Alah Bisa Karena Biasa dalam Berbahasa

Pelajaran bahasa Indonesia sering dipandang sebelah mata di masa sekolah. Rasanya dulu lebih banyak yang takut dengan pelajaran matematika dari pada pelajaran bahasa Indonesia. Padahal, buat saya, belajar bahasa itu bisa lebih sulit daripada matematika.

Untuk sebagian orang, mungkin mereka memang sudah terlatih menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar sejak kecil. Tapi saya termasuk yang merasa kurang mengerti dengan penggunaan kata-kata yang terlalu baku. Saya masih merasa perlu terus menerus belajar dalam penggunaan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik secara lisan maupun tulisan.

Lanjutkan membaca “Alah Bisa Karena Biasa dalam Berbahasa”

Paket Harta Karun!

Hari ini saya mau cerita singkat saja, tentang kiriman yang datang dari Indonesia. Isi utamanya harta karun yang sempat tertunda karena adanya PPKM di Jakarta.

Paket Utama

Alkisah, setelah sekian lama tidak merasa butuh apapun dari Indonesia, kami kembali merindukan 2 hal: Indomie Kari Ayam dan Meses Ceres.

Biasanya, kalau ada yang datang dari Indonesia, dan bertanya mau dibawain apa, saya akan menjawab: Kalau gak keberatan mau dibawain Indomie dan Ceres.

Paket utama dari indonesia
Lanjutkan membaca “Paket Harta Karun!”

17 Agustus-an di Chiang Mai dari Masa ke Masa

Setelah bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, orang-orang Indonesia di Chiang Mai tetap merasa 17 Agustus itu spesial. Hari ini, walaupun bukan hari libur di Thailand, sebagian dari kami mengusahakan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia ke-75.

Bersyukur juga Thailand sudah bebas transmisi lokal dan cukup aman, jadi berani untuk berkumpul-kumpul begini. Setelah sekian lama di Thailand, untuk pertama kalinya berkumpul 17 Agustus-an di Chiang Mai lengkap dengan bendera merah putih.

tumpeng nasi uduk, lengkap dengan 7 jenis lauk
Lanjutkan membaca “17 Agustus-an di Chiang Mai dari Masa ke Masa”

Tumpengan ala Perantau di Chiang Mai

Hari ini, untuk pertama kalinya saya terpikir untuk mencari tahu apa sih makna tumpengan itu sebenarnya. Di Indonesia, kegiatan tumpengan ini mungkin hal yang biasa setiap kali ada syukuran ya. Nah, bertahun-tahun merantau, baru belakangan ini bertemu teman yang jago masak makanan Indonesia dan bisa bikin nasi tumpeng lengkap begini. Ayo, siapa yang pernah mencari tau lebih banyak soal tumpeng dan kenapa bentuknya kerucut?

Tumpeng Nasi Kuning lengkap dengan 7 lauknya (foto: patricia)
Lanjutkan membaca “Tumpengan ala Perantau di Chiang Mai”

Mempertanyakan Pelonggaran PSBB di Indonesia

Sejak beberapa waktu lalu, Indonesia mulai melonggarkan Pembatasan Sosial Berskala besar (PSBB). Selain kegiatan bekerja kembali ke kantor, pusat perbelanjaan dan tempat-tempat wisata juga mulai dibuka.

Alasan pelonggaran ini beragam, mulai dari kurva yang katanya mulai melandai dan kita perlu mulai berdamai dengan pandemi Covid-19. Berbagai protokol mulai pemakaian masker, cuci tangan sampai ganti baju dan mandi setiap pulang ke rumah dihimbau untuk dilakukan untuk menjaga tertular dari infeksi.

Di banyak pasar yang merupakan tempat pertemuan banyak orang dilakukan rapid tes massal. Walaupun, di beberapa tempat pedagangnya kabur sebelum dites karena khawatir dengan keharusan isolasi ditempat yang kabarnya kurang layak. Hasilnya, dengan semakin banyak dilakukan tes, semakin banyak ditemukan pasien positif baru setiap harinya.

Sejak ditetapkan pelonggaran PSBB, banyak orang mulai merasa aman dengan mengikuti protokol yang dianjurkan. Tapi sebagian juga mulai lengah dan mengabaikan protokol. Padahal, protokol yang ada sekarang ini bukanlah obat ataupun anti virus. Semua protokol itu hanya langkah pencegahan.

Peluang untuk terkena infeksi Covid-19, jelas semakin besar dibandingkan ketika masa di rumah saja. Apalagi dengan semakin banyaknya orang di luar rumah dan semakin banyaknya yang tertular tanpa gejala, keluar rumah artinya sama dengan mengundang resiko tertular berbagai penyakit.

Jalur Puncak Bogor sering macet oleh wisatawan sejak pelonggaran PSBB ( Sumber: KOMPAS.COM/ AFDHALUL IKHSAN )
Lanjutkan membaca “Mempertanyakan Pelonggaran PSBB di Indonesia”

Buku Anak-Anak di iPusnas

Kali ini mau review beberapa buku anak-anak yang pernah dipinjam di iPusnas. Buat yang belum tahu apa itu iPusnas, bisa baca posting saya yang lama di sini. Jonathan memang belum lancar baca bahasa Indonesia, tapi kalau tidak dilatih dari sekarang, kapan lagi belajarnya.

Saya senang sekali menemukan beberapa buku anak-anak di iPusnas ternyata memakai 2 bahasa: Inggris dan Indonesia. Jadi saya berikan tugas ke Jonathan untuk membacanya. Dari setiap buku yang dia baca, saya minta Jonathan menuliskan minimum 10 kata bahasa Indonesia yang dia rasa baru untuknya.

Biasanya, untuk memberikan kenyamanan membaca buku digital, kami membacanya di tablet yang ukurannya cukup besar. Layar handphone tidak cukup besar untuk anak-anak. Jadi kami akan meminjamkan tablet yang tidak terinstal aplikasi sosial media, supaya ketika membaca tidak ada gangguan dari berbagai notifikasi lainnya.

Sejauh ini saya perhatian ada 2 pengarang yang karyanya saya suka dan berikan untuk dibacakan ke anak-anak: Watiek Ideo dan Arleen Amidjaja. Karya-karya mereka selain menggunakan 2 bahasa, ilustrasinya juga bagus dan kosa kata yang digunakan tergolong mudah untuk anak-anak, apalagi yang baru belajar membaca.

Setiap cerita dari karya mereka juga mengajarkan sesuatu ke anak dan ada pesan moralnya. Untuk yang lebih suka membeli buku fisik, beberapa dari buku ini juga memberikan kegiatan untuk dikerjakan anak-anak. Tapi untuk kami yang akses beli buku cuma setahun sekali, meminjam di ipusnas merupakan pilihan yang sangat membantu.

Lanjutkan membaca “Buku Anak-Anak di iPusnas”

17 Agustus-an warga Indonesia di Chiang Mai

Foto sebelum bubar

Hari ini, walau tidak ada upacara bendera, kami warga Indonesia di Chiang Mai menyempatkan diri untuk berkumpul-kumpul lagi. Ya sebenarnya ini alasan baik juga untuk mengajarkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia ke anak-anak kami biar tahu tentang Indonesia (walau lahir bukan di Indonesia, tapi kan warga negara Indonesia).

Tahun-tahun sebelumnya, Jonathan belum tertarik dengan cerita Hari Kemerdekaan Indonesia. Tapi tahun ini dia lebih menyimak ketika Joe menceritakan apa itu hari kemerdekaan. Apalagi Joe menceritakannya sambil menghubungkannya dengan situasi di negara-negara lain dalam perang dunia ke-2.

Tadi pagi kami juga kasih tunjuk livestream detik-detik proklamasi upacara bendera di Istana Negara ke Jonathan. Sekalian deh memperlihatkan ada banyak ragam pakaian daerah kelihatan digunakan oleh orang yang datang menghadiri upacara tersebut.

kelihatan sedikit, tapi ini aja gak habis!

Seperti biasa, kumpul-kumpul warga Indonesia tentunya kesempatan untuk melepas rindu dengan masakan Indonesia. Masing-masing masak 1 jenis, dikumpulkan jadi banyak juga. Hari hujan gerimis sejak pagi tidak mengurangi niat kami untuk berkumpul.

chef handal beraksi di dapur

Ngumpul seperti ini suatu kebahagiaan tersendiri. Sambil masak bareng ataupun cuma mundar mandir mandorin hehehe. Anak-anak yang pada ngumpul juga walau bahasanya gado-gado pada kelihatan happy aja tuh main bareng masing-masing (bareng 1 ruangan tapi mainannya masing-masing).

Ngumpul hari ini juga merupakan kesempatan perpisahan dengan salah satu keluarga Indonesia Chiang Mai yang akan pindah dari sini. Begitulah, komunitas ini memang anggotanya sering berganti. Walau biasanya sebenarnya masih suka tinggal di Chiang Mai, kenyataan ada yang harus pindah meneruskan tugas berikutnya. Teman main Jonathan berkurang lagi deh.

teman main Jona berkurang 1 lagi huhuhu

Seperti biasa, pulang dari kumpul-kumpul begini pasti bebas masak makan malam karena ada yang bisa dibawa pulang hehehe.

Terimakasih untuk teman-teman komunitas Indonesia di Chiang Mai. Senang deh bisa merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-74 ini bersama kalian. Kapan-kapan kita bisa adakan lomba ala-ala 17 an kalau anak-anaknya lebih banyak lagi ya hehehe.