CTF dan jalan-jalan di Abu Dhabi dan Dubai

Tim PDKT yang terdiri dari 3 orang berhasil menang di CTF HITB (Capture the Flag Hack In The Box) di Singapore (peringkat pertama), dan mereka mendapatkan undangan untuk berpartisipasi di HITB Pro di Abu Dhabi. Karena satu team di Abu Dhabi boleh 5 orang, maka mereka mengundang saya dan satu orang lagi. Tiket dan hotel kami ke Abu Dhabi dibayari oleh panitia.

Pada final ini kami hanya meraih peringkat 9 dari 19 team. Menurut saya tidak terlalu jelek mengingat lawan kami adalah tim tingkat dunia, dan anggota tim PDKT masih harus sambil mengurusi event Final CTF Cyber Jawara selagi berlomba. Posting ini hanya cerita singkat mengenai perjalanannya, dan di posting lain akan saya ceritakan lebih detail mengenai teknis CTF-nya.

Di Thailand kebetulan tanggal 14 adalah hari libur nasional, jadi saya bisa ikut event ini dengan mengambil hari cuti yang minimal. Acara selesai Kamis Sore, tapi karena tidak mungkin juga saya kembali dan langsung bekerja di Jumat pagi, saya putuskan untuk memperpanjang sampai Sabtu malam (pesawat jam 23.30).

Di Uni Emirat Arab (berikutnya saya singkat UAE saja), Jumat dan Sabtu adalah hari Libur. Teman saya Okta (yang pernah muncul namanya di posting yang ini), berbaik hati menawarkan untuk menginap di apartemennya. Hari Jumat walaupun libur, tapi umat Islam wajib melakukan Sholat Jumat, jadi saya meminta dijemput Okta jam 3 sore.

Museum Louvre Abu Dhabi

Saya menghabiskan pagi sampai Jumat sore di Museum Louvre Abu Dhabi. Saya belum pernah ke Louvre di Perancis, jadi tidak bisa membandingkan dengan di sana. Dari dulu saya merasa saya bukan orang yang bisa mengapresiasi seni, tapi lama-lama saya tertarik juga. Beberapa hal yang membuat saya tertarik pada seni dan arkeologi adalah Episode Dr Who mengenai Vincent Van Gough dan juga isi berbagai game Professor Layton.

Saya membawa koper dan tas saya ke museum karena saya sudah membaca bahwa mereka memiliki ruang penitipan (cloakroom). Waktu masuk, tas dan koper discan seperti di bandara, dan saya harus menunjukkan bahwa segala macam kabel yang terlihat di scanner memang hanya kabel biasa.

Untuk lebih menghargai kunjugan saya ke museum, saya membayar ekstra 21 AED untuk dapat memakai Multimedia guide. Ini berupa sebuah iPad mini dengan aplikasi Guide yang sudah terinstall di dalamnya. Setelah memakai aplikasi ini saya jadi tahu bahwa ternyata aplikasinya sama persis dengan yang ada di Google Play Store dan Apple App Store. Jadi kalau mau berhemat, pakai saja HP sendiri dengan menginstall dulu aplikasinya sebelumnya karena ukuran downloadnya cukup besar.

Berbagai item yang terpajang di museum memiliki nomor, dengan mengetikkan nomor itu, kita bisa mendengarkan penjelasan singkat mengenai objek itu. Dengan ini saya merasa bisa lebih menghargai apa yang bisa saya lihat. Misalnya: apa istimewanya bejana ini? Oh ternyata benda ini diciptakan sebelum Roda Tembikar (Potter’s Wheel) ditemukan, jadi teknik yang dipakai berbeda.

Item nomor 106 di aplikasi LAD

Sayangnya tidak semua objek memiliki penjelasan, padahal banyak juga benda-benda yang membuat penasaran. Sebenarnya tanpa datang ke museum itu, kita bisa mempelajari dengan cukup memakai aplikasinya. Hal yang tidak bisa dirasakan adalah kemegahan benda-benda, misalnya patung atau lukisan yang besar.

Saya berharap berbagai museum di Indonesia bisa membuat aplikasi sejenis itu. Aplikasinya konsepnya sangat sederhana: kita memasukkan angka secara manual. Tidak perlu menambahkan NFC, RFID, atau bahkan QR Code, cukup menambahkan angka ke display di museum. Tidak perlu juga penyewaan device khusus, cukup sediakan saja aplikasinya di play store/app store.

Saya sempat makan di kafetaria di Louvre. Walau harga makanan cukup mahal, makanannya cukup enak, dan pemandangan bagus (ke arah laut). Setelah selesai melihat semuanya, saya juga mengecek bagian museum untuk anak-anak, tapi menurut saya tempatnya terlalu kecil.

Sheikh Zayed Grand Mosque 

Saya dijemput oleh Okta bersama keluarga dan diantar ke Sheikh Zayed Grand Mosque . Ini merupakan salah satu tujuan wisata yang disarankan di Abu Dhabi. Masjidnya sangat besar dan ada jalan masuk khusus untuk pengunjung.

Dari jalan masuk khusus kita akan masuk parkir bawah tanah yang besar, seperti di Mall. Saya cukup kagum karena yang pertama saya lihat ketika masuk adalah: Starbucks.

Setelah itu kami perlu mengisi data diri pengunjung yang sepertinya hanya sekedar keperluan Survey karena kita tidak diminta nama atau pun nomor identitas. Entri data menggunakan iPad yang dipasang. Setelah itu kita akan mendapatkan print berupa QR Code

Perjalanan dari tempat parkir sampai Masjid cukup jauh, tapi banyak travelator dan juga eskalator yang tinggal diikuti. Di berbagai tempat wisata rohani di dunia ini (misalnya di berbagai pura di Bali atau temple di Chiang Mai), kita diminta untuk berpakaian sopan, demikian juga halnya di Masjid ini. Untuk yang memakai pakaian kurang sopan, akan dipinjami baju yang lebih sopan.

Kesan saya: Masjid ini sangat megah dan indah baik luar maupun dalamnya. Saya hanya memilih foto yang agak kosong untuk diupload di sini, dalam kenyataannya jumlah pengunjung masjid sangat banyak.

Makan malam

Saya ditraktir oleh Okta dan keluarga untuk makan di Najd Palace. Berbagai menu dan harganya bisa dilihat di situs restorannya. Di sinilah kali pertama saya merasakan daging Onta, yang menurut saya rasanya lezat.

Setelah sedikit melihat kota Abu Dhabi, saya menginap di Apartemen Okta. Di pagi hari, Nita, istrinya Okta memasakkan kami makanan Indonesia. Menu sarapannya cocok sekali untuk lidah saya.

Perjalanan ke Dubai

Di hari Sabtu pagi, Okta sekeluarga pergi ke Dubai untuk mengantarkan anaknya les piano, jadi saya numpang sekalian untuk ketemu Mas Ady, Rinda dan anak-anaknya. Mas Ady ini dulu kakak kelas dan sekaligus kakak Admin jaringan, sementara Rinda ini teman sekelas dulu di ITB.

Pemandangan sepanjang perjalanan kebanyakan adalah gurun, tapi ada banyak juga pepohonan di tepi jalan. Rupanya ada banyak selang air yang membuat tanaman itu bisa tetap hidup di gurun yang panas. Perjalanan ke Dubai memakan waktu sekitar 1 jam.

Sebelum bertemu dengan Mas Ady dan keluarga, saya sempat melihat-lihat toko buku, dan mendapati ada 2 buku programming yang saya belikan untuk Jonathan.

Sedangkan Joshua yang suka belajar alfabet apa saja (Inggris, Rusia, Spanyol, Thai, Yunani, dan sekarang Arab) saya belikan wipe and clean numeral Arab.

Setelah ketemu, acaranya adalah makan sambil ngobrol-ngobrol. Tapi fotonya tidak akan saya upload di sini, cukup di FB saja dan tidak dibuat publik. Sebelum makan, Rinda memberi saya susu Unta. Ini juga kali pertama saya minum susu Unta. Menurut saya rasanya enak.

Waktu saya untuk jalan-jalan tidak banyak: pukul 18.45 saya harus naik bus ke Abu Dhabi (busnya gratis oleh Etihad, Airline yang saya pakai). Jadi supaya maksimal yang dilakukan hanya mampir dan foto-foto di beberapa tempat.

Mas Ady berbaik hati memfotokan saya di berbagai tempat yang khas Dubai, seperti misalnya dengan latar belakang Burj Khalifa dan juga suasana gurun. Dulu saya berpikir bahwa gurun itu tempat yang “menyeramkan” tapi ternyata bisa terlihat sangat indah.

Sebagai orang yang suka ngoprek mobil, mas Ady sempat menunjukkan menu diagnostik mobilnya. Penasaran pengen pencet-pencet menunya, tapi takut karena mobilnya sambil jalan.

Saya diantarkan ke stasiun bus dan busnya tidak lama kemudian berangkat. Di dalam busnya ada WiFi-nya. Ketika sampai, masih ada waktu untuk makan, jadi saya membeli makanan sambil memakai buah Ara yang dibawakan oleh Rinda. Sempat kaget juga karena ada yang tiba-tiba datang dan bertanya: beli buah itu di mana? ketika saya bilang saya belinya di Dubai dia tampak kecewa.

Pulang

Semua proses checkin berjalan lancar, dan saya sampai di Bangkok Jam 9 pagi di hari Minggu. Kemudian perjalanan diteruskan ke Chiang Mai. Perjalanan bisa lancar, dan semuanya senang menerima oleh-oleh yang dibawakan oleh keluarga Mas Ady/Rinda dan juga Okta/Nita.

Saya sangat menikmati perjalanan kali ini. Meskipun tidak menang di lomba, saya merasa belajar cukup banyak. Saya juga senang bisa bertemu generasi muda hacker Indonesia yang bisa membanggakan nama Indonesia di dunia Internasional. Saya juga senang bisa bertemu teman-teman yang sudah lama sekali tidak bertemu (terakhir bertemu lebih dari 10 tahun yang lalu). Saya juga senang melihat kelakuan anak-anak yang di mana-mana sama aja, mirip dengan anak-anak saya.

2 thoughts on “CTF dan jalan-jalan di Abu Dhabi dan Dubai”

    1. Amin, saya juga pengen banget bisa main ke daerah timur Indonesia, belum ke sana.

Tinggalkan Balasan ke Jamz D. MozacBatalkan balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.