Review PinePhone: Smartphone Open Source

PinePhone merupakan smartphone open source, salah satu proyek hardware dari Pine64. Tidak seperti smartphone Android, PinePhone ini dapat menjalankan sistem operasi Linux murni, dengan berbagai pilihan distribusi (distro) seperti di desktop dengan pilihan berbagai shell/desktop environment.

Organisasi Pine64 membuat berbagai hardware open source yang saat ini meliputi: SBC (Single Board Computer), Laptop , Tablet, Smartphone, kamera security, Solder pintar, SmartWatch, dan beberapa hardware lain. Di posting ini saya hanya akan membahas PinePhone, dan kali lain saya akan membahas berbagai hardware lain dari Pine64 yang saya miliki.

PinePhone dengan OS KDE Plasma

Sebelum Anda kecewa membaca sampai akhir, kesimpulan saat ini: smartphone ini belum siap dipakai umum, tapi cocok untuk para hacker (orang yang suka ngoprek) baik hardware maupun software. Pinephone ini bukan satu-satunya smartphone open source yang ada saat ini, tapi ini yang paling murah (versi termurah: 149 USD) dan paling banyak pengembangnya. Proyek hardware open source lain adalah Librem 5 dari Purism tapi harganya beberapa kali lipat dari PinePhone (749 USD) dengan spesifikasi yang tidak beda jauh.

Mengapa perlu smartphone open source?

Buat apa punya smartphone dengan hardware dan software yang open source? supaya kita memiliki kontrol atas hardware dan software yang kita miliki. Dengan kontrol ini, kita memiliki privasi dan security yang lebih dari smartphone lain. Ada harapan bahwa sistem operasi smartphone baru yang terbuka akan bisa menjadi alternatif untuk iOS dan Android yang saat ini menguasai pasar, sama seperti Linux yang jadi alternatif untuk orang yang tidak memakai Windows dan macOS.

Beberapa kelebihan PinePhone: micro sd yang bootable, killswitch, pogo pin, dan batere removeable

PinePhone memiliki saklar fisik (kill switch) untuk mematikan GPS, Wifi, Seluler, Microphone, Kamera (depan/belakang) dan juga headphone. Jadi jika kita khawatir software yang kita pakai memiliki bug dan diakses hacker, kita akan yakin mereka tidak bisa mengakses hardware yang kita matikan fungsinya secara fisik.

Batere PinePhone juga bisa dicabut dan diganti dengan mudah. Ini juga penting untuk privasi: kebanyakan smartphone modern baterenya built in dan kita bahkan tidak tahu apakah smartphone benar-benar mati atau tidak. Di smartphone modern, relatif mudah membuat software yang membuat smartphone “pura-pura mati”, tapi tetap mendengarkan percakapan kita. Jika kita menjailbreak iOS, sudah ada yang membuat tweak agar iPhone kita bisa seolah-olah mati sehingga tetap bisa melacak pencuri.

Fungsi “fake shutdown” bisa digunakan untuk melacak pencuri, tapi bisa juga disalahgunakan

Secara keseluruhan smartphone ini bisa dibongkar dengan mudah, tidak ada bagian yang dilem, semuanya memakai baut. Tentunya ini memiliki kelemahan: smartphone ini tidak waterproof. Pine64 juga menyediakan sparepart untuk smartphone ini, jadi kalau ada hardware yang rusak (misalnya kameranya) bisa ditukar bagian itu saja. Pine64 menjanjikan akan memaintain smartphone ini sampai 5 tahun ke depan.

Ini sangat berbeda dengan pendekatan Apple yang sangat ketat dalam mengatur hardwarenya. Di iPhone terbaru (iPhone 12) jika kita menukar kamera dari satu iPhone ke iPhone yang sama persis (artinya: kedua komponennya original dari Apple), maka kameranya tidak akan berfungsi. Jadi jika ada smartphone rusak, komponennya tidak bisa dikanibal untuk smartphone lain.

Spesifikasi Hardware

Saat ini ada 2 model yang dijual. Ada edisi biasa seharga 149 USD dan edisi Community dengan harga 199 USD. Bedanya ada pada RAM dan storagenya: edisi 149 USD memiliki RAM 2GB ROM 16GB, dan edisi 199 USD memiliki RAM 3GB dan ROM 32 GB. Pada edisi community, kita mendapatkan “convergence package”, berupa adaptor USB-C ke HDMI dan sekaligus menjadi USB HUB dan ethernet adapter. Dengan membeli edisi komunitas, kita juga sekaligus menyumbang 10 USD untuk komunitas developer. Saat ini ada Manjaro community edition, sebelumnya ada postmarketOS community edition dan sebentar lagi akan ada KDE community edition.

Spesifikasi Pinephone cukup rendah dibandingkan smartphone Android dengan harga serupa:

  • Allwinner A64 Quad Core SoC with Mali 400 MP2 GPU
  • Layar 720×1440
  • RAM 2GB ROM 16 GB (versi 149 USD) atau RAM 3GB ROM 32 GB (versi 199 USD)
  • Kamera belakang 5 MP dan kamera depan 2MP
  • Jack 3.5mm, bisa jadi serial console
  • GPS/GNSS/Glonass
  • Bluetooth/WIFI/Seluler 4G
  • Batere 2600mh, kompatibel dengan batere Samsung J7)

Informasi lengkap bisa dilihat di wiki PinePhone.

Bagi saya yang agak disayangkan hanya kameranya yang terlalu rendah resolusinya, tapi saat ini memang tidak tersedia banyak pilihan hardware kamera yang terbuka dengan harga terjangkau. Paket PinePhone tidak menyertakan charger, tapi menyertakan kabel USB A ke USB C, sehingga bisa dicharge dari laptop/desktop.

Meskipun spesifikasinya rendah, beberapa kelebihan PinePhone adalah kill switch (sudah saya jelaskan sebelumnya) dan USB yang bisa dihubungkan ke HDMI (memiliki USB C HDMI Alt Mode). Smartphone ini juga memiliki serial port via headphone jack (perlu kabel khusus, atau bisa juga membuat sendiri). Banyak smartphone high end memiliki fitur HDMI Alt Mode, tapi smartphone murah biasanya tidak punya fitur tersebut. Selain itu PinePhone memiliki konektor I2C dalam bentuk pogopin. Ini berarti PinePhone bisa ditambahi hardware sendiri yang kecepatannya rendah (contohnya ini).

PinePhone juga bisa diboot dari SDCard, ini sangat memudahkan mencoba-coba berbagai sistem operasi dan tidak perlu khawatir smartphone akan bricked. Ini juga akan berguna jika internal storage rusak.

Software

Masalah utama saat ini adalah software yang belum cukup matang. Bagi saya, software ini bisa dibagi menjadi 2 bagian: core dan user interface. Bagian inti ini adalah kernel, driver dan daemon untuk memakai fungsionalitas tertentu, misalnya mengakses SMS, memakai mobile data, mengakses kamera, dsb. Untungnya bagian ini sudah hampir selesai. Beberapa optimasi masih dilakukan, misalnya pengaturan daya yang masih kurang bagus.

Dari sisi user interface, ada banyak pendekatan yang dilakukan:

  • Ada yang berusaha memporting Android ke OS ini
  • Ada yang memporting OS mobile alternatif lain yang sudah dikembangkan (misalnya Sailfish, Maemo dan Ubuntu Touch)
  • Ada yang memakai pendekatan desktop Linux (Distro + Desktop/Phone Environment)

Di desktop Linux kita bisa memakai banyak distribusi (misalnya Arch, Debian, Fedora, dsb), dan di tiap distribusi kita bisa memakai desktop environment pilihan kita (KDE, Gnome, XFCE). Semua pilihan tersebut bisa dilakukan dengan PinePhone. Ada banyak distro yang sudah berjalan di PinePhone (misalnya Arch, Debian, Fedora). Sebagian lagi ada yang membuat distro khusus mobile, misalnya PostMarketOS (pmos).

Di Desktop kita juga bebas untuk tidak memakai Desktop Environment dan hanya memakai Window Manager tertentu (misalnya dwm). Atau bahkan sebagian orang lebih senang di mode teks saja. Untuk singkatnya, berbagai opsi ini saya sebut saja sebagai “user interface”.

Ada banyak user interface yang bisa dipilih untuk PinePhone (daftar lengkapnya silakan lihat di sini). Contoh user interface yang paling minimal adalah: terminal saja, dan kita harus memakai keyboard eksternal. Untuk versi minimal tanpa hardware eksternal: mode terminal dengan keyboard touch screen. Jadi semua perintah dilakukan di command line tanpa mode grafik.

User interface minimalis: shell dengan keyboard virtual

Karena ada begitu banyak kombinasi distro dan user interface yang bisa dicoba, seseorang sudah membuat image multiboot yang berisi 13 OS. Semuanya bisa masuk di SD card 8 GB. Jadi meski penyimpanan PinePhone ini terlihat kecil, tapi sudah lebih dari cukup untuk Linux.

Multiboot

Saya tidak akan mereview secara detail tiap OS, karena perkembangannya masih sangat cepat. Jika minggu ini ada fitur yang tidak jalan, minggu depan mungkin sudah diperbaiki. Jadi saya akan bercerita secara umum saja kondisi saat ini. Bahkan ketika saya menulis posting ini, Pine64 baru saja memberikan update bulanan.

Dari hasil pemakaian Semua OS yang saya sebutkan masih kurang stabil dan atau kurang nyaman. Untuk versi mode teks, saya tidak menemukan masalah, tapi repot memakai mode ini. Untuk mode grafik, ada yang user interfacenya masih benar-benar lambat, ada yang sudah cukup mulus (misalnya Ubuntu touch). Tapi masih sering terjadi masalah yang membuat hang dan butuh restart. Alasan saya mengambil foto untuk berbagai screenshot di sini adalah: agar terlihat seperti apa user interfacenya di hardware yang sebenarnya, dan karena fungsi screenshot membuat beberapa user interface crash.

Bagaimana dengan aplikasinya? Jika ingin menggunakan smartphone ini sebagai komputer yang terhubung ke keyboard dan monitor, maka hampir semua aplikasi Linux bisa dipakai. Tapi jika ingin fungsi itu, sebaiknya beli saja Raspberry Pi. Jika ingin memakai aplikasi khusus untuk smartphone ini, maka jawabannya: masih sangat sedikit.

Sebagian OS menyertakan anbox, semacam layer emulasi untuk menjalankan aplikasi Android. Sebagian aplikasi Android berjalan dengan baik, tapi banyak juga yang tidak. Anbox ini bukan emulator, tapi waktu startup aplikasi dengan Anbox juga cukup lama dibandingkan aplikasi native. Startup pertama (setiap kali memakai aplikasi Android setelah restart) bahkan butuh beberapa menit.

Browser bekerja cukup baik

Untungnya saat ini kebanyakan aplikasi ada versi webnya, dan browser berjalan cukup baik di semua OS yang saya coba, bahkan video juga bisa jalan (tapi di beberapa distro, audionya tidak jalan). Tentunya jika kita bergantung aplikasi tertentu (misalnya instagram, snapchat), atau bergantung aplikasi spesifik dari perusahaan/kantor, maka akan sulit memakai PinePhone untuk sehari-hari.

Penutup

Dulu waktu di masa awal Linux, situasi seperti PinePhone ini juga umum: hardware tidak jalan, software tertentu tidak ada. Berbagai distro bermunculan dan berjatuhan. Lama-lama semuanya membaik. Dulu memakai Linux terasa sulit, tapi saya merasa beruntung dulu bisa belajar dari ketika hal-hal masih sangat sederhana.

Saat ini saya masih menjadi pengamat, tapi sudah merasa sangat senang karena bisa melihat berbagai pendekatan yang diimplementasikan untuk user interface smartphone. Rencananya saya ingin ikut juga menjadi kontributor, tapi masih berusaha mencari proyek yang cocok dan kontribusi yang cocok. Mungkin juga saya akan membuat aplikasi tertentu yang saya butuhkan.

Saya juga menunggu berbagai hardware yang akan diimplementasikan dengan adanya konektor pogopin di belakang PinePhone. Salah satu rencana mereka adalah membuat casing keyboard. Tapi potensinya jauh lebih banyak dari itu, misalnya kita bisa menambahkan sensor baru, NFC, atau fungsi lainnya.

Kali lain saya berencana membuat posting khusus mengenai privasi dan security pada iOS dan Android. Tapi singkatnya: jika kita tidak percaya pada perusahaan tertentu (Google/Apple), maka memakai dan ikut mengembangkannya PinePhone atau smartphone open source lain adalah solusinya.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.