Bahagia

Seperti biasa: kadang mau menuliskan kisah bahagia, tapi takut dua hal: pertama kadang takut kalo kebahagiaan yang diceritakan tidak bertahan lama, dan yang kedua: kebahagiaan yang diceritakan akan membuat orang lain iri. Tapi selalu ingat dua hal juga: justru harus dituliskan/diceritakan biar kita ingat kebahagian yang pernah diberikan pada kita (andaikan keadaan berubah), dan tidak perlu khawatir pikiran orang (jangan cuma berbagi kesedihan dan hal yang gak baik yang kita terima).

Semalam sebelum tidur, saya bermain Cut the Rope 2 bersama Jonathan menggunakan tablet Android di tempat tidur. Wajahnya kelihatan sangat bahagia waktu bermain bersama saya, terutama ketika berhasil menyelesaikan sebuah level. Kadang-kadang kami hampir berhasil menyelesaikan sebuah level, dan di langkah terakhir gagal, dan dia akan tertawa-tawa, penuh dengan ekspresi lucu. Jonathan sangat ekspresif, kadang-kadang berdiri atau lompat atau berpegangan pada saya kalo ada hal-hal yang seru di film atau game.

Jonathan juga sudah mulai berebutan memainkan tabletnya, tapi caranya masih halus, tidak kasar dan tidak dengan tangisan. Rasanya semalam saya merasakan lagi bahagia seperti anak kecil yang bermain dengan saudaranya. Andaikan semalam adalah malam Sabtu, mungkin kami akan bermain sampe malam.

Kami sangat beruntung karena Jonathan anak yang tidak rewel, tidak tantrum, dan sejauh ini dia tidak mudah kecewa. Misalnya saya gagal mendapatkan tiga bintang setelah beberapa kali mencoba, dia yang bilang “its ok papa, yuk coba yang lain”. Saya merasa sangat bahagia dan beruntung bisa bermain dengan Jonathan beberapa jam tiap hari (dan full di weekend, kecuali jika saya ada kerjaan ekstra).

Katanya akan datang nanti usia di mana anak-anak mulai melawan, atau mulai menjauh dari orang tua, tapi saat itu masih lama, dan semoga tidak terjadi, untuk saat ini kami sangat menikmati waktu-waktu bersama Jonathan. Sekarang adalah usianya di mana dia sangat memperhatikan dunia sekitar dan suka berinteraksi dengan kami. Misalnya ketika Risna akan membeli dua batere untuk mainannya (buku dengan musik), Jonathan langsung mengingatkan: mama, mainannya baterenya ada tiga.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.