Hari ini kami memutuskan mengungsi setelah air mulai masuk ke halaman rumah dan terlihat beberapa sentimeter lagi masuk ke rumah.
Malam sebelumnya air memang mulai naik dan menggenangi jalan. Sudah ada pengumuman kalau ketinggian air akan mencapai rekor tertinggi baru (5,1m) dari sejarah banjir di Chiang Mai. Air juga mulai masuk merembes dari sela-sela karung pasir.
Penyebab Banjir 2024
Sumber banjir kali ini sebenarnya mirip dengan sumber banjir tahun-tahun sebelum. Ada badai tropis yang menyebabkan hujan deras di banyak lokasi di utara Thailand. Air hujan yang terlalu banyak ini akhirnya membuat bendungan kewalahan dan harus mengalirkan airnya. Nah, masalahnya karena hujan merata, daya tampung sungai kalah dengan volume air. Jadi airnya meluap dan jadi banjir.
Mungkin karena bukan baru sekali terjadi, pemerintah Thailand sudah punya website yang menyebarkan informasi tentang ketinggian pintu air. Mereka juga memikirkan cara bagaimana mengurangi efeknya. Tapi namanya air, bisa diperkirakan namun ga selalu bisa mengikuti arahan kita.
Malam itu saya tertidur dengan nyenyak, sepertinya karena lelah seharian dengan perasaan cemas apakah air akan masuk ke rumah atau tidak. Sebentar merasa yakin kalau air tidak akan sampai masuk rumah, tetapi gak lama kemudian kembali gelisah.
Alasan memilih mengungsi
Keputusan ini kami ambil dengan pertimbangan saya yang rasanya sudah mulai stress. Merasa pasrah andai air masuk ke rumah, tetapi juga masih ga rela.
Sebenarnya rumah kami 2 lantai dan persediaan makanan toh sudah cukup. Saya menasihati anak-anak kalaupun banjir masuk ya dihadapi saja. Tetapi saya tetap ga merasa tenang.
Joe hari ini juga ada jaswal ujian yang dilakukan secara online. Saya membayangkan kalau pas ujian tiba-tiba ada pemadaman listrik atau saya yang cemas malah jasi mengganggu, maka kami memutuskan beberes rumah bagian bawah dan mengungsi saja.
Persiapan mengungsi
Tahun ini merupakan kali pertama kami mengungsi. Kami mengangkat yang ada di lantai, menutup saklar yang rendah dengan plastik, dan mematikan breaker listrik rumah demi keamanan.
Kami juga memasang plastik dengan tape di pintu rumah untuk jadi usaha terakhir menjaga air nggak masuk ke rumah.
Kami membawa baju secukupnya untuk 2 malam, kartu pengenal selain uang, mengunci pintu dengan baik dan mencari lokasi yang kering. Kalaupun kami menginap lebih dari 2 malam, ya ada banyak tempat untuk cuci kering pakai mesin automatic.
Saya menghubungi teman saya yang punya restoran Indonesia di Chiang Mai dan di depannya ada banyak penginapan. Restorannya memang di daerah turis.
Setelah yakin kalau kamar tersedia maka kami bergegas packing dan meminta bantuan kepada mobil petugas yang memang sudah menunggu untuk mengeluarkan orang yang memilih mengungsi daripada bertahan.
Pengalaman Keluar dari kepungan banjir
Ketika saya bilang kami mengungsi, banyak yang bertanya apakah kami naik perahu karet? Jawabannya tidak. Masih ada mobil yang cukup tinggi yang bisa masuk ke komplek.
Ada 4 petugas yang siap membantu kami. Anak-anak yang tidak ingin kakinya terkena air banjir, di gendong di belakang petugas. Saya sih memilih menginjak sir sedikit. Ga kebayang petugasnya patah pinggang kalau gendong saya, hahaha. Oh ya karena ga mau sepatu basah, sepatu tidak langsung kami pakai tetapi kami masukkan dalam kantong plastik.
Tak lama kami tiba di depan komplek dan melihat banyak rumah yang terendam lebih parah dari rumah kami.
Tiba di jalan besar yang kering, kami melanjutkan naik grab ke warung Sanjan Indonesian Cafe.
Merasa lebih tenang
Setelah mengupayakan semua hal untuk mengangkat barang yang perlu diangkat di rumah dan tidak lagi melihat air mengenang kami, rasanya sudah semakin tenang.
Dari pemantauan kamera rumah, airnya juga mulai surut walau belum kering.
Ya kita lihat saja perkembangan selanjutnya. Semoga saja air tidak naik lagi dan terus menerus menurun.