Hari Jumat 27 September 2024, air di komplek rumah mulai surut. Walaupun ada hujan di pagi hari, menjelang siang matahari mulai menampakkan diri dan cukup terik.
Ada berita di bagian lain dari Chiang Mai terjadi banjir bandang karena air dari hujan yang turun di daerah hutan dan gunung Doi Suthep yang tidak mampu diserap oleh hutan tersebut. Tetapi kabarnya air tersebut tidak mempengaruhi ketinggian sungai Ping.
Sekitar sehabis makan siang, kami bisa melihat kalau jalan di depan rumah sudah bisa dilalui mobil walaupun masih agak sedikit basah. Maka kami memutuskan untuk segera pulang.
Contents
Kembali dari Mengungsi/ Staycation
Kalau dipikir-pikir, kegiatan mengungsi kami ini jadi lebih mirip staycation. Karena menginap di depan warung Indonesia, kami jadi bisa makan makanan Indonesia sepanjang kami berada di sana. Selain itu kami bisa berjalan juga sedikit eksplorasi daerah sekitar kota tua Chiang Mai.
Setelah makan siang di Sanjan, kami memutuskan untuk pulang ke rumah. Sebenarnya sih masih agak malas untuk pulang, tetapi anak-anak juga sudah ingin kembali ke rumah dan mengingat harus mulai membersihkan bagian luar rumah yang kemarin terendam banjir.
Kami kembali ke rumah dengan naik taxi online. Awalnya supir taxi terlihat menggerutu ketika menyadari daerah yang menjadi tujuan kami adalah daerah banjir. Saya meyakinkan kalau misalnya masih ada genangan air, kami bersedia diturunkan dan melanjutkan berjalan kaki.
Ternyata walaupun agak sedikit macet dan harus memutar sedikit lebih jauh, kami bisa diantar sampai cukup dekat dari rumah. Sesuai kesepakatan, kami turun sebelum ada genangan air.
Bebersih bekas terendam tidak bisa ditunda
Sebenarnya awalnya saya kepikiran untuk menunda bebersih. Siapa tahu masih banjir lagi dan rasanya malas mengerjakannya. Tetapi ketika membuka pintu rumah dan melihat ada banyak serangga, semut dan cacing selain tempar parkir mobil yang jadi licin, kami memutuskan untuk segera bebersih.
Lagipula menurut berita, debit sungai sudah menurun dan banjir tidak akan kembali lagi. Mari kita segera menyingsingkan lengan baju untuk bebersih bagian depan rumah.
Pak suami menggeser karung pasir, saya menyiram air dan membersihkan endapan lumpur yang ada. Ternyata karung pasir yang dipakai itu berat sekali, saya tak sanggup menggesernya. Beryukur sekali kemarin itu dibantu memasangkan karung pasirnya.
Membersihkan tempat parkir mobil dan teras depan juga lumayan makan waktu. Padahal hanya sedikit kalau dibandingkan dengan rumah. Walaupun capek membersihkan bagian depan rumah, saya tetap mengerjakan dengan sepenuh hati. Ini tidak seberapa dibandingkan kalau sampai masuk ke rumah (kata saya berkali-kali ke diri sendiri).
Bagian yang paling tidak menyenangkan dari banjir adalah aroma tidak sedap. Saya sungguh bersyukur air tidak masuk ke rumah. Aroma di luar rumah yang terbuka saja sangat bau dan entah kapan hilangnya.
Oh ya, setelah bebersih bagian luar, kami juga membuang sampah dari dalam rumah ke luar. Kebetulan besok pagi jadwal truk sampah untuk mengambil sampah. Mudah-mudahan saja besok petugasnya bekerja dan mengumpulkan sampah.
Menyalakan listrik dan memasang peralatan yang penting
Hal yang perlu segera dilakukan setelah sampai ke rumah tentunya jangan lupa menyalakan kembali listrik rumah yang dimatikan dari breakernya ketika pergi. Setelahnya bisa memastikan kulkas sudah dihidupkan kembali. Membuka saklar yang ditutup ketika pergi kalau saklarnya dibutuhkan untuk digunakan segera.
Karena kami pergi tidak lebih dari 24 jam, bagian freezer masih belum mencair banget. Bahkan masih ada es batu yang tetap es. Akan tetapi beberapa makanan dan minuman yang di bagian bawah sebagian saya buang seperti fresh milk dan yoghurt.
Selain menyalakan kulkas, kami juga perlu menyalakan microwave dan memasang kembali komputer anak-anak yang dimatikan karena saklarnya ditutup.
Kulkas, microwave, mesin pompa air, dan komputer menyala, semua terasa kembali normal.
Mengambil Mobil
Sebelum banjir datang, karena kami memasang karung pasir di pagar rumah, kami memutuskan untuk memindahkan mobil ke tempat parkir di samping rumah. Memang tempat itu juga cukup tinggi dibandingkan tempat parkir di depan rumah kami.
Ketika banjir mulai tinggi, sebenarnya sempat agak pasrah kalau misalnya ternyata tempat itu tidak cukup tinggi. Lagi-lagi bersyukur karena ternyata yang terendam hanya rodanya saja. Mungkin kalau kami parkir tetap di rumah, bisa jadi bagian bawah mobil agak terendam.
Karena kami perlu mencuci pakaian ke laundry, kami perlu segera mengambil mobil. Tetapi ternyata jalan untuk ke tempat parkiran masih agak lebih basah lagi dibandingkan depan rumah kami. Padahal ketika kami mengambil mobilnya, jalan di depan rumah sudah kering.
Tapi walau jalanannya melewati jalan yang lebih basah, toh tempat parkirnya lebih tinggi dari jalan. Jadi tidak ada masalah dan mobil bisa diambil kembali ke rumah.
Mencuci pakaian ke laundry dengan mesin pengering
Setelah beberapa hari tidak mencuci pakaian, ditambah dengan pakaian yang dibawa mengungsi, pakaian kotor sudah semakin banyak. Saya bawa semua yang perlu dicuci ke mesin cuci plus pengering yang bisa selesai dalam waktu 1 jam (dikerjakan sendiri tentunya).
Sebenarnya saya bisa saja mencuci di rumah, toh air bersih tetap mengalir. Tetapi saya putuskan untuk pergi ke laundry dengan mesin pengering supaya pekerjaanya bisa lebih cepat selesai. Menghemat tenaga untuk menjemur dan menunggu kering. Cuaca masih belum bisa diprediksi walaupun hari ini cerah.
Membereskan barang bisa ditunda
Selesai mencuci, sudah waktunya jam makan malam. Untungnya anak-anak cukup kooperatif dan bersedia menunggu kami yang agak telat karena jalanan macet.
Masih banyak barang seperti buku-buku yang sebelumnya saya tumpuk begitu saja untuk menghindari kerendam banjir kalau air sampai masuk ke rumah. Tetapi sepertinya untuk hal-hal tersebut bisa ditunda untuk hari ini.
Rencananya saya akan langsung memisahkan bagian buku dan mainan yang ditumpuk tersebut untuk dicarikan pemilik barunya.
Home sweet home
Walau sekarang seluruh badan terasa semakin pegal karena bebersih pasca banjir, rasanya senang karena semua sudah terasa normal. Bersyukur dan berterimakasih untuk banyak orang baik yang dikirimkan Tuhan untuk mendoakan dan membantu kami di saat kami membutuhkan.
Semoga saja banjir ini tidak perlu jadi kegiatan rutin di Chiang Mai. Tetap berdoa untuk warga Chiang Mai yang juga menjadi korban banjir, semoga bisa tetap sabar dan diberi kekuatan untuk bebersih rumah.