB. Graphic Cardnya Radeon RX570 memori 4GB. Alasannya memakai Graphics Card ini: dulu saya ingin memakai Hackintosh juga, walau akhirnya tidak jadi karena sudah memakai Mac M1.

Saya memakai NVME SSD 1 TB untuk Windows. Karena proyek saya sekarang banyak yang butuh disk space besar, saya juga membeli NVME 2 TB untuk data. Saya juga masih memakai RAID 4TB untuk menyimpan salinan data penting di lokal plus 3TB untuk data yang kurang penting.

Saya membeli monitor termurah resolusi 4K yang bisa saya temukan di Chiang Mai: Philips 27 inch seri 278e1a/67. Dari pengalaman memakai 2 monitor FHD di kantor vs 1 monitor 4K, memakai 1 monitor 4K lebih nyaman untuk saya.

Saat ini desktop saya sebenarnya ada dua, satu lagi adalah Mac Mini M1 (RAM 16 GB, disk 512GB). Desktop ini terhubung ke monitor/keyboard yang sama. Saya memakai program display_switch sebagai switch KVM. Setelah sekian lama memakai mechanical keyboard, akhirnya saya mencoba berganti keyboard ke split keyboard.

Keyboard split yang saya beli pertama adalah FreeStyle 2. Ternyata saya suka memakai split keyboard, posisi tangan terasa lebih natural. Keyboard ini tidak mekanis jadi tidak berisik dan bisa saya bawa ke kantor.

Freestyle 2 split keyboard (dibeli dari Amazon)
Lanjutkan membaca “Konfigurasi Komputer Juli 2021”

Memakai RAM rusak (parsial) di Linux

Linux memiliki fitur untuk melakukan deteksi RAM yang rusak parsial dan menskip bagian RAM tersebut. Dalam keadaan sangat terpaksa, fitur ini bisa dimanfaatkan. Gejala RAM rusak biasanya adalah: crash secara random. Terutama jika ini di OS yang masih “bersih” (baru direinstall).

Sumber: https://poorlydrawnlines.com/comic/an-idea/

Secara umum memakai RAM rusak bukan ide yang baik, dan RAM yang rusak sebaiknya diganti karena sangat berisiko merusak data. Tapi dalam kasus tertentu mungkin kita ingin tetap memakai RAM tersebut karena berbagai alasan, misalnya:

  • Supaya tetap bisa bekerja sambil menunggu RAM baru
  • RAM tidak bisa diganti karena disolder di motherboard
  • Komputer dipakai untuk keperluan tidak penting, misalnya sekedar untuk mainan anak-anak. Atau mungkin sekedar menampilkan iklan untuk pengunjung toko (tidak apa-apa jika sesekali crash)
Lanjutkan membaca “Memakai RAM rusak (parsial) di Linux”

Upgrade SSD Surface Pro X

Surface Pro X adalah tablet/notebook dari Microsoft yang memakai prosessor dengan arsitektur ARM64 (versi yang saya miliki prosessornya adalah Microsoft SQ1). Berbeda dengan kebanyakan tablet lain, SSD Surface Pro X bisa diupgrade sendiri dengan mudah dan murah. Harga dasar resmi Surface X adalah 999 USD untuk versi RAM 8 GB dan SSD 128 GB, dan jika kita memilih kapasitas SSD 256 GB harganya jadi naik menjadi 1299 USD, padahal kita bisa membeli SSD pengganti dengan kapasitas 512 GB kurang dari 100 USD.

SSD lama 128 GB vs 512 GB

Perlu dicatat bahwa tidak semua seri Surface memakai prosessor dengan arsitektur ARM64 (saat ini hanya seri Surface Pro X). Selain itu perlu diperhatikan bahwa saat ini yang sangat mudah diganti SSD-nya juga hanya Surface Pro X.

Lanjutkan membaca “Upgrade SSD Surface Pro X”

Notifikasi Bel Rumah ke Telegram

Posting ini cuma cerita singkat tentang bel rumah wireless tanpa batere yang dihubungkan ke Telegram via Raspberry Pi. Risna sudah menulis bahwa sekarang kami memakai bel rumah wireless yang tanpa batere. Setelah beberapa bulan, ternyata bel rumah ini bekerja cukup baik. Saya membeli dua receiver: satu yang berbunyi normal supaya bisa didengarkan siapa saja (misalnya ketika pembantu kami di rumah), dan satu lagi saya hubungkan ke Raspbery Pi yang akan memberi notifikasi ke telegram jika bel ditekan.

Isi receiver

Kenapa tidak sekalian membeli bel pintar seperti Ring? pertama: kami malas menambahkan kabel untuk catu daya ke pagar. Kedua: saya tidak ingin bergantung pada Amazon. Apalagi ketika membaca berita: Amazon down, bel pintu jadi tidak berfungsi, Ring juga tidak punya layanan resmi di sini, bagaimana jika ada recall seperti ini?. Lagipula yang kami butuhkan hanyalah pemberitahuan bahwa belnya berbunyi.

Lanjutkan membaca “Notifikasi Bel Rumah ke Telegram”

Review PinePhone: Smartphone Open Source

PinePhone merupakan smartphone open source, salah satu proyek hardware dari Pine64. Tidak seperti smartphone Android, PinePhone ini dapat menjalankan sistem operasi Linux murni, dengan berbagai pilihan distribusi (distro) seperti di desktop dengan pilihan berbagai shell/desktop environment.

Organisasi Pine64 membuat berbagai hardware open source yang saat ini meliputi: SBC (Single Board Computer), Laptop , Tablet, Smartphone, kamera security, Solder pintar, SmartWatch, dan beberapa hardware lain. Di posting ini saya hanya akan membahas PinePhone, dan kali lain saya akan membahas berbagai hardware lain dari Pine64 yang saya miliki.

PinePhone dengan OS KDE Plasma

Sebelum Anda kecewa membaca sampai akhir, kesimpulan saat ini: smartphone ini belum siap dipakai umum, tapi cocok untuk para hacker (orang yang suka ngoprek) baik hardware maupun software. Pinephone ini bukan satu-satunya smartphone open source yang ada saat ini, tapi ini yang paling murah (versi termurah: 149 USD) dan paling banyak pengembangnya. Proyek hardware open source lain adalah Librem 5 dari Purism tapi harganya beberapa kali lipat dari PinePhone (749 USD) dengan spesifikasi yang tidak beda jauh.

Lanjutkan membaca “Review PinePhone: Smartphone Open Source”