Api, Kecil Jadi Kawan, Besar Jadi Lawan

Kemarin malam, saya kaget mendapatkan pesan WA dari mama saya diawali dengan kata-kata: “rumah di Medan kebakaran.” Masih dalam pesan yang sama, ternyata kelanjutannya adalah rumah tersebut persis di belakang rumah kami, dan pemadam kebakaran masih bekerja untuk memadamkan apinya.

sedia fire extinguisher di rumah

Setelah membaca pesan secara lengkap, kekagetan saya berkurang sedikit, tapi efek kejut di awal kalimat sempat membuat jantung saya berdetak lebih kencang agak lama. Singkat cerita, api berhasil dipadamkan, tapi rumah yang terbakar itu kondisi kerusakannya 80 persen terlalap api. Rumah kami hanya kena dinding pagar bagian luar saja gosong, puji Tuhan api tidak menyebar ke rumah lainnya.

Kekagetan saya kemaren terutama karena baru saja hari Jumat yang lalu, ketika saya sedang menyetir, saya melihat asap hitam seperti kebakaran di Chiang Mai. Reaksi pertama yang saya pikirkan adalah: “apakah api itu letaknya di arah rumah saya?” Setelah memastikan kalau apinya bukan dari arah rumah, sayapun bisa merasa agak tenang.

Saya bisa membayangkan situasi mama saya kemarin. Mereka baru pulang menuju rumah, dari kejauhan terlihat kerumunan orang berada di depan rumah dan dari jauh terlihat dari arah rumah api merah menerangi langit sore yang menjelang malam. Belum lagi orang-orang ramai berteriak-teriak: “api di nomor rumah sekian kebakaran.” Daaaan, nomor rumah itu sama dengan nomor rumah kami. Ceritanya dulunya tanahnya dimiliki oleh orang yang sama dengan rumah kami, entah kenapa sampai sekarang mereka tidak menambahkan huruf A atau B di nomor rumahnya, jadi ya nomor rumahnya sama.

Mama dan adik saya cukup lega setelah memastikan bukan rumah kami yang terbakar. Rasa cemas dan tegang tentu masih ada, karena api masih sangat besar dan dekat sekali dengan pagar belakang rumah. Orang-orang berusaha memadamkan api dengan menyiram air memakai ember, karena mobil pemadam kebakaran belum tiba. Api yang juga sudah mencapai ke atap rumah membuat kebakarannya sangat besar. Adik saya langsung mengambil selang yang biasa dipakai menyiram tanaman dan menyirami langsung ke bagian atap rumah tetangga sampai mobil pemadam kebakaran datang.

Setelah api padam, orang-orang masih tetap berkerumun di depan rumah. Mama dan adik saya tentu saja tidak ikut berkerumun. Saya dari jauh tetap mengingatkan kalau ngobrol dengan tetangga jangan lupa pakai masker. Udah jadi reflek sekarang ini mengingatkan pakai masker, hehehe.

Cerita udah panjang, belum sampai ke judul. Kalau ada kebakaran, tentu saja pertanyaan pertama: “Apa penyebabnya?” Ternyata, awalnya dari seorang anak yang bermain api. Mungkin dia tidak pernah tahu lagu Ikang Fawzy yang mengingatkan “Jangan main api, kalau terbakar fatal nanti.” Eh maaf, kok jadi ngomongin lagu.

Saya tidak tahu persisnya, apakah orang tuanya tidak mengawasi atau anaknya yang memang kategori punya keingintahuan tinggi. Jadi dia mainan api, dan api yang kecil itu tidak sengaja menyambar ke papan bunga yang dimiliki orang tuanya. Oh ya, orangtuanya memang punya usaha papan bunga, jadi di rumahnya ada banyak papan-papan untuk bunga.

Api kecil, ketemu bahan yang mudah terbakar dari kayu, ya otomatis apinya langsung membesar dan sampailah ke atap rumah. Kalau sudah begitu, api tidak terkendali membakar rumah. Siram air pakai ember tidak lebih cepat dari kecepatan api menyebar.

Api itu berguna buat kita, selama bisa kita kendalikan/matikan. Tapi ketika api membesar dan tidak terkendali, api itu lawan yang sulit untuk dipadamkan. Makanya penting untuk menjaga supaya api itu jangan dibiarkan terlalu besar. Api itu kecil jadi kawan, besar jadi lawan.

Pelajaran dari cerita kebakaran di belakang rumah, buat saya adalah untuk semakin berhati-hati dengan api. Ada banyak sumber api, bisa dari kompor yang lupa dimatikan, atau dari kelistrikan yang tidak bagus.

Beberapa waktu lalu, Joe membeli fire extinguisher untuk di kamar kerjanya. Di kamar kerjanya memang ada banyak sekali benda-benda yang terpasang ke listrik. Lalu, saya meminta sekalian beli untuk di dapur dan beli yang kecil untuk di mobil.

Sebenarnya kami berharap tidak akan pernah menggunakan benda itu, tapi ya seperti halnya sedia payung sebelum hujan, ada baiknya sedia fire extinguisher untuk jaga-jaga supaya api kecil tidak membesar dan tidak bisa dilawan lagi.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.