Ada yang pernah merasa begitu ketika disarankan untuk memasang hasil karya/pencapaian kita di suatu tempat? Mungkin, sebelum kita berbagi kita perlu bertanya ke diri kita apakah ini perlu untuk dilihat orang lain? Kenapa saya perlu memasang hasil karya saya di sosial media saya?
Ada beberapa orang yang mungkin senang saja pamer dengan alasan berbagi kebahagiaan. Mulai dengan hasil mengerjakan puzzle 1000 pieces sampai bikin es lilin jaman dulu kala. Kalau menurut saya, semua sah-sah saja. Kita boleh saja membagikan apa yang membuat kita bahagia, terutama kalau itu hasil kerja keras kita.
Masih ingat dengan judul buku Austin Kleon, “Show Your Work!”, dengan kata lain kita perlu untuk menunjukkan hasil karya. Kalau ada yang bilang pamer bagaimana? Ya, kita kan tidak bisa mengendalikan apa yang ada dalam pikiran orang, tapi tahu tidak hasil karya yang kita bagikan/ tampilkan/ pamerkan itu banyak gunanya buat kita dan buat orang lain.
Berikut ini beberapa hal manfaat dari membagikan hasil karya yang pernah saya rasakan.
Contents
Mengingatkan kemampuan kita
Dulu, saya rajin sekali merajut. Sejak punya anak, saya tidak punya waktu lagi untuk merajut. Tapi kalau melihat lagi dokumentasi tentang hasil karya merajut saya, saya masih merasa takjub sendiri. Ternyata ada banyak juga yang pernah saya rajut.
Saya juga pernah belajar menjahit. Beberapa hal yang dipelajari dulu, saya tuliskan langkah cara membuatnya, beberapa tidak. Untuk hal-hal yang pernah saya tuliskan, saya jadi bisa baca lagi dan bisa ikuti lagi dengan mudah kalau dibutuhkan.
Saya juga jadi merasa yakin, kalau saya ingin kembali merajut atau meneruskan belajar jahit pasti bisa dengan mudah. Karena sudah pernah menghasilkan beberapa karya, saya tahu saya bisa. Kenapa sekarang tidak menjahit lagi? tentunya karena sekarang belum mulai lagi saja. Prioritasnya sedang bergeser ke hal lain.
Dulu, waktu ikut tes psikologi untuk keperluan melanjutkan sekolah magister, saya hampir lupa sama sekali kalau waktu kecil saya bisa puisi dan deklamasi, bahkan pernah jadi juara untuk perlombaan antar gereja. Kadang-kadang, mengingat kembali kalau kita bisa melakukan sesuatu itu menyenangkan dan membawa perasaan positif untuk belajar hal baru lagi.
Jaman dulu, kita belum seperti sekarang yang bisa memfoto apapun dengan mudah. Foto yang diambil juga tidak selalu bisa dilihat kembali karena harus melihat hasil cetaknya. Sekarang dengan adanya blog dan media sosial, ketika membaca ulang tulisan-tulisan lama saya bisa ingat kembali dengan berbagai hal yang pernah saya kerjakan.
Berbagi kebahagiaan
Berbagi hasil karya itu berbagi kebahagiaan. Waktu saya masih rajin merajut, saya senang membagikan hasil rajutan saya ke teman-teman saya. Saya senang merajut, yang menerima senang mendapat hasil rajutan. Beberapa orang mungkin hanya senang melihat hasil karyanya walaupun tidak kebagian hasil karya tersebut.
Bagaimana dengan hasil karya berupa makanan? Wah ini sih kalau dibagi makanan tinggal disantap paling mantap deh, tapi minimal kita bisa minta resepnya, lalu bikin sendiri. Bahagia kan kalau resep kita disukai orang lain.
Contoh lain, teman saya hobi menyulam; dia juga hobi nonton, lalu dia menyulam wajah dari tokoh yang dia tonton dan dia pamerkan di sosial media nya. Melihat kemiripan hasil sulaman dengan foto aslinya saja yang melihat ikut bahagia, apalagi kalau misalnya dihadiahkan sulaman wajah sendiri, hahaha namanya ngarep.
Berbagi Inspirasi
Ketika kita melihat hasil karya orang lain yang dipamerkan di sosial media, berapa sering kita jadi ingin membuat hal yang sama? Atau berapa sering sebuah hasil karya membuat kita juga ingin melakukan suatu karya? Contoh paling banyak terjadi di masa di rumah saja ini karya makanan.
Kegiatan ramai-ramai masak tapi di rumah masing-masing sudah menjadi trend baru. Satu orang memulai bikin donat, yang lain ikut bikin donat. Satu orang masak bakwan, yang lain ikut masak bakwan. Bukan cuma masak, banyak juga kegiatan lain yang bisa dilakukan bersama tapi di rumah masing-masing.
Contoh lainnya, satu orang bikin video tantangan meneruskan brush untuk berdandan, yang lain bikin video sejenis dengan mengganti objek yang diteruskan. Bahkan kegiatan bikin video yang berawal iseng juga bisa menjadi inspirasi untuk orang lain membuat video juga. Satu orang bikin video nyanyi bersama melalui video conference, yang lain juga mengikutinya.
Menemukan komunitas
Kalau kita tidak menunjukkan apa yang kita kerjakan, orang lain tidak akan tahu. Misalnya saja seorang berkata dia jago menggambar, tapi karena kita tidak pernah melihat hasil gambarnya, kita akan bertanya-tanya dalam hati, “Beneran gitu? ah ngaku-ngaku doang kali.”
Ketika kita menunjukkan hasil karya kita, bisa saja orang yang membuat karya sejenis dengan kita jadi mengajak kita untuk bekerjasama. Kalau banyak teman kita menghasilkan karya sejenis, malah bisa jadi membentuk komunitas.
Bisa juga, ketika ada teman yang melihat kita suka menghasilkan sesuatu lalu teman kita akan mengajak kita bergabung dengan komunitas yang sudah ada. Seperti halnya saya tahu teman saya dulu suka menulis dan punya blog, tapi teman saya ini belakangan tidak pernah menulis karena katanya tidak punya ide. Saya ajak deh bergabung ke komunitas menulis.
Mendapatkan tawaran kerja sama
Untuk hal ini, mungkin sebelum saya tuliskan sudah banyak yang pernah merasakan sendiri ya. Jika hasil karya kita berupa produk seperti makanan, rajutan, sulaman, dan karya seni lainnya, kemungkinannya orang akan tertarik untuk membeli. Kalaupun yang kita pamerkan tidak kita jual, kemungkinannya kita akan dapat pesanan dan tentunya bukan pesanan gratisan.
Seandainya kita tidak pernah membagikan hasil karya kita, bagaimana orang tahu kalau kita adalah orang yang mereka butuhkan untuk diajak kerjasama? Suami saya, programmer yang memang hobi membuat program. Di waktu santai, dia banyak membuat keisengan-keisengan yang dia bagikan secara gratis. Lalu dari beberapa keisengan, dia sudah mendapatkan banyak tawaran pekerjaan yang kadang-kadang harus ditolak karena dia sudah terlalu banyak kerjaan hehehe.
Penutup
Jadi bagaimana, masih malu untuk membagikan hasil karya Anda? Bahkan video Tik Tok yang dulunya mendapatkan cap yang kurang baik, sekarang ini menjadi hiburan dan inspirasi banyak orang di masa pandemi.
Saya sampai sekarang tidak terlalu sering melihat TikTok, tapi sesekali saya melihat suami dan anak-anak menonton video TikTok yang isinya misalnya kegiatan menggambar dan mewarnai, ataupun cara bermain playdough.
Tapi ingat, ketika kita ingin membagikan sesuatu, jangan sampai merugikan diri sendiri ataupun orang lain. Jangan karena mengejar lucu-lucuan sampai lupa kalau kita bisa saja menyakiti hati orang lain. Semua hasil karya bisa saja dibagikan, tapi proses berkaryanya juga perlu diperhatikan.
Mari berbagi berkarya, dan tidak perlu malu disangka sedang pamer.