Kilas Balik April 2020

Hari ini saya kembali lagi melanjutkan menuliskan kilas balik tahun 2020. Setelah bulan Maret 2020 WHO menyatakan status pandemi, bulan April yang tadinya sudah kami rencanakan untuk pulang ke Indonesia, bubar total. Sejak 18 Maret 2020, merupakan masa-masa di rumah saja di mulai. Masa di mana semuanya masih penuh ketidak pastian.

Awalnya, saya pikir, pandemi ini akan berakhir dalam waktu beberapa bulan saja. Tapi, setelah membaca tentang cerita pandemi tahun sebelumnya dan juga progress dari hari ke hari, saya mulai menerima kalau pandemi ini mungkin akan berlangsung beberapa tahun, dan saya sudah menerima kalau kami belum bisa pulang untuk sementara waktu.

Sebenarnya, bisa sih pulang ke Indonesia, tapi… resikonya cukup besar, resiko tertular di perjalanan dan resiko tidak bisa kembali ke Thailand. Masalah lainnya, kalau kami keluar dari Thailand, ketika kembali ke Thailand kami harus menjalani karantina wajib 14 hari dengan biaya yang lumayan. Jadi ya, sudahlah, lupakan ide untuk keluar dari Thailand, sampai batas waktu yang tidak ditentukan.

Bulan April 2020, merupakan bulan April yang tidak biasa di Thailand. Bulan April yang masih berpolusi, padahal biasanya polusi sudah pergi di awal April. Bulan April tanpa kegiatan Songkran yang merupakan festival terbesar di Thailand. Bulan April yang dihabiskan dengan di rumah saja, menutup pintu dan jendela, memasang filter udara dan AC, karena tentunya panas luar biasa. Padahal, sejak awal tahun, kami pikir kami akan berlibur ke Indonesia di bulan April 2020.

Saya mengisi hari-hari di rumah saja dengan menonton film, membaca buku, memantau berita dan menuliskan update Thailand sesekali di blog ini. Tentunya juga jadi lebih sering video call ke Indonesia, karena awalnya kan kami berencana pulang di bulan April tapi terhalang pandemi.

Menjelang pergantian hari menutup bulan April 2020, kami mendapatkan kabar duka. Ibu Mertua saya, Eyangnya anak-anak, yang baru saja berulang tahun ke-64 pada tanggal 21 April, dipanggil menghadap sang pencipta.

Eyang nya anak-anak memang sudah sering sakit, bahkan sejak Jonathan baru lahir sudah pernah sakit cukup parah. Terakhir kami pulang di bulan Desember 2018, dia juga baru keluar dari rumah sakit dan masih pemulihan di rumah. Kami pulang hampir 1 bulan, karena awalnya berencana mengajak eyang jalan-jalan, tapi ya jadinya ternyata waktu tersebut merupakan waktu terlama di mana anak-anak menghabiskan waktu bersama eyang putri, di rumah saja.

Eyang putri pergi dengan tenang, walaupun terasa tiba-tiba. Tapi kepergiannya tidak ada keluhan, tidak ada rasa sakit, bahkan sangat ceria dan merasa sehat-sehat saja sebelumnya. Kami masih ingat, ketika bertelepon beberapa hari sebelumnya, Eyang putri masih sangat ceria bercerita kalau dia merasa sehat, bahkan masih bercita-cita jalan-jalan ke Chiang Mai lagi kalau pandemi berlalu.

Bulan April 2020, saat di mana kami mengalami dilema luar biasa, selain rasa sedih yang melanda. Kami akhirnya melapangkan dada untuk menerima kenyataan, kalau kami tidak bisa pulang untuk melihat eyang putri untuk terakhir kalinya. Kami hanya bisa melihat melalui kiriman video dan foto dari adik-adik Joe.

April 2020, akan menjadi bulan penuh roller coaster emosi yang tidak akan bisa kami lupakan…

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.