Membagi daya UPS


Hampir setiap anak kost sekarang punya UPS (Uninterruptible Power Supply) untuk Personal Computer. Berhubung kost saya juga termasuk kost yang berpenghuni 17-19 orang dengan daya pas-pas an (baca: sering mati lampu), saya termasuk orang yang membutuhkan UPS agar komputer yang dikaryakan jadi TV tidak mati disaat terjadinya gangguan tersebut. Masalahnya adalah…UPS saya walaupun dari spesifikasinya bisa sampai 600VA, output power hanya bisa ke kabel power PC (lihat gambar biar jelas). Sedangkan, sejak memakai monitor LCD, kabel yang digunakan adalah kabel biasa (ujungnya langsung ke power listrik). Bisa saja saya membeli kabel power monitor, tapi..ketika ingin menonton TV dari TVTuner internal, hasilnya suaranya ga keluar. Kalau film lagi seru, tiba-tiba mati lampu, tidak nyaman rasanya. Belum lagi, kalau nontonnya dari decoder Indovision, otomatis kalau mati lampu ga bisa nonton TV. Untuk tetap menikmati kenyamanan menonton, maka saya berpikir untuk memaksimalkan penggunaan UPS saya.

Di manual dan brosur UPS saya ada disebutkan hanya untuk komputer, tapi…untuk kasus saya, speaker juga bagian dari komputer. Saya pikir, jika dayanya cukup untuk dibagi, saya tetap tergolong memakainya untuk komputer. Setelah melakukan berbagai riset di Internet, mengumpulkan data mengenai kebutuhan daya dari CPU yang hanya berisi harddisk dan 2 card PCI, monitor LCD 15 inch, speaker aktif Altec Lansing, dan decoder Indovision, total….sekitar 300watt (semoga saya tidak salah hitung). Akhirnya timbul ide untuk membuat ekstension listrik yang di outputkan dari UPS, dan menerima input colokan biasa (nama tepatnya kurang tahu, tapi liat seperti yang digambar).

Awalnya ide membuat ekstension listrik terlihat mudah, karena sebelumnya saya juga baru menukar kabel dari tempat yang kepala pencabangnya tidak bagus lagi. Dengan percaya diri, saya membeli kabel power monitor yang punya kepala 3 di kedua ujungnya. Lalu saya membuang bagian yang tidak bisa masuk ke UPS dan akan meletakkan kepala pencabang disitu. Masalah timbul ketika saya baru tahu bahwa kabel power itu di dalamnya terdiri dari 3 kabel kecil, bukan seperti kabel listrik biasa yang dalamnya hanya 2 kabel. Artinya saya harus menemukan mana kabel yang menjadi ground. Jika saya punya multitester, rasanya masalah ini bisa diatasi dengan mudah, tapi…masalahnya saya tidak punya multitester.

Seminggu lebih terpotong waktu berlibur, secara background saya memikirkan bagaimana caranya supaya bisa menemukan mana kabel yang ground. Secara insting, 3 kabel kecil itu punya 2 warna hitam dan merah. Ada 2 hitam, dan 1 kabel merah, logikanya yang berbeda itu lah yang ground. Tapi…berdasarkan informasi dari orang yang lebih mengerti listrik, kabarnya perbedaan warna tidak selalu menentukan ground, apalagi kalau kabelnya murahan. Harus dibuktikan terlebih dahulu mana yang ground jika tidak ingin mengambil resiko merusak barang elektronik. Seperti tadi saya sebutkan, cara menentukan ground paling mudah adalah dengan multitester, tapi..bagaimana jika tidak punya?, cara kedua yang dipikirkan adalah, mencoba menyambungkan kabel merah dengan bagian tengah yang terbuat dari besi dari ujung satunya melalui batu batere, lalu mencoba menyalakan lampu kecil (seperti lampu senter). Masalah saya yang berikutnya adalah: saya tidak punya senter yang bisa diambil batu baterenya maupun lampu kecilnya (repot banget kalau harus beli senter dulu ya).

Akhirnya hari ini Joe menemukan cara dengan apa yang ada dirumah. Kebetulan, gantungan kunci saya berbentuk lentera yang bisa menyala dengan menggunakan batere kecil. Sedikit repot karena lampunya tidak bisa dilepas, dan baterenya sangat kecil. Dengan sedikit susah payah, akhirnya bisa yakin bahwa kabel merah memang kabel ground. Memang terlihatnya apa yang saya lakukan sangat repot, semoga Anda tidak harus mengalami kerepotan seperti yang saya alami ini. Setelah ground ketemu, selanjutnya sangat mudah, tinggal memasang kabel ke kepala pencabang seperti biasa, dan ground dipasang ditengah.

Sementara ini, saya tidak berani membebani UPS saya terlalu banyak kalau tidak sangat terpaksa. Dengan beban semakin banyak, daya bertahan UPS ketika mati lampu juga jadi lebih sebentar. Artinya, saya juga harus turun tangan mengurus daya yang turun kalau lebih dari 5 menit tidak ada yang berhasil menyalakan listriknya.

Update: Penjelasan tambahan
Hal yang paling penting adalah INI SUDAH BERHASIL DIPAKAI DAN MASIH DIPAKAI, jadi tidak ada logika yang salah.

Kedua, yang namanya ground dalam konektor standar IEC60320 yang dipakai oleh UPS adalah kabel tengah. Hal ini bisa dilihat dari dua gambar berikut (diambil dari http://en.wikipedia.org/wiki/IEC_connector dan http://www.otto-heil.de/pdf/references.pdf ):


Kebetulan warna ground yang ada pada kabel yg kami pakai adalah merah, namun adik Joe di elektro menyatakan bahwa tidak semua kabel memiliki pewarnaan yang sama (terutama kabel murahan, dan setidaknya dia sudah pernah menemukan satu kabel yang warnanya tidak standar). Untuk memastikan bahwa kabel merah adalah benar ground, maka diperlukan percobaan yang telah dijelaskan di atas.

Percobaan di atas sudah dikonsultasikan dengan teman-teman lulusan elektro yang sebelumnya semuanya angkat tangan dan hanya tergantung pada alat yang namanya multitester/multimeter (makanya saya butuh waktu seminggu untuk mulai bereksperimen). FYI walaupun saya bukan dari latar belakang kelistrikan/elektro, tapi saya sudah sering eksperimen dengan alat-alat listrik.

Memang VA tidak sama dengan Watt, tapi biasanya mendekati (tergantung beban), dan toh saya tidak membebani UPS saya dengan daya yang melebihi setengah dari VA nya UPS (tidak lebih dari 250 watt). Kenapa saya tidak beli 1200VA? karena UPS 600VA pun masih cukup. Komputer, monitor LCD, speaker dan peralatan yang saya sambungkan total masih lebih kecil dibandingkan menggunakan komputer yang diberi monitor CRT. Kalau Anda menggunakan komputer dengan monitor CRT, mungkin jangan berpikir untuk menambahkan beban yang lain-lain.

Terakhir kali mati lampu karena kurang daya di rumah selama lebih kurang 10 menit, saya masih bisa menonton Indovision di komputer saya. Belum pernah ditest berapa lama kekuatan maksimal UPS tersebut, tapi 10 menit sudah cukup sampai lampu dinyalakan kembali.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

8 thoughts on “Membagi daya UPS”

  1. Kemaren bingung milih UPS, bagusan yang mana ya…..
    1. UPS yang daya tahannya lama banget
    2. UPS yang bisa dimonitor dan disetting via komputer (tapi daya tahannya gak lama)
    alhasil beli yang kedua sih, tapi untung sampai sekarang gak ada komplain.
    Merknya POWERCOM UPS WOW 525 UPS (525 VA), 400 ribu…. mahal….

  2. Teman, semoga comments saya belum terlambat. Kabel merah itu bukan kabel “ground” tapi “phase” alias yang dialiri oleh arus listrik. Ntar bisa rusak UPS-mu. Jadi tiga dari 3 kabel itu, 1 merah dan 2 hitam, yang dihubungkan ke steker yang merah dan yang hitam satu (yang nol, bukan yang ground), kalo yang kamu sambung hitam semua, mau hidup dari mana, lha wong nggak ada arus yang mengalir.
    Maaf ya, tetapi logika kamu terlalu dipaksakan, lagipula satuan daya dalam VA tidak sama dengan satuan daya Watt. Gituu… Apa nggak ada temen yang sekolah di STM, jurusan Listrik atau Elektronika khususnya, atau yang kuliah di Fakultas Teknik jurusan Elektro?
    Satu lagi, kalo ingin kepuasan di atas segalanya, kenapa kemaren nggak beli UPS yang 1200 VA aja?? Mahal ya?? Emang.. Nabung dong…
    UPS-nya jangan terlalu dimaksimalkan ya. Mungkin mamaksimalkan dalam “logika” kamu sama dengan memaksakan bagi “logika” si UPS.

    Semoga membantu…

    added by rhin

    thx buat komentarnya, tapi komentar ini tidak valid, sudah ditambahkan informasinya di atas, jangan buru-buru ngasih komentar kalau belum baca dengan teliti. It works kok. (jangan juga merasa lebih pintar dan menghina logika orang kalau belum mengerti penjelasannya). Bahkan anak elektropun belum tentu tahu cara tersebut.

  3. Sebaiknya kamu cari pinjaman multitester atau setidaknya tespen, agar supaya nggak salah waktu nyambungnya. Korban dikit nggak papa lah, daripada eh daripada ntar ancur semuanya.

    Nb: Menggunakan Multitester (Multimeter)-nya jangan salah ya… Harus dalam range yang sesuai 🙂

    added by rhin:

    tidak dibutuhkan multitester dengan cara yang saya jelaskan diatas, yang perlu diketahui apakah kabel itu membentuk sirkuit atau tidak. Memang orang semakin malas dengan alat-alat ukur sehingga lupa cara primitif kabel + batere+lampu = lampu bisa menyala jika disambung dengan benar.

  4. Maaf Rhin, kemaren waktu aq posting komentarku yg sebelumnya, “update penjelasan tambahannya”-nya belom ada, gitu….
    Dan jg aq sama sekali gak ada maksud menghina logika kamu, maka dari itu aq pake kata “maaf”…
    Ternyata cari temen di dunia maya lebih susah ya, dan temen-temen sekarang jadi lebih gampang cepet”panas”…
    Kapok deh…
    Salam.

    1. Ya, bahkan tanpa update penjelasan, udah dijelaskan dengan amat jelas gitu lho bahwa itu SUDAH berhasil, pake menghina logika orang.

  5. maaf mengganggu,,
    apa yang dikatakan sma nvtriyan itu sudh sangat benar pasalnya namanya alat multi tester itu tidak hanya untuk mengetahui mana yang pash, mana yang nol, mana yang ground tetapi juga dapat mengetahui berapa nilai Va pada output ups
    apa yang di katakan sama rhin itu juga tidak salah, emang benar dengan tidak menggantungkan diri pada suatu alat itu dpt membuat kita lebih kreatif, tapi maaf ya untuk ups jgn di paksakkan pemakaianya kan u udh bilang maksimal 80 %
    oh y jgn lupa yng namanya ups itu keadaanya harus tetap dingin, tujuanya untuk memper panjang umur ups tersebut

    trimmssss,,,,,,, 🙂

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.