17 Agustus-an di Chiang Mai dari Masa ke Masa

Setelah bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, orang-orang Indonesia di Chiang Mai tetap merasa 17 Agustus itu spesial. Hari ini, walaupun bukan hari libur di Thailand, sebagian dari kami mengusahakan untuk merayakan kemerdekaan Republik Indonesia ke-75.

Bersyukur juga Thailand sudah bebas transmisi lokal dan cukup aman, jadi berani untuk berkumpul-kumpul begini. Setelah sekian lama di Thailand, untuk pertama kalinya berkumpul 17 Agustus-an di Chiang Mai lengkap dengan bendera merah putih.

tumpeng nasi uduk, lengkap dengan 7 jenis lauk

Satu hal yang istimewa di hari ini bukan cuma bisa upacara bendera kecil-kecilan, tapi kami juga bisa makan bersama dengan tumpeng nasi uduk. Setelah beberapa waktu lalu tumpengnya nasi kuning, kali ini tumpengnya nasi uduk dengan lauknya: kering tempe teri, sosis baso mercon, telur balado, sambal kentang ati, ayam semur, bihun goreng dan sayur urap.

Dengan bertambahnya orang Indonesia di Chiang Mai, kesempatan menikmati makanan khas Indonesia semakin banyak kalau ketemu yang jago masak, hehehe.

paskibra, ini latihan berkali-kali sebelumnya

Tahun-tahun sebelumnya, ada beberapa kali kami mengadakan kumpul-kumpul saat 17 Agustus seperti hari ini, tapi ya tidak ada bendera dan tidak ada nasi tumpeng. Cerita 17 Agustus tahun lalu, saya tuliskan di blog ini. Selain tahun 2019 yang lalu, sebenarnya ada juga beberapa kali kami berkumpul di hari kemerdekaan RI 17 Agustus, tapi saya tidak menemukan fotonya.

Saya ingat kali pertama kami berkumpul di tanggal 17 Agustus itu tahun 2013, jadi sudah 7 tahun yang lalu. Keinginan hati sih melakukan acara ini rutin, lengkap dengan perlombaan ala 17 Agustus seperti di Indonesia. Tapi, tanpa perlombaan juga sudah cukup seru kok.

Kalau diperhatikan, dari sejak 2013 sampai 2020, hanya ada 2 keluarga yang selalu ada di dalam foto. Begitulah kalau komunitas perantau, orangnya silih berganti datang dan pergi.

Hari ini, dengan semangat kemerdekaan RI, kami warga Indonesia di Chiang Mai bernostalgia dengan berbagai hal yang kami ingat tentang Indonesia. Cerita tentang pelajaran PSPB (Pendidikan Sejarah Perjuangan Bangsa) yang ternyata tidak ada lagi di jaman milenial, pelajaran PMP (Pendidikan Moral Pancasila) yang berganti nama dengan PPKn termasuk kegiatan penataran P4 yang juga menghilang setelah reformasi.

Berikutnya percakapan menjalar mulai dari mengingat kembali Pembukaan UUD 45, Teks Proklamasi, lagu mengheningkan cipta dan lagu-lagu nasional lainnya, tak lupa pasal-pasal UUD 45 yang dulu pernah hafal luar kepala menjelang ujian.

Dari percakapan random hari ini, ada satu pengetahuan yang saya rasa perlu dicatat supaya tidak lupa. Saya baru tahu kalau tari Saman bukan dari Aceh, tetapi dari Gayo. Bahwa suku Gayo itu, walau daerahnya berada dalam provinsi Aceh, tapi berbeda dengan suku Aceh. Jadi, yang benar adalah tari Saman itu berasal dari Gayo. Sedangkan tari yang kita sering lihat dan berasal dari Aceh itu, namanya Ratoh Jaroe. Suku Gayo ini memiliki bahasa yang berbeda dengan suku Aceh.

Ada beberapa perbedaan yang cukup mendasar antara tari Saman dan Tari Ratoh Jaroe. Tari Saman itu dibawakan oleh penari laki-laki yang berjumlah ganjil dan tanpa alat musik, sedangkan tari Ratoh Jaroe itu merupakan tari yang baru ada sejak tahun 2000 oleh seniman Aceh, dibawakan oleh penari wanita dengan jumlah genap dan diiringi dengan alat musik. Jadi jangan cepat-cepat menjawab kalau tari Saman itu dari Aceh ya. Untuk membaca lengkapnya perbedaan tari Saman dan tari Ratoh Jaroe, bisa dibaca di tulisan ini.

Sebenarnya ada banyak hal yang tadi juga dibahas, tapi yang paling menarik fakta soal tari Saman itu saja, selain jadi tahu ada beberapa orang Indonesia yang perlu ditambahkan lagi ke komunitas, karena selama ini mereka tidak tahu ada komunitas orang Indonesia di Chiang Mai.

Semoga, di tahun-tahun mendatang, komunitas Indonesia di Chiang Mai bertambah banyak anggotanya dan tetap bisa merayakan 17 Agustus bersama seperti hari ini.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.