Pindah server

Kayanya ini mulai jadi hobi: pindah server hosting. Sebenarnya nggak ada masalah dengan server dedicated yang lama. Tapi agak berlebihan karena ternyata nggak terlalu dipakai. Sejak memakai cloudflare, bandwidth yang dibutuhkan jadi lebih sedikit dan situs-situs saya jadi lebih cepat. Karena sudah sangat sering saya lakukan, pindah hosting sekarang bisa saya lakukan dengan cepat dan downtimenya tidak lama.

Akhirnya semua hosting dipindah ke Digital Ocean, virtual server yang memakai SSD. Saya memilih plan 10 USD (RAM 1 GB, Disk 30 GB) untuk semua website saya. Untuk server git, saya memilih plan yang 5 USD saja (512 MB, Disk 20 GB), saya tidak memakai github karena dengan setting saya sendiri, saya bisa punya unlimited private repository. Dengan perpindahan ini, tadinya biaya hosting 28-30 USD (tergantung variasi USD vs EURO) sekarang menjadi 15 USD saja per bulan.

Meski konfigurasi ini seperti mundur dari sebelumnya, tapi karena hosting ini memakai SSD, semua jadi lebih cepat. Cloudflare juga membantu dalam masalah kecepatan, meringankan beban server, dan juga menjauhkan situs dari spam dan orang jahat.

Selain mengurusi server hosting saya, bulan lalu saya meluncurkan situs BarInstall yang memungkinkan instalasi file BAR secara OTA. Layanan ini sempat dibahas di Crackberry. Untuk situs itu, saya memakai hosting terpisah dari OVH. Saya memakai paket 59 USD/Bulan. Sekarang ini paket tersebut sudah tidak ada lagi di webnya, tapi masih bisa saya teruskan. Hosting di OVH ini cukup cepat dan murah, satu-satunya keluhan adalah mereka memakai kernel yang tidak standar (dengan beberapa fitur tidak dicompile, misalnya fitur untuk QOS).

Selain memindahkan server di web, saya juga membuat perubahan dalam konfigurasi server di rumah. Tadinya saya memakai DLINK-D320 untuk file server, tapi kipasnya agak bermasalah dan suaranya jadi sangat berisik. Untuk urusan torrent, saya memakai beagleboard xm (memori DLink ini hanya 128 Mb, sedangkan beagleboard xm memorinya 512 MB).

Beberapa waktu yang lalu, saya mengganti motherboard komputer desktop saya dengan yang lebih baru (990FXA UD5 rev 3.0), supaya mendukung USB 3.0 (di kantor sudah memakai Mac Mini, Risna memakai Mac Mini dan Macbook Pro, saya memakai Laptop Asus yang semuanya sudah support USB 3) dan SATA III (supaya SSD saya bisa mencapai speed yang optimal), motherboard lama (GA-880G-UD3H) saya jadi nganggur. Akhirnya saya membeli Sempron LE-145 dengan harga 1090 baht (365 ribu rupiah, ini sepertinya CPU termurah yang pernah saya beli) dan memori 4 GB. Saya memilih Sempron LE-145 karena TDP-nya hanya 45 W saja. Dalam keadaan idle, komputer ini memakai 50 watt dan dalam keadaan high load bisa mencapai 70 watt (ini hasil pengukuran).

Penggunaan daya ini jauh lebih besar dari solusi sebelumnya (Dlink + Beaglebone + switch sekitar 18-25 watt). Tapi solusi ini jauh lebih baik bagi saya: kecepatan transfer file lebih cepat, saya bisa menginstall lebih banyak software (ada banyak software yang tidak jalan atau sangat lambat di prosessor ARM), dan hal-hal yang tadinya perlu dilakukan di dedicated server, bisa dilakukan di server Sempron ini. Untuk yang belum tahu, sekarang ini server ARM (bahkan yang quad core) sekalipun kemampuan komputasinya masih kurang bagus, misalnya lihat benchmark ini. Sempron LE 145 yang sangat murah itu bisa mengalahkan semua prosessor ARM dalam daftar itu (walau tentunya penggunaan dayanya lebih besar).

Sejauh ini saya sangat puas dengan setting terbaru ini (entah sampai kapan akan pindah server lagi).

Salinan benchmark (supaya tetap bisa diakses jika websitenya tutup/down): Benchmarking Performance of TI OMAP5432 Board – Linux.com

Keyboard mekanis

Keyboard mekanis (mechanical keyboard) adalah salah satu benda yang sudah lama ingin saya beli. Banyak sekali orang yang mengungkapkan betapa enaknya keyboard mekanis dan betapa bergunanya untuk mengurangi kesalahan mengetik.

razer-black-widow-2013-gallery-3

Sebelumnya saya memakai keyboard biasa saja, tapi sejak kantor memakai keyboard aluminium Apple, saya pun membeli keyboard yang sama untuk di rumah, karena saya mulai merasakan bahwa tangan saya sakit jika memakai keyboard di rumah. Harga keyboard ini cukup mahal (sekitar ~70 USD). Lama kelamaan, keyboard Apple ini juga mulai terasa kurang enak, dan saya tetap penasaran apakah benar keyboard mekanis benar-benar lebih baik dari keyboard biasa.

Apa sih bedanya keyboard mekanis dengan keyboard biasa? Kebanyakan Keyboard biasa memakai rubber dome, alias karet untuk memantulkan kembali tombol keyboard. Pada keyboard mekanis, setiap tombol memiliki switch. Karena penjelasan mengenai berbagai teknologi keyboard ini bisa panjang, lebih baik baca saja artikel Teknologi Keyboard di Wikipedia.

Secara real, seperti apa sih bedanya keyboard mekanis dari keyboard biasa? Hal yang paling bisa didengar oleh semua orang adalah suaranya: keyboard mekanis akan berbunyi “klik klik” dengan cukup kencang, sedangkan keyboard biasa bunyinya lebih senyap. Dari perasaan mengetik: memakai keyboard mekanis terasa lebih enak di jari, kita bisa merasakan ketika sebuah tombol sudah tertekan dari bunyi klik (yang juga terasa di jari). Di keyboard biasa, biasanya kita akan menekan penuh sampai tombolnya tertekan ke dalam. Keyboard mekanis juga sangat berat, dari 500g sampai 1500g (bahkan mungkin ada yang lebih).

Sepertinya hal yang saya sebutkan di atas itu sangat sepele, tapi sebagai orang yang mengetik banyak teks (terutama source code), saya merasakan bahwa menggunakan keyboard mekanis mengurangi kesalahan saya cukup banyak. Ketika bekerja dengan command line, SSH ke remote host yang lambat, saya bisa yakin ketikan saya sudah benar dan tidak perlu stress mengedit hasil ketikan.

Kenapa tidak dari dulu memakai keyboard mekanis? pertama harganya mahal, keyboard mekanis harganya antara 60 – 200 USD. Kedua: saya tidak menemukan toko offline di mana saya bisa mencoba keyboard tersebut (takut ternyata saya tidak suka). Ternyata selain untuk orang yang banyak mengetik, keyboard mekanis banyak dipakai oleh PC gamer. Jadi cara termudah adalah mencari toko yang memfokuskan diri pada game PC dan aksesorinya (walaupun saya akhirnya memesan hanya dari hasil riset, tanpa coba-coba dulu).

Perlu diperhatikan bahwa ada banyak jenis keyboard mekanis. Dari riset saya, saya mencari keyboard dengan switch Cherry MX Brown atau Blue. Cherry MX Red dan Black cocok untuk game, tapi kurang nyaman untuk mengetik. Cherry MX Brown sangat bagus untuk mengetik, tapi tidak bagus untuk game, sedangkan Blue bagus untuk keduanya.

Setelah mencari ke sana kemari, akhirnya pilihan jatuh pada Razer BlackWidow yang memakai Cherry MX Blue.

Saya baru memakai keyboard ini beberapa hari, tapi sejauh ini, saya sangat puas dengan keyboard mekanis saya. Sama puasnya dengan membeli SSD yang membuat komputer lebih cepat, dan water cooler yang membuat komputer jadi jauh lebih senyap. Investasinya memang cukup mahal, tapi teorinya ini akan dipakai lama, tidak seperti investasi pada CPU, motherboard dan graphic card yang biasanya akan digantikan dalam 2-3 tahun saja.

Komputer yang senyap dan beberapa keisengan lain

Sebenarnya sudah agak lama saya merasa kesal dengan bunyi komputer saya yang kipasnya berputar sangat cepat, tapi akhir-akhir ini jadi semakin terasa. Dulu di apartemen, komputer ada di ruang tamu dan ruangan relatif dingin, karena AC sering dinyalakan di ruang tamu sehingga kipas tidak berputar terlalu kencang. Sekarang komputer ada di ruang kerja, dan AC tidak dinyalakan sampai saya masuk untuk bekerja, dan sementara ruangan baru mulai mendingin (butuh waktu agak lama di musim panas ini), bunyi kipas prosessor bisa sangat kencang. Setelah mempelajari mengenai pendinginan prosessor, saya memutuskan melakukan dua hal: membeli water cooler untuk prosessor (yang closed loop
) dan membeli casing yang lebih besar (full tower). Casing yang saya pilih adalah Chaser MK I, pertimbangannya: reviewnya sangat bagus, memiliki 3 kipas yang besar, sudah ada port USB 3, dan bahkan saya bisa meletakkan harddisk langsung di atasnya (eSATA). Inilah casing termahal yang pernah saya beli sejak saya punya komputer (4850 baht, sekitar 159 USD, hampir 1.6 juta rupiah).

Dan untuk pendinginnya, saya memilih Cooler Master Sheldon 240m. Mencari cooler di Chiang Mai ini tidak mudah, bahkan banyak toko tidak tahu mengenai closed-loop water cooler ini. Akhirnya saya memesan online. Ini juga cooler termahal yang pernah saya beli (4290 baht). Sebenarnya ada banyak cooler lain yang berbasis udara (bukan liquid) yang harganya lebih murah dengan kemampuan pendinginan yang lebih baik dan suara yang juga cukup senyap, tapi semua benda itu sangat besar. Pendingin dengan closed loop liquid sangat ringkas, jadi saya tidak perlu memikirkan ukuran komponen lain. Pendingin ini juga kompatibel dengan semua soket prosessor yang ada saat ini (termasuk juga jika saya ingin mengupgrade ke Intel haswell terbaru, pendinginnya mendukung socket 1150).

Setelah memakai Windows 7 dan 8 di rumah cukup lama, saya ingin kembali memakai Linux (di kantor saya tetap memakai Mac dan Linux). Windows memang sangat praktis untuk berbagai hal, tapi untuk beberapa hal lain, Linux masih lebih nyaman. Jadi saya berencana untuk dual boot. Karena sudah sangat terbiasa dengan SSD, saya membeli SSD 60 GB untuk diinstall Linux. Sekarang SSD 60 GB merk Kingston bisa didapat dengan harga 1950 baht (sekitar 630 ribu).

Lanjutkan membaca “Komputer yang senyap dan beberapa keisengan lain”

Arduino

Sekitar 4 tahun yang lalu saya menulis tentang hobi baru saya: elektronik. Sejak Jonathan lahir, hobi tersebut mulai agak saya tinggalkan, karena butuh waktu untuk hobi ini. Misalnya untuk menyolder butuh ketenangan, dan Jonathan tidak boleh dekat-dekat karena berbahaya. Sekarang ini saya kebanyakan melakukan hal-hal kecil, seperti misalnya menambah serial bluetooth module di router.

Waktu memulai hobi saya (2009), Arduino sudah mulai terkenal, buat yang belum tahu apa itu arduino, bisa dibaca di artikel wikipedia ini. Atau jika malas, silakan lihat video singkat perkenalan Arduino ini:

Di tahun 2009 (waktu saya memulai hobi saya) menurut saya harga Arduino masih terlalu mahal, lebih dari 30 USD (sampai 65 USD untuk arduino mega), belum termasuk ongkos kirim. Itu baru harga board utama, belum termasuk shield dan modul-modulnya. Sebagai perbandingan, harga satu chip mikrokontroller hanya sekitar 20-30 ribu rupiah, dan komponen lain (kristal, voltage regulator, kapasitor, dsb) harganya juga relatif murah. Selama beberapa bulan belajar, mungkin dana yang saya keluarkan jika dirupiahkan sekitar 2 juta rupiah. Menurut saya itu tidak banyak, mengingat biaya untuk kursus apapun sekarang ini minimal ratusan ribu rupiah.

Saya senang waktu pertama kali belajar, saya menyolder sendiri tiap komponen, dan mengerti bagaimana tiap komponen bekerja, tapi sekarang saya ingin bereksperimen dengan cepat karena waktu saya tidak banyak (lebih banyak bermain dengan Jonathan). Sekarang saya lihat harga Arduino resmi sudah turun, ditambah lagi ada banyak sekali clone Arduino yang diproduksi Cina, harganya juga jauh lebih murah, 2-4x lebih murah.

Misalnya harga Arduino UNO yang saat ini dijual resmi dengan harga 20 EURO (27 USD), belum termasuk ongkos kirim yang cukup mahal ke asia (Thailand/Indonesia) yaitu 10 EURO (13.5 USD), tapi di AliExpress, clonenya di jual dengan harga 9.9 USD saja (sudah termasuk ongkos kirim). Arduino mega yang resminya 39 EURO (52 USD) dijual dengan harga 16 USD. Demikian juga dengan modul/shield tambahan, misalnya shield ethernet yang lebih dari 29 EURO (39 USD), dijual dengan harga 9 USD.

Tentunya ada perbedaan kualitas, misalnya Arduino yang resmi ROHS compliant (Restriction of Hazardous Substances compliant, tidak memakai timbal dan logam berbahaya lain), tapi yang buatan Cina saya kurang tahu apakah compliant atau tidak. Mengingat timah solder yang saya pakai dulu juga memakai timbal, saya tidak merasa ini sebagai kemunduran. Jika nanti Jonathan ingin saya ajari elektronik, saya akan membeli Arduino yang bebas timbal dan logam berbahaya lain, tapi untuk saat ini, yang ini sudah cukup.

Membuat komponen elektronik dengan Arduino memang tidak akan semurah melakukan semuanya sendiri secara manual, tapi jika waktu Anda terbatas, coba tengok Arduino. Dulu memang banyak yang melecehkan Arduino karena banyak pemula yang bangga membuat proyek sederhana yang harusnya bisa dikerjakan dengan lebih murah. Contohnya bangga bisa membuat LED berkedip dengan Arduino, padahal itu bisa dilakukan dengan IC 555 tanpa microcontroller sama sekali (dan harga IC555 hanya sekitar seribu rupiah). Banyak orang takut bahwa jika orang diperkenalkan Arduino, ilmu mereka tidak akan bertambah (jadi malas belajar). Sekarang ini mulai banyak orang profesional yang menerima Arduino dan menjadikanya alat untuk prototyping cepat.

Menambah SSD di Laptop Asus N43S

Sejak Risna membeli Macbook Pro baru, saya memakai laptop Asus N43S jika sedang bekerja sambil nonton di depan TV. Laptop ini cukup powerful (Core i5) dengan 2 graphic card, tapi menurut saya terasa lambat karena saya terbiasa memakai SSD.

Setelah mengupgrade SSD desktop yang saya beli tahun lalu (60 GB) dengan yang baru (180 GB), saya ingin mengganti HD laptop (640 GB) dengan SSD dari desktop. Tapi saya agak khawatir juga apakah 60Gb itu akan cukup atau tidak. Jadi daripada mengganti, saya memutuskan untuk menambahkan SSD dan tetap memakai 640 GB yang sudah ada di laptop tersebut.

Tentu saja laptop tersebut cuma punya satu slot harddisk, jadi saya membeli DVD Caddy yang berfungsi untuk menggantikan DVD (yang jarang dipakai) dengan slot HDD/SSD. Bentuknya seperti ini:

IMG_4738

Harganya sekitar 90 ribu rupiah dari AliExpress. Setelah dipasang, ternyata hasilnya kurang terlihat bagus, karena cover slot DVD-nya tidak bisa dipasang dengan baik:

 

Lanjutkan membaca “Menambah SSD di Laptop Asus N43S”

BlackBerry 10

Besok, RIM akan merilis Blackberry 10, smartphone terbaru dengan sistem operasi baru (BB10). Sistem operasi baru ini benar-benar berbeda dari yang sebelumnya berbasis Java (disebut BBOS), dan lebih mendekati iOS dan Android. Walaupun terbilang telat, saya sangat berharap OS baru ini bisa sukses. Menurut saya, secara hardware dan software, ponsel yang akan dirilis RIM ini sudah sangat bagus. Kalau dilihat dari hardwarenya:

  • Layarnya sudah retina display, seperti iOS (dan beberapa HP Android kelas atas)
  • Punya slot microSD, jadi kapasitasnya bisa ditambah, tidak perlu memikirkan kapasitas
  • Punya konektor micro HDMI, tidak perlu beli aksesori ekstra seperti di iOS
  • Kameranya bagus (8 Mp belakang dan 2 Mp depan), bisa merekam 1080p
  • Baterenya bisa diganti, cocok untuk orang yang ingin membawa batere cadangan
  • Koneksinya lengkap (semua band + LTE), Wifi (a/b/g/n), Bluetooth 4.0, NFC

Saya sudah mencicipi kemampuan hardware Blackberry karena sudah mendapatkan Dev Alpha B, device khusus untuk developer untuk mengembangkan aplikasi BB10 sebelum waktunya launching.

Dari sisi software, mereka tidak lagi peduli dengan software untuk blackberry lama (tidak jalan di BB10). Semua softwarenya dari level OS-nya baru.

  • Meski device pertama hanya memakai touchscreen (tanpa keyboard), tapi keyboard virtualnya sangat bagus. Saya sudah mencoba berbagai keyboard virtual di berbagai platform (iOS, Nokia, Android, termasuk beberapa keyboard alternatif seperti Swype), dan menurut saya dibanding yang lain, keyboard BB10 yang paling bagus.
  • Browsernya amat sangat bagus, bahkan mendukung konten Adobe flash. Flash hanya diaktifkan jika terdeteksi bahwa website memakai flash secara ekstensif, jadi tidak akan menghabiskan batere karena flash tidak akan ditampilkan jika website sekedar memakainya untuk iklan. Andaikan tidak suka, flash juga bisa dimatikan.
  • Ada BlackBerry hub untuk menyatukan semua bentuk komunikasi (BBM, Email, SMS, Facebook, Twitter, dsb).
  • Multitasking sejati.
  • Saat ini saya belum mencoba (karena belum diaktifkan di dev alpha), tapi mereka juga berusaha mengejar ketertinggalan. Ada asisten seperti SIRI, peta dengan turn by turn navigation dan 3D view.

Menurut saya, BB10 ini punya banyak harapan sukses, beberapa faktor yang bisa membantu kesuksesannya:

  • Pengguna BlackBerry BBOS masih sangat banyak, 70 juta orang masih berlangganan BBM. Sebagian besar orang lembam, tidak mau berpindah ke merk lain yang tidak mereka kenal. Jadi ada harapan bahwa sebagian besar pengguna ini akan beralih ke BB10.
  • Dua pemain terbesar adalah iOS dan Android, tapi sebagian orang malas berpihak pada iOS dan Android, dan ingin sistem operasi yang lain. Sekarang ini OS alternatif yang ada di pasaran belum banyak: Windows (masih kurang sukses), BADA (masih kurang sukses), Symbian (sudah akan dihentikan sebentar lagi). Jika harga ponsel BB10 ini tidak terlalu mahal, maka persaingannya adalah dengan Android.

Tapi tentunya ada juga beberapa hal yang mungkin menghalangi kesuksesannya:

  • Beberapa aplikasi mungkin tidak akan pernah ada di BB10, misalnya Skype (karena dimiliki Microsoft). Tapi semoga saya salah dan RIM bisa bernegosiasi dengan Microsoft. Update Saya salah, ternyata Skype, Kindle dan banyak aplikasi lain akan ada di BB10 :).
  • Beberapa aplikasi mungkin akan lama baru akan diporting ke BB10, karena mereka menunggu dulu apakah bakal sukses atau tidak. Ini bisa jadi seperti ayam dan telur: BB10 butuh aplikasi tertentu supaya sukses, tapi aplikasi tertentu cuma akan ada versi BB10-nya jika BB10 sukses.
  • Mungkin orang sudah bosan dengan BlackBerry, dan RIM tidak bisa menghapus kesan bahwa BB itu lambat, multimedianya kurang bagus, dsb
  • Saat ini belum semua API disediakan oleh RIM (misalnya API untuk background processing), sehingga sulit untuk membuat aplikasi tertentu. Semoga RIM tidak berlambat-lambat mengimplementasikan fungsionalitas penting di OS-nya.

Semoga sukses BB10, kami (saya dan Risna) sangat menunggu peluncurannya pada 30 Januari 2013, 10 pagi Eastern Standard Time, alias 30 Januari 2013 jam 9 malam WIB/ICT.

Menulis program Alkitab, dulu dan sekarang

Di posting ini saya ingin sedikit bernostalgia membuat program Alkitab di device Nokia 3650 yang sangat terbatas, sampai device terbaru Blackberry 10 yang sangat mudah. Isinya kebanyakan teknis pemrograman mengenai betapa sulitnya dulu membuat program Alkitab, dan betapa mudahnya sekarang membuat program Alkitab.

Warning: posting ini panjang sekali. Dan jika Anda bukan programmer, mungkin bisa dibaca singkat saja ke bagian akhir (penutup).

Lanjutkan membaca “Menulis program Alkitab, dulu dan sekarang”