Masih seputar menyusui

Disclaimer: Saya bukan anti asi ataupun asi ekslusif, saya sendiri memberikan asi buat Jonathan setidaknya sampai dengan hari ini dan masih akan berencana minimal 6 bulan (sesuai anjuran WHO).

Saya mengikuti sebuah milis yang diikuti para ibu-ibu (dan bapak) yang memberikan ASI kepada anaknya. Terkadang saya cuma bisa geleng-geleng kepala kalau membaca beberapa komentar di milis itu. Saya malas berbalas balasan di milis, makanya saya tulis saja opini dan unek-unek saya di sini. Saya tidak bermaksud mendiskreditkan asi ataupun para ibu yang berjuang untuk memberikan asi, saya hanya menghimbau biar kita ga usah terlalu berlebihan dan tetap mengutamakan kesehatan anak dibanding embel-embel lainnya.

1. Beberapa ibu (dan calon ibu) sangat fanatik dengan ASI, kenapa saya sebut fanatik? karena mereka selalu dengan gampang bilang ASI is the best, susu formula itu dari sapi bukan untuk anak manusia!, yang biasanya ujung-ujungnya akan muncul slogan: susu sapi untuk anak sapi bukan untuk anak manusia.

Saking fanatiknya sampai bilang dengan asi bisa bikin akhlak anak baik seakan berkata anak yang mengkonsumsi susu formula ga berakhlak sebaik anak asi. Tidakkah mereka tahu ada banyak sekali faktor yang mempengaruhi tumbuh kembang anak selain susu.

Saya heran dan bertanya-tanya, darimana asal mula anggapan seperti ini? apakah mereka sangat bersemangat mau mengutamakan asi sehingga menjelek-jelekkan susu formula? Apa mereka tidak tahu kalau susu formula tidak jelek sama sekali? Minimal susu formula yang beredar sudah melewati penelitian ilmiah dan sudah dikonsumsi selama bertahun-tahun dan sudah menolong banyak bayi (termasuk saya).

Apa mereka tidak tahu bahwa kandungan susu formula sudah jelas dan semua vitamin dan zat yang terkandung itu tidak jelek sama sekali? Saya bukan pendukung ataupun punya bisnis susu formula, tapi saya tetap tidak mengerti kenapa ibu-ibu yang sangat fanatik dengan asi itu tidak bisa melihat betapa susu formula sudah banyak membantu anak yang tidak mendapatkan asi dari ibunya dengan berbagai alasan.

Mereka beranggapan semua yang dibutuhkan bayi sudah ada dalam asi, padahal sebenarnya vitamin D tidak cukup dari asi. Bayi yang minum susu formula lebih mendapat cukup vitamin D dari susu dibanding bayi asi. Untungnya memang di Indonesia dan Thailand sinar matahari cukup memberi ultraviolet untuk mencukupi kebutuhan vitamin D bayi.

2. Beberapa ibu merasa menyesal dan bersalah karena anaknya mengkonsumsi susu formula beberapa hari di masa hidupnya. Ada kesan mereka menganggap susu formula itu barang haram, sehingga disesali dan merupakan kesalahan ibu kalau anak sampai “tercemar” susu formula. Tidakkah ibu itu menyadari kalau susu formula itu sudah membantu anaknya melewati masa awal hidupnya ketika susu ibu belum berjalan lancar? Mana sih yang lebih penting: anak sehat atau gengsi ibu memberi anak asi eksklusif?

3. Beberapa ibu berlomba memberikan asi ekslusif pada anaknya, mereka berusaha keras biar anaknya dapat label sarjana asi, s2 asi ataupun s3 asi. Dan kalau mereka gagal memberi label buat anaknya mereka merasa sangat sedih (ada ibu yg menyesali anaknya minus beberapa hari supaya dapat s3 asi). Saya heran, sebenarnya asi itu buat anak atau buat kebanggaan ibu ya? WHO menyarankan cukup 6 bulan saja, kenapa harus berlebihan sih?

4. Beberapa ibu yang mati-matian cuma mau kasih asi sama anaknya dengan asumsi slogan: asi itu diciptakan Tuhan pasti cukup. Tidakkah mereka tahu, ada beberapa hal yang memungkinkan asi itu memang kurang (baca posting sebelumnya).

5. Banyak ibu yang berlomba-lomba menuh-menuhin kulkas buat stok asip, mereka sangat mengutamakan pumping dan membuat ibu-ibu yg hasil pompanya sedikit jadi minder. Saya heran, apakah memang memberikan asi ini perlombaan ya?

6. Ada anggapan susu UHT lebih baik dari susu formula untuk anak setelah 1 tahun. Ada berbagai artikel tentang ini, tapi menurut saya itu sih kembali ke ibu masing-masing. Buat saya susu formula yang khusus bayi jelas lebih pasti aman dikonsumsi bayi daripada susu lainnya yang ditujukan untuk orang dewasa.

7. Beberapa ibu sepertinya mengandalkan milis sebagai sumber bacaan tanpa berusaha mencari referensinya dari buku atau sumber lain yang lebih resmi dan terpercaya.

Mungkin ada beberapa hal lain yang sering juga bikin saya mengernyitkan kening yang dibahas di milis tersebut, tapi ga related langsung ke asi. Untungnya ga semua ibu di milis itu melakukan hal-hal yang saya sebutkan diatas, masih ada ibu-ibu lain yang memberikan saran-saran yang lebih masuk akal dan tidak terlalu berkesan fanatik dan memberi referensi yang berguna. Kalau semua ibu-ibunya bikin garuk kepala pasti saya sudah ga gabung lagi deh di milis itu.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

12 thoughts on “Masih seputar menyusui”

  1. ehehehehehe
    Definitely agree
    Waktu sebelum hamil, gw banyak “dicekoki” tentang “asi is the best, setiap orang pasti bisa menyusui, hanya 2% dari 100 ibu tidak bisa menyusui bayinya, IMD adalah suatu keharusan, dll de es be” sehingga akan dianggap suatu “dosa” jika “gagal” memberikan asi utk bayi
    Waktu baru melahirkan, antara sakit pasca caesar, pengalaman pertama kali melahirkan, bingung juga, asi gak keluar2 sampai hari kedua. Hari kedua si Fathan udah nangis2, karena lapar.. apa boleh buat, terpaksa dikasih ke suster untuk dikasih susu formula.
    Waktu Fathan kuning, suster menyarankan asi dipompa, karena tidak bisa menyusui setiap waktu. Pas jam menyusui juga dia demennya tidur…. sementara hasil pompaan gak bisa banyak2 walaupun sudah mengikuti anjuran orang2 (makan banyak, makan sayur, minum susu + air banyak2). Gak sampai 10 cc per jam, sementara sekali minum si Fathan butuh 90 cc minimal. Walhasil, direlakan lagi ke sufor.
    Pulang dari RS, bener2 diupayakan untuk full ASI (karena gw masih sangat “percaya” bahwa ASI itu PASTI cukup, badan pasti memproduksi ASI sesuai kebutuhan). Tapi ini hanya bertahan beberapa minggu saja.. beberapa minggu kemudian, saban kali PD udah kosong, Fathan gak mau ngisep lagi, dan dia ngamuk.. kalau udah ngamuk gak kira2, bisa sejam nangis kenceng gak berenti, kita yang lihat juga kasihan.. walhasil dikasih lagi susu formula. Dengan kondisi seperti ini, bisa dimaklumi betapa gw SEBAL BANGET sama orang2 yang pamer foto isi kulkasnya yang isinya ASIP beku berbotol2, sementara hasil gw mompa utk persiapan kantor pun habis hanya dalam setengah hari saja.
    Jadi sekarang prinsip gw yang penting Fathan sehat (alhamdulillah dia belum pernah sakit), cukup minum, mompa sedapatnya (sehari bisa bawa pulang max 450 cc, tapi itu pun kadang setengah kepake malam2 waktu produksi ASI gak cukup) huehehe… Yang penting niat, karena banyak juga ibu2 lain yang emang niatnya ngasih ASI + SUFOR ataupun full SUFOR setelah bekerja karena malas repot (ini info dari baby sitter gw hehehe)

    ~kok jadi curhat.com seh~

  2. Tambahan: makanya gw males ikutan milis aneh2 πŸ˜€
    mending kalo perlu2 gw tanya langsung sama temen2 gw yang udah pengalaman ataupun cari di buku / googling πŸ˜€

    1. kemaren kan ikut milis karena persiapan melahirkan, tapi kok ya malah menemukan hal2 yg mengernyitkan kening, tapi kdg emang ada info yg berguna juga, toh gmail gue masih banyak spacenya jadi biarin aja deh menuh2in inbox hehehe

  3. LOL. This definitely my thought about breastfeeding Mbak Risna. Anak gw pun ASI sampai sepuluh bulan ini biasa aja tuh, ga sombong, ga rese sama ibu2 yang lain. Dunia ibu tuh emang kejam, ada yang ga biasa aja, kita udah dianggap ibu yang gagal πŸ™‚ Salam kenal yaa..

  4. Catatan oleh pemilik blog: ini contoh ibu2 yg fanatik dengan ASI, yang selalu negatif membaca apapun yang berhubungan dengan sufor. Bahkan tidak membaca bahwa kami memberi ASI (sampai sekarang pun masih) dan kami menggunakan konsultan laktasi. Bahkan kami belum pernah membeli susu formula sama sekali. Ibu ini juga tidak membaca bahwa ada ibu-ibu yang menderita penyakit tertentu yang tidak akan bisa cukup ASI serileks dan sebahagia apapun mereka.

    maaf ya saya aga tersinggung sm artikel ini.
    Sufor dibuat mirip asi, dan tdk pernah sm dgn asi. Asi adl yg terbaik. Wajar klo ibu2 di milis itu sperti itu krn mereka ingin yg terbaik bwt anaknya. Dan wajar mereka memberikan reward s1 sd s3 bukan krn obsesi melainkan motivasi,.
    Mereka pikir, Slama bisa memberikan asi, knp hrs sufor? Pd asi terdapat imun kekebalan tubuh yg tdk ada pd sufor, silahkan ke klinik laktasi utk tau info ttg asi dan sufor drpd membaca artikel ini yg menulis krn emosi pribadi bukan dgn logika (baca artikel2 kedokteran ttg laktasi ya).
    Dan itu pilihan mereka, jd bagi ibu2 yg ga sengaja baca artikel ini, jgn putus asa memberikan asi pd bayinya, masalah cukup atau tdk sebenarnya tergantung dr psikologis ibu. Jika anda rileks, tenang, dan bahagia memberi makanan pd bayi anda, produksi asi pun akan lancar. Jika anda stress, produksi asi akan menurun.

  5. @ mom Yesha,
    Bacalah artikel di atas dan artikel sebelumnya dari penulis blog (http://blog.compactbyte.com/2011/02/04/tentang-menyusui/#more-1211) secara FULL dan kepala jernih sebelum mulai mengomentari seperti di atas.
    Risna tidak pernah bilang bahwa sufor lebih baik dari asi. Dia memang bilang bahwa ada beberapa zat yang mungkin di asi tidak ada, sehingga saya rasa ibu2 yg membaca ini perlu tahu dan tidak menganggap bahwa asi itu sudah sangat sempurna, tapi musti diperhatikan juga asupan gizinya (kalau sudah mpasi), kemudian juga diperhatikan apakah cukup mendapat paparan sinar matahari atau tidak. Fokus utamanya adalah mengomentari “kelebayan” dan kefanatikan ibu2 perihal pemberian asix, termasuk mencela dan mencerca ibu2 yang tidak memberikan asi (baik karena gagal memberikan asix atau tidak mau sama sekali memberikan asi) untuk anaknya, yang malah membuat ibu2 yang gagal asix tadi tambah stress, dan bukannya memberikan bantuan yang nyata.
    Saya angkat jempol untuk Risna. Tinggal di Thailand, jauh dari sanak saudara, hanya berdua suami, tidak pakai baby sitter, tapi sanggup mengurusi Jonathan yang nota bene anak pertamanya dan sampai sekarang pun (bulan ke-8) masih ASI Full (perkecualian di awal waktu melahirkan). Sementara banyak ibu-ibu di sini yang lebay, sudah dibantu sana sini (baby sitter, ART, nyokap, nenek), sehingga tidak ada kesulitan berarti dalam mengasuh anak plus ASIX, masih juga mencela orang lain dengan bilang anak orang lain itu anak sapi. Hadeehhh..
    Saya tidak ikut milis asi yg “terkenal” itu, karena ikutan milis itu hanya menambah stress saya saja. Tapi di milis lain yang saya ikuti yg notabene sebenarnya tentang MPASI, masih banyak saja komentar2 tentang ibu2 yang tidak memberikan ASI yang diucapkan dengan cukup sadis, sehingga saya benar2 tidak kebayang bagaimana kalau saya ikutan milis asi itu πŸ˜›
    Sampai saat ini (8 bulan) saya masih rajin mompa di kantor 3x sehari, dan jika memang ASI tidak cukup saya tambal dengan sufor (saya tidak mau pakai donor, karena tidak yakin dgn ASIP donor tsb). Berapapun yang saya dapat saya syukuri alhamdulillah, semoga masih bisa memberi ASI hingga 2 tahun.

  6. Oh ya quote yang menarik yang saya dapat dari Mod MPASI Rumahan bunyinya kurang lebih “Menyusui anak itu adalah naturenya ibu. Sehingga utk yg bisa ASIX atau full 2 tahun, biasa aja kali.. tidak usah terlalu berbangga. Untuk yang tidak bisa / gagal karena berbagai hal, ga apa2, at least you’ve tried”.
    Daripada mencela anak orang lain, lebih baik membantu dengan tindakan nyata agar makin banyak ibu di Indonesia yang tahu manfaat ASI.

    1. @Erni: salam kenal juga πŸ™‚

      @mama yesha: intinya saya cuma mau bilang ASI memang yang terbaik tapi SUFOR bukan racun dan tetep baik untuk ibu yang ASInya tidak mencukupi (untuk menyatakan sesuatu itu terbaik tentunya dari antara yang baik lainnya toh?). Saya udah bosan dengan jawaban: “ASI pasti cukup”. FYI: ASI saya berlimpah tanpa suplemen ataupun daun2an apapun, tapi saya kenal banyak teman dan saudara yang sudah berupaya jungkir balik sampai nangis darah dan tertekan karena ASI ga cukup. Mudah untuk bilang: jangan stress, tapi tidak mudah untuk tidak stress buat banyak orang. Semakin semua ibu2 lain bilang jangan stress biar ASI lancar, semakin orang itu stress karena ASI nya ga cukup buat bayinya. Akhirnya berkali-kali ke konsultan laktasipun ga bikin ibu baru tersebut lega malah jadi stress dan depresi karena merasa ga mampu jadi ibu yang bisa memberi ASI yang cukup.

      @Cepi: jadi tersipu dan terharu hehe. Yang penting anak dan ibu sehat dan papa tersenyum bahagia ^.^, tetap semangat ya cuekin aja org lebay dan suka mencela.

      Buat ibu-ibu yang tersinggung ataupun protes dengan tulisan saya ini, coba baca dulu sebelum merasa tersinggung. Saya pro ASI, saya sangat mendukung pemberian ASI ekslusif, tapi buat ibu-ibu yang memang ASI tidak mencukupi terutama di masa awal, jangan pernah berpikir memberi SUFOR itu DOSA. Semakin anda ketakutan soal SUFOR, semakin Anda jadi stress dan akhirnya ga baik juga buat Anda. SUFOR bukan racun!!! kalau memang dibutuhkan kenapa tidak?

  7. Nimbrungg!!!

    Alasan saya kasih asi sebenernya sederhana. Terlepas dr itu yg terbaik buat baby, keuangan saya lebih hemad *pake d*.
    saya dan suami boleh miskin suriskin.. Tp nino tetep bs minum dng nyaman..
    Dan lebih gampang gotong2 nino kemana pun saya dan suami mau jalan2, bahkan sampe ke bioskop sekalipun.. Heheheh..

    Kalo saya sih ngeliat perdebatan ini Asi vs Sufor itu sederhana juga. Kalo kamu bisa, kasih.. Kalo kamu berlebih, dermakan..
    Kalo kamu ga bisa kasih asi dan memutuskan sufor, itu keputusan anda sendiri.

    Asi itu berhubungan dng komitmen sih kalo buat saya, habis saya dng terpaksa mendistribusikan tugas saya d rumah sama pengasuh. Jd, pemberian asi merupakan bukti keberadaan saya walau tidak fisik.

    Buat saya justru yang lebih membahayakan adalah ketika ibu menyusui sudah merasa jenuh dng aktifitas menyusui bayinya dan akhirnya memutuskan, udah ah.. Kasih sufor aja.

    Oiya, bru dpt info dr temen nih.. Katanya setiap marketing sufor itu diiming imingi bonus trip jalan2 ke luar negri loh kalo target nya kecapai. Asik ya boooo..

    1. ya klo soal iming2 bonus, ga usah marketing sufor, semua yg namanya pegawai demen kali yg namanya bonus :P, emang asi yg terbaik, tapi sufor udah bantu nino juga toh di masa awal, kebayang klo ga ada sufor waktu itu gimana coba

      1. Basically di dalam hidup ini, kita tentu ingin mendapatkan atau memberikan yang terbaik bukan? Jodoh, pekerjaan, rumah, mobil, kesehatan.. tapi kenyataannya ga semua “best things” bisa kita peroleh. Ibaratnya nikah sama Prince William bisa dianggap hal terbaik yang bisa terjadi pada seorang perempuan, tapi kebanyakan perempuan toh menemukan yang terbaik dalam suami masing2 yang ga mirip Pangeran William hihihihihi

        Dalam contoh ini, meskipun si suami itu ga punya kualitas Pangeran William dengan seribu kuda2nya… toh kita tahu itu yang terbaik buat kita. Apakah berarti suami kita itu 2nd best? Hmmh bukan berarti begitu lho.. dunia bisa berpikir begitu, tapi toh itulah yang sudah terbaik dalam perencanaan Tuhan buat kita sesuai karakter kita masing2…

        ASI memang yang terbaik dibandingkan seluruh susu lain di dunia untuk diberikan pada bayi… tapi bila kondisi tidak memungkinkan, entah itu kesehatan, kondisi keluarga atau apapun alasannya, saya percaya susu apapun (atau bahkan air putih sekalipun kalau memang itu yang tersedia sesuai keadaan) adalah yang terbaik yang diberikan seluruh Ibu (pada umumnya) buat anaknya. Apa kita berani menuduh ibu2 miskin di Eitophia tidak sayang anaknya bila mereka gagal memberikan ASI, atau gagal memberikan susu formula, atau bahkan gagal memberikan air putih bersih sekalipun?

        Hal yang perlu dihindari adalah menjudge orang lain atau bahkan mengata-ngatai simply karena mereka tidak bisa, tidak mampu, tidak mau memberikan ASI. Positive encouragement is far better than harsh comment πŸ™‚

  8. Tadinya cm pengen baca, eh jadi gemes pengen nimbrung..
    Semoga blm basi..
    Pengalaman saya mkgn bisa mencelikkan mata para ibu yg suka ngejudge ibu sufor.. Soalnya saya jg dulu, bahkan sblm ngrasain sendiri susahnya asix, suka ngejudge ibu2 sufor.. Tapi skrng sebel bgt sama yg suka ngata2in anak sufor anak sapi..
    Saya sendiri masih memberikan full asi utk anak saya yg saat ini berusia 5.5 bulan.. Hore bentar lg S1??? Siapa yg ngasih gelar? Yup, emaknya.. Ngasih gelar buat siapa? Yup, buat emak nya yg adalah ibu paling mulia di dunia.. Jadi, center pointnya siapa? Yup, lagi2 si emak.. Cape deh..
    Baby Hannah umur 3 hr waktu plng rs.. Slm di rs full minum air liur nya sendiri.. Eh, plus kolostrum dikit2 deh.. 😝 tapi saya masih pulang naik bus cap pd jaya abadi: “bayi punya cadangan makanan slm 2 hr, asi gk mkgn kurang, klo ada keinginan menyusui pasti asi nya kluar”.. Pas udh di rumah, malemnya tiba2 Hannah rewel, demam dan kulitnya mulai kuning.. Dengan panik saya telp dsa.. Dasarnya saya masih pd jaya abadi dengan asi saya, jawaban dsa bikin saya shock: anak saya dehidrasi dan sebaiknya diberikan sufor.. OMG saya gk kepikiran bahwa demam dan kuning nya krn kurang minum.. Jadilah saya dan suami kalang kabut malem2 cari sufor, botol dot, sikat dot, detergent khusus dot, dkk.. Iya lah gk persiapan apa2, krn semangat kepedean asix dengan cara kuno, tanpa pompa, disusuin trs aja bayinya.. Malem itu jg saya beli pompa, krn saya baru sadar asi saya sangat gk mencukupi.. Malam itu Hannah minum sufor meskipun cm sekali, cm utk pertongan pertama, sisanya saya begadang nyusuin sambil nenangin Hannah yg gk puas nyusu.. Besoknya? Saya udh sangat kelelahan dan mau nyerah aja.. Tp suami dan keluarga besar sgt mendukung utk asix, jadi saya trs menyusui, minum booster, air putih 3 liter, makan bnyk dan berkuah panas, katuk pepaya kacang bla bla blaaaa, dan Hannah minum sufor sekali hr itu.. Hari ke-5 asi saya akhirnya mulai “ada” dan bisa diminum.. Yeay selesai?? Oh, perjuangan blm berakhir.. Sampai usia 3 mg bobot Hannah blm mencapai berat badan lahir.. Doenk! Dengan penuh air mata saya mendatangi konsultan laktasi bergelar ibclc.. Hasilnya? Saya didiagnosa post partum depression (kakaknya baby blues).. Trus namanya konsultasi, ya saya curhat nangis2 di sana, plus dikasih obat domperidone.. Pulang dr kunjungan ke-2 ke klinik laktasi, payudara saya akhirnya bisa keras penuh.. 4x saya konsultasi seminggu sekali.. Jadi asinya banyak donk yah skrng? Uuumm.. Sampai detik ini asi saya blm membanjiri kulkas, bayi saya gk gendut2 amat, beratnya cm sedikit di atas bobot minimal, dan saya msh trs berdoa serta berjuang melawan pikiran saya sendiri agar tidak larut dlm depresi..
    Saya tidak hebat, semuanya karunia Sang Pencipta..
    Saya bersyukur Hannah sampai saat ini msh dikasih asix sama Tuhan (oh tentu, saya menganggap Hannah asix meskipun sempet 2x30cc minum sufor, kan tadi di atas prinsipnya dr emak oleh emak untuk emak, jadi terserah saya mau melabeli anak saya asix to?) 😝
    Tapi saya jd tau bgt rasanya membutuhkan sufor demi kesejahteraan kesehatan keselamatan anak saya.. Hehehee..
    Jadi saudara2, sbnrnya inti cerita panjang lebar ini, bagi ibu2 yg suka pamer foto kulkas full asip, monggo dibayangkan (meskipun kalian gk akan pernah benar2 tau rasanya) betapa bagi sebagian perempuan tidak semudah itu memproduksi asi.. Semua usaha manusia udh mentok saya lakukan agar asi banjir, toh semuanya di tangan Tuhan, saya diberikan asi secukupnya saja agar saya belajar utk tidak sombong dan bergantung penuh pada pemeliharaan Tuhan..
    Jadi yg asinya banyak plis jangan sombong dan menghina dan menghakimi ibu sufor.. Asi mu adalah karunia Tuhan bukan usahamu sendiri..
    Yg asinya sedikit ayo semangat terus, melelahkan memang ya, saya jg msh struggling, yuk sama2 saling menguatkan #caritemen
    Yg asinya gk kluar jgn kecil hati, kalian sudah berusaha.. Seorang anak pasti tahu dan bisa merasakan bahwa ibunya sudah berusaha dgn penuh cinta memberikan yg terbaik..
    Yg terbaik kata mba Risna berarti dibandingin dr yg baik.. Setiju bgt.. Nah klo si asi udh diupayakan sedemikian rupa sehingga tp ttp gk ada, maka sufor menempati posisi 1 jadi yg terbaik donk? Ahay.. 😝
    Oh iya, buat yg suka ngomong anak manusia minum susu manusia anak sapi minum susu sapi, mungkin kalian bisa loh bisnis bikin keju homemade dari asip, biar anak manusia nya gk makan keju sapi.. Kan lumayan buat bisnis, drpd mubazir asip sekulkas, didonorin kagak dipamerin iya..
    Tuhan aja gk menghakimi, siapa manusia berani menghakimi sesamanya? Tar mo msk sorga jg gk ditanya, dulu km minum asi atau sufor.. Hahahahaa.. Oke deh cukup sekian.. No hard feeling, sekedar uneg2 saja ya..

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.