Pengalaman Memakai Modul Numerasi dari Kemdikbud

Pandemi Covid-19 masih belum ada tanda-tanda berakhir. Kegiatan belajar di rumah yang tadinya dipikir hanya beberapa minggu saja, ternyata masih berlanjut sampai sekarang. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemdikbud) menjadi salah satu yang paling sibuk di masa pandemi ini untuk mempersiapkan supaya pendidikan tetap berjalan. Salah satunya dengan mempersiapkan modul belajar yang bisa dipergunakan sekolah-sekolah.

Saat ini untuk tahun ajaran 2020/2021 sepertinya masih belum tahu kapan bisa mulai kelas tatap muka. Walaupun sudah ada beberapa keputusan yang memperbolehkan sekolah di buka di berbagai zona, tapi tetap saja pelaksanaannya masih butuh persiapan. Menunggu bisa sekolah tatap muka lagi, program belajar dari rumah tetap harus berlangsung.

Mulai dari guru, orang tua dan siswa semua sibuk dengan kegiatan belajar di rumah. Ada berbagai keluhan dari siswa yang merasa stress karena seharian harus di rumah mengerjakan tugas-tugas dan tidak bisa bermain dengan teman. Ada keluhan orang tua yang juga masih harus bekerja sambil mendampingi anak belajar, lalu masih harus merekam video atau foto anaknya melakukan kegiatan untuk dikirimkan ke guru. Ada keluhan guru yang harus mempersiapkan materi dan tumpukan pekerjaan murid yang harus diperiksa.

Saat ini berbagai alternatif dicoba. Berbagai sekolah membuat mekanisme belajar dari rumah yang sesuai dengan kemampuan murid-muridnya. Tidak semua bisa belajar dengan memanfaatkan internet. Masalah keterbatasan kuota internet dan jumlah gawai yang bisa digunakan jika keluarga memiliki beberapa anak usia sekolah.

Kemdikbud berusaha memberi berbagai alternatif membantu meringankan tugas sekolah dan guru dengan membuat tayangan belajar di TVRI, mempersiapkan modul belajar dan membuat daftar berbagai aplikasi untuk belajar daring. Semuanya didaftarkan dalam situsnya di sini.

Beberapa bulan lalu, saya menyuruh Jonathan mengikuti pelajaran di aplikasi ruang guru. Kegiatan ini saya cobakan kira-kira 4 hari. Saat itu, masalahnya saya perhatikan Jonathan bosan mendengarkan penjelasan satu arah dari guru. Faktor lainnya adalah, Jonathan banyak tidak mengerti kosa kata yang digunakan. Walaupun kami di rumah berbahasa Indonesia, kami jarang menggunakan kata sumber daya alam, masyarakat, pembudidayaan, dan berbagai kata yang biasanya ditemukan di buku pelajaran.

Minggu ini, saya mendownload modul literasi dan numerasi untuk tingkat SD yang dipersiapkan Kemdikbud di masa pandemi ini. Modul ini dipersiapkan dalam waktu yang sangat singkat dan melibatkan banyak orang. Saat ini tersedia untuk kelas 1 sampai 6 SD, bahan untuk minggu pertama saja. Setiap minggunya, tersedia 3 berkas yang bisa diunduh: modul untuk guru, modul untuk orang tua mendampingi dan modul untuk siswa belajar.

Saya senang sekali ketika menemukan ada modul-modul seperti ini. Selama ini, saya berusaha mencari bahan belajar berbahasa Indonesia untuk dipakai mempersiapkan Jonathan membiasakan diri dengan materi berbahasa Indonesia. Buku sekolah elektronik yang ada di situs Kemdikbud ini, sangat sulit navigasinya untuk mencari kelas tertentu.

Modul Literasi dan Numerasi yang masih akan bertambah bahannya setiap minggunya tentu saja berbeda dengan buku sekolah elektronik terdahulu. Bedanya, materinya sudah dipersiapkan untuk kegiatan setiap harinya. Dalam petunjuk untuk guru dan orang tua, diberikan garis besar pengajaran.

Saya mencoba memberikan materi numerasi untuk kelas 5 SD. Saya baru sekali ini melihat buku pelajaran tematik, jadi saya dan Jonathan perlu beradaptasi dulu dengan materi pelajaran yang disusun dengan tematik.

Secara umum, materi yang disusun dan dipersiapkan oleh Kemdikbud ini nantinya bisa mengatasi masalah kuota internet kalau bisa dicetak dan didistribusikan ke setiap murid dan orang tua. Tapi masalahnya, saat ini saya perhatikan volume bukunya masih terlalu tebal. Materi untuk siswa kelas 5 pelajaran minggu pertama saja sudah 206 halaman. Untuk kelas lain jumlahnya tidak semua sama, tapi secara keseluruhan, biaya cetaknya masih akan terlalu mahal. Belum lagi modul untuk guru dan orang tua yang jumlahnya juga puluhan sampai ratusan halaman.

Selain masalah jumlah halaman yang banyak, saya perhatikan materi untuk kelas 5 SD, terutama untuk materi numerasi masih bisa diperbaiki.

Berikut ini beberapa catatan saya:

  • Bukunya terlalu berwarna. Kalau tidak harus dicetak, buku berwarna itu indah dan menarik perhatian untuk anak-anak. Tapi karena saya harus mencetak sendiri dan printer kami warnanya bermasalah, saya jadi merasa buku terlalu berwarna itu boros tinta dan jadi sulit kalau mau dicetak hitam putih saja.
  • Untuk kelas 5 SD, jika diberikan penjelasan terlebih dahulu dalam bentuk ilustrasi ataupun bahan bacaan, anak akan bisa mengerjakan soal latihan secara mandiri. Dalam materi yang diberikan, anak sudah diberikan soal latihan di hari pertama, baru diberikan penjelasan di hari berikutnya.
  • Beberapa kegiatan membutuhkan anak pergi keluar rumah, di masa pandemi ini, rasanya tidak aman membiarkan anak pergi keluar rumah sendiri. Kegiatan bisa digantikan dengan kegiatan lain, orang tua perlu kreatif mengganti kegiatan untuk mencapai tujuan belajar.
  • Modul numerasi mengalokasikan waktu 90 sampai 100 menit setiap harinya. Menurut saya, waktu tersebut terlalu lama. Rata-rata, anak tidak bisa fokus lebih dari 40 menit. Kegiatan yang lebih dari 40 menit, sebaiknya dibagi menjadi 2 sesi kegiatan dengan memberikan waktu istirahat diantaranya.
  • Karena kami keluarga homeschooler, beberapa kegiatan yang saya rasa terlalu berulang-ulang atau tidak bisa dikerjakan saat itu, tidak kami kerjakan. Tapi saya jadi terpikir, bagaimana dengan orang tua yang mendampingi anak belajar dari rumah, apakah mereka wajib mengerjakan semuanya, atau diberi keleluasaan untuk tidak mengerjakan dengan memberikan catatan alasannya kepada guru?

Saya menantikan materi di minggu berikutnya dan seterusnya tetap ditambahkan, walaupun mungin kami tidak akan selalu punya waktu untuk mengerjakan materi yang ada setiap minggu. Harapan saya pada akhirnya materi yang terkumpul sampai tahun ajaran bisa tetap digunakan menjadi contoh untuk diadaptasi oleh sekolah maupun keluarga homeschool di tahun-tahun ajaran mendatang.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.