Cerita Ibadah Online

Mulai hari Minggu kemarin, dan untuk 3 hari Minggu mendatang, gereja di mana kami biasa hadir mengadakan kebaktian melalui live streaming memanfaatkan YouTube broadcast. Selain sebagai tindakan pencegahan penyebaran covid-19, saya rasa tindakan ini bagus juga diambil mengingat polusi di Chiang Mai masih dalam level tidak sehat dan udara yang panas sekitar 39 derajat celcius. Sebelum ada live streaming ini, kami sudah beberapa kali bolos gereja karena polusi dan udara panas, jadi adanya live streaming ini tentunya saya sambut dengan gembira.

Acara live streamingnya dimulai pada jam kebaktian seperti biasa. Materi untuk anak-anak sudah dikirim sejak hari Jumat. Jadi kemarin karena sebelum jam 4 sore anak-anak sudah bangun, kami manfaatkan untuk memberikan materi untuk anak-anak terlebih dahulu. Membacakan ayat hapalan dan juga memutar video, lalu memberikan kegiatan mewarnai. Sebentar juga selesai hehehe.

Joshua membaca ayat hapalan

Sejak waktu yang ditentukan kami sudah menantikan acara live streamingnya. Sengaja kami melihatnya di layar TV supaya bisa dilihat bersama-sama. Di awal ada sedikit gangguan teknis. Tapi sambil menunggu, di kolom live chat, beberapa orang mengirimkan pesan untuk memberitahukan kehadirannya. Tidak terasa 15 menit kemudian, live streamingnya berhasil dimulai.

Berbeda dengan kebaktian biasanya, acara live streaming bukan diadakan dari dalam gedung gereja seperti biasa, tapi dari ruangan kantor gereja. Hanya ada sekitar 5 orang yang hadir di sana. Tentunya mereka juga jaga jarak aman.

Ada subtitle lagu pujiannya

Tata ibadahnya sama dengan kalau ke gereja. Di awali dengan pujian, lalu ada doa syafaat, pengumuman untuk anak sekolah minggu, pembacaan firman dan renungan, doa penutup dan selesai. Karena namanya juga ini baru pertamakali, belum ada kolekte. Nantinya minggu depan akan ada kolekte online juga sesuai kerelaan hati masing-masing.

Mengikuti acara kebaktian online tentunya tidak sama rasanya dengan kebaktian di gereja. Kalau ke gereja, tentunya kita lebih memilih pakaian yang rapi. Kalau di rumah, kami pakai pakaian rumah saja. Rumah berantakan juga gak masalah. Anak-anak juga mengikutinya kadang-kadang sambil agak berisik, tapi masih lebih mendinglah daripada berisiknya di gereja.

Namanya juga lagi masa pandemi, kita harus bisa menyesuaikan diri. Gereja online tidak mengurangi makna dari kebaktian itu sendiri. Memang ada rasa yang kurang karena biasanya pulang gereja kita bisa bertemu dan ngobrol dengan yang lain. Tapi ya…jaman sekarang kalau mau ngobrol bisa chatting kok. Alasan aja kalau bilang gak ketemu gak bisa ngobrol.

Saya lihat, pandemi Covid-19 ini membuat banyak orang belajar memanfaatkan teknologi untuk lebih lagi. Sebelum mengikuti gereja kemarin, belum pernah terpikir untuk mencari tahu apa saja yang bisa dilakukan dengan YouTube live streaming. Kami baru tahu kalau kita bisa menambahkan tulisan subtitle, atau bahkan bisa untuk melihat layar yang lain selain apa yang ditangkap oleh kamera.

Beberapa gereja online lain, memakai Facebook Live dan atau berbagai aplikasi lainnya. Tapi sepertinya, jaman sekarang ini memang lebih mudah untuk melakuan broadcast siaran langsung. Jadi semoga, gereja-gereja lain yang meniadakan kebaktian di gedung gereja sementara waktu, bisa menemukan solusi supaya jemaatnya tetap bisa merasakan ibadah Minggu seperti biasa.

Kalau di gereja kamu pakai metode apa? Online? atau membagikan tata ibadah kebaktian di rumah? Apapun metodenya, yang penting hatinya ya.

Seperti kata lagu ini:

Gereja bukanlah gedungnya

dan bukan pula menaranya,

bukalah pintunya,

lihat di dalamnya,

gereja adalah orangnya.

Aku gereja, kamu gereja

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.