Pedagang Asongan di Chiang Mai

Sejak tahun 2007, salah satu kesan yang paling terasa di kota Chiang Mai adalah tidak macet, lalulintas yang tertib dan tidak ada pengamen ataupun pedagang asongan di lampu merah.

pedagang asongan di lampu merah berjualan jus jeruk

Saya ingat, ketika meninggalkan Bandung, kondisi pedagang asongan ada hampir di setiap lampu merah. Kadang-kadang pedagang asongan ini membantu terutama kalau misalnya sedang haus dan tidak bawa minuman atau kertas tissue.

Selain pedagang asongan, di Bandung ada pengamen juga yang mendatangi mobil-mobil dan meminta “sumbangan” dari hiburan yang dia nyanyikan. Saya yang selama di Bandung naik turun angkot, tentunya tidak pernah memberi recehan ke pengamen atau membeli dari pedagang asongan di lampu merah.

Semasa saya SMA di Medan, pedagang asongan ini bahkan sudah punya pelanggan membeli rokok atau koran dari mereka. Jadi setiap pagi, sepertinya ada yang sambil lewat pasti beli koran di lampu merah tertentu. Kenapa saya tahu langganan? ya ini sih asumsi saya karena setiap pagi waktu berangkat ke sekolah saya lihat pedagang dan pembeli udah tau harus kasih duit kembalian berapa dan terlihat saling mengenal satu sama lain.

Saya tidak tahu kondisi di Bandung atau di Medan saat ini bagaimana. Mungkin pengamen dan pedagang asongannya sudah ditertibkan, atau mungkin juga hanya ada di musim tertentu.

Beberapa waktu belakangan ini, saya perhatikan pedagang asongan mulai ada di Chiang Mai. Kalau kata Joe, mungkin sudah ada dari dulu, tapi hanya ada di lampu merah tertentu yang durasi berhentinya lama. Tapi saya cukup yakin untuk perempatan yang sering saya lewati, sebelumnya tidak ada pedagang asongan.

Berbeda dengan pedagang asongan di Indonesia yang kadang-kadang jualannya sangat beragam, di sini jualannya itu tertentu. Misalnya di lampu merah dekat kuil, akan banyak yang menawarkan bunga untuk sembahyang. Kalau di lampu merah dekat tempat bermain anak-anak, akan banyak yang menawarkan jualan mainan busa sabun yang ditembakkan atau balon helium. Kadang-kadang di lampu merah ke arah luar kota, ada yang menjual rujak mangga, atau keripik besar (yang ini mirip banget ya dengan di Indonesia).

Salah satu yang jualannya bisa di mana saja adalah: sapu yang tangkainya bisa di ubah panjang pendeknya, sehingga sapu itu bisa untuk membersihkan langit-langit rumah. Ada juga yang menjual topeng monster, penjualnya juga berjualan sambil memakai topengnya.

Wajah dari pedagang asongan di sini tidak pernah terlihat dengan jelas. Mereka sangat memperhatikan supaya kulitnya tidak terbakar kepanasan, jadi hampir seluruh wajahnya tertutup dan tidak lupa mereka memakai topi.

Beberapa hari ini, pedagang asongan di lampu merah yang saya lewati menjual jus jeruk. Sepertinya karena harga jeruk masih relatif murah, dan tentunya mereka membawa poster kalau jus jeruknya kaya akan vitamin C. Musim polusi dan virus, tentunya semua orang kepikiran meningkatkan daya tahan tubuh dengan minuman bervitamin C.

Saya belum pernah sih kepikiran untuk membeli dari pedagang asongan. Walaupun buat sebagian orang pedagang asongan ini mempermudah membeli tanpa harus parkir atau turun dari mobil, tapi saya cenderung tidak setuju dengan adanya pedagang asongan ini. Kalau saya membeli dari pedagang asongan hari ini, kemungkinan besok akan bertambah pedagangnya.

Saya tahu, pedagang asongan ini sedang berusaha mencari nafkah, tapi rasanya lebih aman buat saya membeli barang dari penjual yang jelas. Mungkin saya terlalu khawatir, saya takut beli dari pedagang asongan terus tiba-tiba berubah jadi peristiwa kejahatan.

Saya tidak tahu apakah pemerintah kota Chiang Mai memberikan ijin untuk mereka berjualan di lampu merah. Fenomena pedagang asongan ini masih sangat sedikit dan tidak di setiap lampu merah, dan kalau saya perhatikan, jumlah penjualnya juga tidak lebih dari 3 orang. Mungkin juga mereka membantu teman yang buka toko dekat lampu merah supaya dagangan jus nya cepat habis?

Kalau situasi di Indonesia bagaimana saat ini? masih adakah pedagang asongan? dan apakah kamu masih membeli dari pedagang asongan di lampu merah?

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.