Windows 7, SSD, tablet Xp-pen dan Asus RTN16

Sudah lama tidak bercerita mengenai hardware dan komputer yang saya pakai. Karena baru membeli beberapa software dan hardware baru, ceritanya akan saya tuliskan (sekaligus sebagai pengingat bagi saya).  Dalam tulisan ini saya akan membahas mengenai Windows 7, SSD, graphic tablet Xp-pen, dan Wireless router RTN16.

Windows 7

Semua orang kenal saya sebagai aktivis open source (membuat produk open source, berkontribusi pada open source, membuat software open source, pernah mewakili Indonesia beberapa kali dalam simposium internasional). Saya sendiri selalu berusaha mengembangkan semua produk saya di Linux misalnya meski tidak ada SDK resmi Symbian dan BlackBerry untuk Linux, saya berusah payah meng-hack supaya bisa mengembangkan software di Linux.

Tapi karena sekarang waktu saya lebih banyak saya habiskan bersama Jonathan, saya ingin mendevelop lebih cepat (dan mengurangi waktu mengoprek tools, lebih banyak membuat software). Pilihan termudah adalah memakai Windows. Sebelumnya saya pernah memakai Windows 7 (tahun 2009, sekitar sebulan setelah dirilis), tapi cuma sebentar karena waktu itu banyak app yang tidak/belum kompatibel (Windows 7 64 bit) dan saya kembali ke Linux. Beberapa bulan lalu saya mencoba Windows 2008R2. Tapi versi ini lebih cocok untuk server. Startup Windows dan aplikasi cukup lambat (karena untuk server, optimasi bukan pada waktu startup aplikasi, tapi ketika aplikasi berjalan), plus beberapa hardware (misalnya bluetooth) tidak bekerja kalau tidak di-hack.

Akhirnya sekarang saya memakai Windows 7 Professional 64 Bit (versi non OEM resmi: 6750 baht). Semua tools bekerja dengan baik dan cepat. Lisensi Windows saya beli dari sebuah toko online di Thailand. Windows berjalan sangat cepat, apalagi karena Windows 7 ini saya install di SSD baru 60 GB yang saya beli dari toko yang sama.

SSD

Sudah lama saya menantikan harga SSD turun tapi ternyata sampai sekarang masih mahal. Akhirnya saya membeli juga OCZ Agility 3 SATA III 2.5″ SSD 60GB (harga 3400 baht). Karena ukuran SSD ini relatif kecil, saya pakai untuk sistem operasi dan aplikasi yang sering saya akses.

Saya tertarik pada SSD setelah banyak membaca dari subreddit /r/buildapc. Semua menyatakan bahwa SSD sangat meningkatkan performa komputer, mulai dari waktu booting yang lebih cepat, sampai pada waktu startup program yang lebih cepat. Saya mengikuti sebagian petunjuk dari Sean’s Windows 7 Install & Optimization Guide for SSDs & HDDs untuk optimasi setting Windows-nya.

Setelah saya install, kecepatan startup Windows dan program-programnya memang jauh lebih cepat. Lebih cepat dari ketika saya menguprade memori dari 4 GB jadi 16 GB dan prosessor dari Core 2 Duo 2.6 GHz  menjadi AMD Phenom II 955 Quad Core 3.2 Ghz. Untungnya sebagian besar program yang saya perlukan muat diinstall di SSD (yang tidak sering saya gunakan diinstall di harddisk). Tentunya dokumen dan hasil download tetap saya simpan di harddisk. SSD 60 GB ini sekarang tinggal 15 GB free spacenya.

Tablet Xp-pen XPW-6370

Meski hobi utama saya adalah programming, tapi saya cukup sering mengedit gambar kecil, misalnya untuk website saya, untuk ikon aplikasi yang saya buat, dsb. Setelah mempertimbangkan cukup lama dan tidak menemukan mouse yang cukup enak untuk mengedit grafik, akhirnya saya membeli graphic tablet murah Xp-pen.

Sebenarnya tadinya mau membeli tablet Wacom yang lebih mahal, tapi saya membaca beberapa kesaksian orang-orang: kalau Anda tidak pernah memakai graphic tablet sama sekali, maka membeli yang manapun tidak pengaruh, tapi jika sudah membeli yang mahal lalu beralih ke murah, maka Anda baru akan merasakan bedanya antara yang mahal dan murah. Sebagai orang yang bukan designer grafis, saya pikir tablet murah tidak apa-apa.

Sudah sekitar 2 minggu saya membeli tablet ini, dan saya sudah cukup banyak berlatih memakai benda ini. Karena wireless, maka benda ini praktis di meja saya yang sudah penuh kabel. Saya berlatih membuat beberapa ikon dengan inkscape dan mengedit gambar dengan Gimp.

Baru-baru ini saya mencoba lagi Microsoft OneNote untuk membuat catatan dengan tablet. Rasanya sangat nyaman, sangat berbeda dengan memakai mouse, dan dengan OneNote ini benar-benar terasa kegunaan tabletnya. Sekarang ini saya masih memakai Trial 60 hari, dan jika memang benar-benar cocok, akan saya beli lisensinya.

Wireless Router Asus RTN16

Wireless Router saya sebelumnya adalah LinkSys WRT54GL, sudah dioprek hardware dan softwarenya sejak tahun pertama di Chiang Mai. Setelah agak lama, kemampuan wirelessnya mulai menurun (kualitas signal menurun), sejak tahun lalu benda ini menjadi router saja, bagian wireless-nya diambil alih oleh Airport Express (benda ini sebenarnya milik kantor, bonus dari vendor, dan benda ini tidak dipakai sejak 2007).

Airport Express punya batasan dalam jumlah benda maksimum yang bisa koneksi (10 client). Saat ini kami sudah punya banyak benda wireless yang sering bergantian (dan kadang bersamaan) menyala: 2 kamera IP (clone FOSCAM),   2 Android  (Asus Transformer dan Acer E130), Mac Book Pro, 3 PlayBook, 2 BlackBerry, 3 Nokia, Kindle, Nintendo DS.

Kadang-kadang jika beberapa benda menyala sekaligus, benda lain tidak bisa koneksi dan kualitas signal juga menurun. Misalnya Kindle kadang-kadang menyala untuk mendownload buku terbaru. Playbook yang standby juga akan menyala untuk memeriksa email. Koneksi yang banyak juga membebani router yang memorinya cuma 16 Mb.

Jadi saya putuskan untuk membeli router baru, dengan requirement: kalau bisa tidak perlu menyolder apa-apa untuk menambah kapasitasnya (jadi perlu port USB), memori harus lebih banyak dari WRT54GL (supaya bisa berguna untuk lebih banyak hal), signal harus kuat (3 Antena), dan mendukung ethernet gigabit (supaya transfer file cepat).

Akhirnya setelah membandingkan berbagai produk, produk termurah yang memenuhi syarat dan tersedia di Thailand dengan mudah adalah Asus RTN16: Punya 2 port USB, 3 Antena, Memori 128 MB (WRT54GL hanya punya 16 Mb), ethernet Gigabit. Review menunjukkan software router ini jelek sekali, tapi tidak apa-apa, karena saya sudah berniat menggantinya dengan Debian penuh.

Ketika benda ini sampai, hal yang pertama saya lakukan adalah memflash firmwarenya dengan DebWRT (saya bahkan tidak mencoba software bawaannya sama sekali). Pertama kali gagal memflash (firmware tidak diterima), jadi saya update ke firmware terbaru, lalu saya coba lagi: masih gagal. Akhirnya saya download DD-WRT, saya flash: berhasil. Dari menu DD-WRT saya install firmware DebWRT dan akhirnya berhasil.

Menginstall Debian sangat mudah di benda ini, cukup mengikuti petunjuk di wiki, bagian agak sulitnya adalah mengumpulkan dengan teliti mana info terbaru dan mana info yang sudah tidak berlaku lagi.

Selama beberapa hari ini sepertinya router ini bekerja dengan baik: kualitas signal bagus, stabil, dapat menangani banyak koneksi (torrent). Semoga bisa cukup awet seperti WRT54GL. Harga router: 3290 Baht.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.