May 4th, 2007

Tanggal di atas, merupakan tanggal pertama kami tiba di Chiang Mai. Tahun 2007 yang lalu, untuk sampai ke Chiang Mai dari Jakarta belum banyak pilihan. Bahkan dengan pesawat yang mahal seperti Singapore Airlines sekalipun, kami harus transit 1 malam di Singapur.

Rumah Pertama di Chiang Mai

Sejak beberapa tahun yang lalu, setiap tahun, saya berusaha mengingat kembali awal mula kami tiba di sini, dan menuliskannya di blog ini. Sayangnya, waktu itu kami belum join FB, kamera ponsel pun belum sekeren sekarang. Jadi tidak ada reminder di FB tentang memori 14 tahun yang lalu.

Saya masih ingat, kami datang dengan 2 koper besar dan masing-masing memanggul ransel untuk bawa laptop. Karena waktu itu kami masih berdua saja, kami tinggal di sebuah apartemen studio.

Waktu dulu, Joe belum terlalu rajin foto dokumentasi sana sini. Setelah membongkar-bongkar dokumen foto, saya ketemu foto rumah pertama kami di Chiang mai. Hal yang paling saya ingat adalah, office manager dan bos di tempat Joe bekerja sungguh baik hati mempersiapkan segala sesuatu supaya kami merasa betah di Chiang Mai. Ibu office manager bahkan menghias meja dengan vas berisi bunga yang indah begini.

ruang duduk
Bunga menyambut kedatangan kami di Chiang Mai dari Office Manager baik hati

Padahal, buat kami, yang lebih penting saat itu adalah adanya sambungan internet 24 jam, hahahaha. Makanya, begitu sampai, meja kerja di samping TV langsung ditemani dengan laptop kami.

meja kerja
Meja Makan, TV dan meja kerja di rumah pertama di Chiang Mai

Sewaktu meninggalkan Bandung, rasanya hati ini berat sekali. Setelah hidup di Bandung selama kurun waktu 1995 – 2007, rasanya Bandung itu sudah seperti kampung halaman. Padahal, jelas-jelas, orang tua saya itu tinggalnya bukan di Bandung. Jalanan di Bandung saja saya tetap tidak hapal, yang dihapal cuma rute angkutan kota, hehehe.

Saat ini, setelah 14 tahun tinggal di Chiang Mai, saya pun mulai merasa ke Chiang Mai seperti perasaan terhadap Bandung. Saya tetap tidak bisa bahasa Chiang Mai, seperti saya tidak bisa bahasa Sunda. Saya tetap belum hapal semua sudut kota Chiang Mai, tapi saya merasa kalau saya membutuhkan sesuatu, saya akan lebih mudah mencarinya di Chiang Mai daripada kalau saya ada di Bandung atau Medan.

Setelah pengalaman hidup berpindah-pindah, dan menyadari kalau tidak ada yang pasti di dunia ini, saya jadi sering terpikir apakah setelah dari sini kami masih akan berpindah negara lagi, atau pulang saja ke Indonesia?

Kalau suatu saat nanti kami harus pindah dari Chiang Mai, pastilah perasaan hati ini akan lebih berat lagi daripada ketika kami meninggalkan Bandung. Memikirkan hal ini terkadang membuat perasaan jadi sentimentil.

Waktu membantu Move-On dari Bandung

Beberapa waktu lalu, saya sering salah menyebut nama mall di kota ini sebagai BIP (Bandung Indah Plaza). Lalu, saya juga salah menyebut nama jalan menuju ke mall sebagai jalan Dago. Mungkinkah kalau saya pindah dari Chiang Mai, saya juga akan melakukan kesalahan penyebutan seperti itu?

Setelah sekian lama meninggalkan Bandung, saya tidak ingat lagi apa yang kira-kira saya rindukan dari Bandung. Bahkan kabarnya, kampus tempat saya kuliah dulu saja sudah banyak perubahannya.

Ternyata, waktu memang bisa menggantikan kenangan ya. Kalau dulu rasanya berat sekali meninggalkan Bandung. Sampai tahun ke sekian di Chiang Mai, masih sering salah sebut. Tapi lama-lama bisa hilang rasa rindu dan mulai terbiasa dengan Chiang Mai.

Beberapa kali mengunjungi Bandung ketika mudik, kota itu terlihat berbeda dari yang ada dalam kenangan. Malah jadi merasa asing dengan Bandung. Bagaimana mau tetap rindu, kalau Bandung nya pun sudah berbeda dari yang diingat.

Tetap Bersyukur

Haish, jadi mulai merasa puitis deh. Tiba-tiba jadi terpikir tentang orang-orang yang tidak bisa move on, padahal mungkin saja yang dia ingat sudah berbeda dan berubah.

Sebelum tulisannya jadi kemana-mana, saya tutup saja tulisan ini dengan ucapan syukur. Bersyukur kalau kota ini memang cukup menyenangkan untuk menjadi tempat tinggal buat kami. Kota yang tidak pernah saya dengar sebelumnya, dan ternyata menjadi rumah buat saya dan menjadi kota yang paling lama saya tempati sejak merantau dari rumah orang tua.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.