Jonathan dan Buku Harry Potter

Rasanya baru tahun 2018 lalu saya mulai mengenalkan chapter books ke Jonathan, dan baru tahun lalu dia mulai kenal buku Harry Potter, eh hari ini dia menyelesaikan membaca semua buku Harry Potter sampai buku ke-7 The Deathly Hallows.

Waktu dia mulai baca di awal tahun 2018 lalu, dia baca 2 buku pertama dengan cepat. Memasuki buku ke-3 dia mulai merasa ada bagian yang bikin dia takut, nah buku itu dia bacanya agak random dan dilewatkan bagian yang dia takut dan setelah itu dia berhenti. Nah setelah main game Harry Potter Wizards Unite, dia jadi suka banyak pertanyaan dan bertanya dementor itu apa, jadi kami bilang: baca lagi aja terusin bukunya, nanti itu ada di buku selanjutnya.

Minggu lalu, dia mencari lagi buku Harry Potter ke-3 dan baca tanpa melewatkan bagian dementor. Selesai buku ke-3 dia lanjut buku ke-4. Waktu belanja buku di promosi AsiaBooks tahun lalu, kami beli Harry Potter sampai buku ke-4. Selesai buku ke-4 dia minta lagi buku ke-5, akhirnya kami kasih versi kindlenya saja. Selesai baca di Kindle, dia baca buku fisik lagi. Buku ke 6 dan 7 kami masih ada karena 1 buku itu kami beli setelah di Chiang Mai dan 1 buku kami bawa dari Indonesia waktu pulang kemarin.

Sebenarnya, Jonathan bisa baca semua versi di Kindle, karena kami langganan Kindle Unlimited dan semua buku itu bisa di baca gratis dengan Kindle Unlimited, tapi Jonathan memilih buku fisik.

Setiap kali ada bagian yang menarik, dia dengan semangat mengetes kemampuan kami akan cerita Harry Potter. Saya sudah banyak lupa ceritanya, tapi Joe tentunya ga mau kalah dengan cepat menjawab setiap pertanyaan dengan bantuan Google hehehe. Momen paling lucu adalah: Jonathan membuat percakapan imajiner suatu hari anaknya akan dia suruh baca buku Harry Potter, dan mungkin dia sudah lupa, tapi dia akan menggoogle supaya tetap tau menjawab kalau lupa ceritanya. Bagian ini sepertinya dia membayangkan dia seperti papanya. Memang benar ya, anak kecil itu mencontoh orangtua, tugas kita jadi orangtua jadi role model dan hati-hati jangan sampai anak meniru bagian yang salahnya hehehe.

Jonathan kalau sudah baca agak susah disuruh yang lain. Bukunya juga akan dibawa-bawa di mobil dan dibaca di mana saja. Hari Sabtu lalu, waktu di mobil, saya heran dia terbatuk-batuk, saya pikir dia keselek. Ternyata dia menahan tangis sampai terbatuk-batuk. Saya tanya, eh kenapa nangis? Dia sedih karena Dumbledore died katanya. Aduh ya saya harusnya simpati malah jadi ketawa terbahak-bahak (bukan contoh yang baik). Setelah sampai dirumah saya ajak ngobrol kalau boleh saja sedih, tapi itu cuma cerita dan tadi mama kaget kirain ada apa sampai nangis gitu. Untungnya dia sedihnya cuma sebentar. Sekarang kalau saya tanya kamu masih sedih Dumbledorenya mati? dia bilang udah nggak lagi kok.

Setelah menyelesaikan semua buku, saya bertanya ke Jonathan dia lebih suka buku fisik atau buku di Kindle. Dia jawabnya lebih suka buku fisik, jadi gak usah tap layar dan kalau mau balik ke halaman-halaman sebelumnnya bisa mudah liat 2 halaman sekaligus. Tapi gak berapa lama kemudian dia jawab lagi, Kindle juga dia suka karena bisa dengan mudah mencari kata dan menemukannya gak harus balik-balik semua halaman dan baca ulang kata demi kata. Tapi kalau dari beberapa hari melihat dia membaca, bisa dibilang dia memang lebih menikmati baca buku fisik. Kata Joe, jadi kita memang sebaiknya tetap beli buku fisik walau ada di Kindle Unlimited. Saya sih gak masalah, tapi kadang suka bingung aja nyusun bukunya kalau rak udah kepenuhan.

Saya juga lebih suka buku fisik, tapi kadang-kadang kurang rajin buat nenteng buku. Apalagi kalau sudah bawa-bawa buku, tapi ternyata gak sempat juga dibaca, jadinya mikirnya ah baca di HP aja aplikasi Kindle kan ada, waktu buka HP malah lupa buat buat aplikasinya hahaha.

Kalau kalian sukanya baca buku fisik atau buku elektronik?

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.