Banjir dan Pasokan Air Bersih

Sambungan tulisan kemarin. Banjir di Chiang Mai masih berlanjut. Walaupun matahari bersinar cukup terik, di sore hari hujan pun turun lagi. Tapi yang paling kontradiksi adalah: gara-gara banjir, pasokan air bersih ke komplek rumah berhenti sejak hari Minggu sore.

Sampai dengan tadi pagi, kami masih punya air bersih karena punya tanki penyimpanan air. Akan tetapi, karena kami baru mengetahui air tidak mengalir ke rumah di hari Senin siang, sudah agak terlambat menghemat pemakaian air bersih. Dan sebelum siang, air bersih di tanki sudah habis.

Kehabisan Air Bersih

Rumah-rumah yang lain di komplek sudah kehabisan air dari kemarin. Ada yang bercerita karena tidak ada pemberitahuan, kemarin dia mencuci baju. Lalu ada rencana untuk membeli air bersih yang diantarkan menggunakan truk air dan masing-masing rumah membayar 500 baht. Rencana memesan air ini dikoordinasikan melalui grup Line. Saya hanya mendapat updatenya saja karena kalaupun masuk ke grup itu, pasti pusing sendiri membaca obrolan bahasa Thai, hehehe.

Sekitar jam 2.30 siang, saya diberitahukan kalau ada truk air dari perusahaan air daerah yang mengantarkan air ke rumah-rumah secara gratis. Saya diminta menunggu di depan rumah, supaya mereka tahu dan tidak terlewat. Saya juga sudah bisa melihat kalau truk airnya sudah ada beberapa rumah dari rumah saya, jadi ya saya pun dan beberapa tetangga mulai berdiri di depan rumah.

Beberapa orang saya lihat tidak sabar menunggu air datang ke rumahnya. Mereka membawa ember besar ke mobil truk tersebut dan mengisi ember dan membawa pulang, beberapa kali. Di situ saya baru menyadari kalau kami tidak punya ember besar. Tapi ya beberapa orang meyakinkan kalau mobil itu akan datang ke semua rumah.

Sebenarnya saya sudah bertanya-tanya, kira-kira berapakah kapasitas air yang di bawa truk tersebut? Kalau setiap rumah diisi tankinya yang rata-rata di atas 1000 L per rumah, berapa rumah yang bisa diisi, dan apakah 1 truk air cukup?

Tunggu punya tunggu, tiba-tiba truknya berbelok masuk ke gang yang lain dulu, padahal kalau dia lurus saja, rumah kami tinggal rumah ke-3 dari truk tersebut. Saya tetap menunggu, beberapa jam …. Lalu truk tersebut melaju agak kencang dari arah yang berlawanan, saya tanyakan apakah airnya masih ada? Katanya akan ada truk berikutnya. Baiklah, saya ternyata masih harus menunggu.

Ada sekitar 2 jam saya menunggu dengan tetap berusaha sabar, karena udara di luar itu lumayan panas. Lalu, sekitar pukul 4.30, mobil itu terlihat lagi untuk kemudian menghilang lagi. Tapi saya mendapat kabar kalau air akan mulai dialirkan lagi ke rumah-mulai pukul 5 sore dan pemesanan air bersih yang berbayar sudah dibatalkan. Dan berita ini tentu saja memberi harapan buat saya.

Sekitar pukul 5.30 sore, hujan turun lagi. Kali ini agak deras. Truk air sepertinya sudah tak ada harapan datang lagi, tapi ya saya pikir siapa tahu lagi berbelok ke gang yang lain lagi. Dipikir-pikir, sebenarnya saya tidak keberatan membayar air bersih 500 baht untuk mengisi penuh tanki, asalkan dipastikan memang datang, daripada saya harus menunggu tanpa kepastian dan ternyata beneran tidak kebagian. Lagipula, untuk saat-saat tidak ada air, rasanya membayar sedikit lebih mahal dari tagihan air bulanan masih lebih baik daripada tidak ada air sama sekali. Anggap saja membeli air minum botolan yang dipakai untuk mandi.

Menampung Air Hujan

Karena truk air tak ada harapan dan toh kabarnya air akan mengalir ke rumah, akhirnya kami memutuskan menampung air hujan saja sedikit. Toh air hujan bisa digunakan untuk menyiram toilet yang sudah mulai bau. Air hujan terlihat jernih, ada sedikit endapan, tapi pada dasarnya warna airnya bening.

Eh tapi, kalau untuk sikat gigi dan cuci muka, kami masih punya persediaan air minum beberapa galon, jadi yang ini aman. Kalau mandi? Ya kemarin malam sudah mandi dan hari ini tidak kemana-mana. Anak-anak sih tadi pagi masih sempat mandi. Yang penting ganti baju aja semuanya, sudahlah anggap bersih.

Air mengalir tapi kuning

Sekitar pukul 7 malam, air yang di depan rumah mulai mengalir. Tapi sepertinya karena tanki air kami pipanya agak tinggi dan tekanan airnya tidak kencang, airnya belum masuk juga ke tanki. Kemungkinan lain sih, karena masih banyak rumah yang tankinya kosong dibandingkan yang sudah diisi oleh mobil truk air, jadi airnya belum bisa mengisi yang posisinya agak tinggi.

Sampai jam 9 malam, belum ada tanda-tanda kami bisa mendapatkan air bersih. Saya pun mulai menerima kenyataan dan menyuruh anak-anak tidur dengan hanya menyikat gigi dan mengganti baju saja.

Lebih baik air yang kuning daripada tidak ada air

Sekitar 9.30 malam, saya mendengar akhirnya tanki air berisi. Dan seperti dugaan, airnya yang mengalir tidak sebening air hujan. Walau pun airnya kuning, tetap saja saya merasa senang. Air yang kuning, tetap air. Asalkan tidak ada lumpurnya, ya masih mendingan lah.

Setidaknya dengan adanya air, kalau buang air, toilet bisa disiram bersih dan tidak bikin rumah jadi bau.

Pelajaran hari ini

Dari pengalaman hari ini, ada beberapa hal yang kami pelajari:

  1. Perlu punya ember besar di rumah. Kalau kejadian seperti ini lagi, setidaknya bisa ikutan mengambil air langsung ke mobil truk tersebut sedikit air daripada menunggu berlama-lama di luar rumah.
  2. Tanki air kami saat ini cuma 750L, kami perlu mengupgrade tanki air ini atau membuat 2. Urusan penghentian pasokan air bersih sebenarnya tidak sering terjadi, tapi di musim hujan, dalam setahun bisa terjadi beberapa kali dan umumnya tanpa pemberitahuan. Jadi kalau ada 2 tanki, bisa punya persediaan air bersih lebih banyak. Beberapa rumah rata-rata malah punya tanki air ukuran diatas 1000 L – 2000 L
  3. Perlu filter air untuk air minum. Sekarang ini kami memang langganan air yang diantar ke rumah. Tapi kami belum tau kalau situasi begini, apakah mereka akan datang mengantar air bersih. Kalau punya filter untuk air minum, setidaknya selama punya air bersih, bisa difilter menjadi air minum.

Kita memang tidak bisa hidup tanpa air. Terutama air yang bersih. Kalau airnya air banjir, repot juga.

Salut untuk usaha-usaha yang dilakukan pemerintah kota ini. Mereka masih terus berusaha supaya air surut. Di beberapa tempat sudah kering, tapi ya karena banjir kiriman masih terus datang, sepertinya hal ini masih akan berlangsung beberapa hari.

Harus belajar menerima dan bersabar saja, seperti air yang mulai dialirkan ke rumah-rumah walaupun kuning, saya yakin banjir akan berlalu.

Penulis: Risna

https://googleaja.com

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.