Ini kisah ketika kami pulang ke Chiang Mai dan menemukan kucing dalam mesin mobil sehingga harus memanggil งานป้องกันและบรรเทาสาธารณภัย (Disaster Prevention and Mitigation Work, di Indonesia ini semacam damkar) dan dikawal ke bengkel untuk mengeluarkan kucingnya dari bawah mobil.

Contents
Sebelum Liburan
Satu-satunya masalah mobil kami (dan dialami beberapa pengguna MG4 lain secara random) adalah: kadang accu/aki mobil (batere 12V, bukan batere high voltage) akan habis jika tidak dipakai/dinyalakan tiap beberapa hari. Teorinya seharusnya mobil akan otomatis melakukan charging batere tiap beberapa hari, kenyataannya tidak begitu.

Sebelum berangkat liburan (yang recapnya sudah saya tulis), saya memutuskan memasang sensor batere yang terhubung ke bluetooth. Supaya bisa diakses via internet, saya mengubah program di https://github.com/Goodwillson/Batmon agar mengirimkan datanya ke telegram tiap jam.
Sebelum liburan Songkran, ART kami sempat memanaskan mobil, jadi aman. Tapi di liburan Songkran yang panjang, tidak dipanaskan dan baterenya ngedrop. Kami sudah tahu harus menjumpstart mobilnya ketika sampai.
Cerita panjang di atas sekedar untuk menceritakan bahwa selama kami berangkat sampai pulang, mobilnya tidak bergerak di garasi, dan kenapa tidak langsung dipakai ketika pulang.
Jumpstart Mobil
Sekarang saya punya jumpstarter dalam bentuk seperti powerbank, jadi tidak perlu menunggu orang lain membawa mobil atau batere lain untuk jumpstart. Jumpstart berhasil dan mobil dibiarkan agar mencharge batere sampai penuh.

Suara dari dalam mobil
ART kami memperhatikan bahwa ada suara kucing sangat pelan dari dalam mobil. Tadinya kami pikir itu mungkin salah dengar, sudah dicari-cari tapi tetap tidak ketemu. Sampai akhirnya saya melihat gerakan di dalam mesin mobilnya.
Kami tidak tahu harus melakukan apa: kucing ini semuanya masih sangat kecil, dan ibunya juga tidak muncul.
Memanggil Petugas
ART kami membantu memanggil petugas yang biasa menangani berbagai kasus darurat, termasuk juga kasus ular yang kadang masuk rumah penduduk. Tidak lama, tiga orang petugas datang, dan setelah mencari cara, tidak ketemu bagaimana mengeluarkan kucingnya dari dalam mobil.

Setelah dipikir-pikir: mobil harus diangkat, dan dibuka bagian bawahnya untuk diambil kucingnya. Berarti kami harus ke bengkel. Sebenarnya kami berusaha menghubungi MG, tapi lama gak berhasil, harapannya sih siapa tau ada cara yang mereka ketahui untuk mengakses bagian itu.
Pelan-pelan kami dikawal dengan sirine menuju bengkel.

Di bengkel
Setelah semua berkerumun berusaha melihat kucingnya, akhirnya 3 orang mengerjakan mobilnya.

Setelah beberapa menit seluruh kucing berhasil dikeluarkan.

Petugas menginstruksikan sebaiknya kotaknya dibawa ke rumah, supaya nanti ditemukan ibunya. Tapi kami sudah menduga ibu kucingnya adalah kucing liar yang beberapa bulan lalu melahirkan di rumah yang posisinya depan rumah kami. Waktu itu anaknya 4 tapi semuanya akhirnya mati karena sering melintas jalan dan tertabrak mobil.
Salah satu karyawan bengkel ingin memiliki anak-anak kucingnya, dan katanya tahu cara merawat kucing kecil-kecil ini dengan baik, jadi ya sudah kami berikan kepada karyawan tersebut. Kalau dibawa pulang pun, kemungkinan kejadian yang sama akan terjadi pada anak-anak kucing yang baru ini.
Ibu kucing
Setelah kembali dari bengkel, beberapa jam kemudian kami mengkonfirmasi siapa ibu kucingnya. Ternyata ini memang benar kucing yang dulu. Kucingnya cuma datang sekali, setelah itu nggak kembali lagi.

Lotere
Banyak petugas jadi ingin memasang nomor mobil kami untuk dipasang dilotere (nanti 2 Mei baru akan diumumkan), termasuk juga ada yang nanya nomor rumah kami. Ternyata semuanya sama: 2 digit belakang mobil adalah 33, rumah kami nomor 33, 3 petugas datang, lalu 3 pegawai bengkel mengerjakan ini dan mendapatkan 3 anak kucing.
Kami sendiri tidak memasang lotere, dan memang belum pernah selama di Thailand ini. Sebagai catatan, di sini saya perhatikan banyak orang yang lumpuh (memakai kursi roda) yang berjualan lotere di depan berbagai fasilitas umum atau ibu-ibu tua yang menjajakan di berbagai tempat. Jadi kadang ada juga orang yang membeli lotere karena ingin membantu orang-orang ini.
Penutup
Perasaan kami campur aduk menangani kucing-kucing ini: kesal (karena masih capek pulang dari Indonesia), merasa kagum (kok bisa kucingnya masuk mobil, dan sulit sekali diakses manusia), terhibur (lucu melihat reaksi orang-orang yang ingin melihat dan bahkan memasang lotere), kasihan (pada ibu kucing yang kehilangan anaknya), dan juga bersyukur (karena batere mobil mati, menyebabkan kami tidak langsung pergi, dan menemukan kucingnya).