Potong Rambut di New Normal Thailand

Sejak hari Senin tanggal 15 Juni 2020 yang lalu, Thailand memasuki fase pelonggaran tahap ke-4 yang bisa dibilang benar-benar hampir normal. Dengan tidak adanya pertambahan pasien baru dari penularan lokal selama 20 hari lebih di seluruh Thailand, perasaan juga jadi lebih tenang. Selama belum dibukanya perbatasan Internasional, saya merasa Thailand ini seperti sebuah keluarga besar yang sudah diisolasi bersama-sama dalam waktu tiga bulan.

Beginilah Chiang Mai tanpa polusi. Birunya langit bikin hati gembira.

Dengan dibukanya tempat kegiatan anak-anak, saya pun kembali sibuk antar jemput lagi. Saya jadi bisa menikmati lagi birunya langit di kota Chiang Mai, sesuatu yang tidak bisa dinikmati semasa di rumah saja plus polusi.

Saya tahu, di fase new normal dianjurkan memakai masker di luar rumah ketika anak-anak berkegiatan. Tapi saya tahu, masker itu tidak 100 persen aman, apalagi untuk anak-anak. Saya berani berkegiatan di luar bukan karena memakai masker, tapi karena memang tidak ada lagi penularan lokal. Seandainya setiap hari masih ada ribuan yang terkena positif seperti di Indonesia, saya akan memilih meneruskan di rumah saja kecuali terpaksa.

Salah satu hal yang perlu kami lakukan di sini adalah membawa anak-anak (dan bapaknya) cukur rambut. Terakhir cukur rambut itu bulan Februari yang lalu. Biasanya setelah 3 bulan, rambut triple Jo sudah akan gondrong memang. Tadinya sudah sempat terpikir, kalau Thailand tidak membaik juga keadaannya, maka mereka akan memanjangkan rambutnya saja, karena Joe ga pernah setuju rambut anak-anak dibotak dan saya tidak pernah juga terpikir mau belajar potong rambut.

Kemarin saya bikin janji dulu dengan tukang cukurnya via telepon. Oh ya, sejak kami tiba di Chiang Mai, Joe selalu cukur rambut di tempat yang sama. Dia tidak begitu bisa bahasa Inggris, jadi kebayang dulu awalnya agak repot menjelaskan potong rambutnya. Saya belajar kata kurang pendek atau masih kepanjangan ya karena menemani Joe potong rambut.

Sejak beberapa tahun lalu (karena saya sudah bisa berbicara bahasa Thai), saya meminta nomor teleponnya supaya tidak perlu menunggu antrian. Jadi, menelpon tukang cukur sebelum datang bukan bagian dari new normal buat kami karena kami sudah melakukannya sebelum pandemi.

Hari ini, Joe dan Jonathan terlebih dahulu pergi cukuran berdua. Joshua belakangan dibawanya supaya tidak menunggu terlalu lama di sana. Sejak kemarin kami sudah beritahu kalau Joshua perlu cukur rambut karena sudah panjang rambutnya. Berangkat dari rumah masih gagah berani, sampai sana waktu mesin cukur menempel di kepala, ternyata masih tetap nangis-nangis dong.

Bedanya, kalau bulan Februari lalu, waktu cukur Joshua masih harus dipangku sama Joe. Dia juga masih berusaha meronta-ronta minta turun dan tidak mau meneruskan potong rambut. Oh ya, bulan Februari lalu, sebagian besar rambutnya dipotong menggunakan gunting terlebih dahulu sebelum menggunakan alat cukuran rambut. Hari ini walau menangis, Joshua tidak meronta turun dan berhasil dicukur menggunakan pencukur rambut dari awal sampai akhir.

Kalau diperhatikan, new normal sekarang ini tidak berbeda dengan kondisi sebelumnya. Tukang cukurnya sudah menggunakan masker ketika berhadapan dengan pelanggan. Mungkin beginilah seharusnya tukang cukur ada atau tidak ada Covid-19.

Setelah cukur, rambutnya gak bikin gerah lagi

Begitulah cerita cukur rambut hari ini di era new normal Thailand, walaupun sebenarnya yang kami lakukan tidak berbeda dengan sebelum masa di rumah saja. Perbedaan utamanya cuma, kami menunggu sampai benar-benar merasa aman untuk bisa kembali ke tukang cukur rambut.

Semoga cukur rambut berikutnya pandemi Covid-19 sudah berlalu dari Thailand dan seluruh bumi.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

2 thoughts on “Potong Rambut di New Normal Thailand”

  1. Aku masih belum berani potong rambut disini..
    Di surabaya masih zona merah tapi sudah diminta new normal, kan ngeri jadinya

    1. aku juga ga akan berani kalau masih ada kasus tiap hari. ini berani karena udah 20 hari lebih ga ada transmisi lokal

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.