Rekap perjalanan ke Indonesia bulan April 2025 kemarin sudah dituliskan oleh Joe, saya akan menuliskan catatan tambahan untuk jadi pelajaran dari hal-hal yang hampir bikin liburan kami kemarin batal. Setidaknya supaya persiapan untuk liburan berikutnya bisa lebih baik lagi dan mudah-mudahan ga banyak dramanya.
Misi perjalanan kami kali ini ada 2: membawa anak-anak mengunjungi kota-kota yang pernah direncanakan dikunjungi dari dulu (untuk mencari kota tinggal kalau kami kembali ke Indonesia), dan mengunjungi orang tua Joe yang baru masuk rumah sakit di bulan Februari.
Setiap bulan April ada libur Tahun Baru Songkran di Thailand, selain itu juga kebetulan sekolah anak-anak ada libur pertengahan semester. Kesempatan untuk berlibur bisa cukup lama. Setelah melihat-lihat harga tiket, kami memutuskan untuk memilih tujuan pertama adalah Bali, untuk kemudian kembali dari Jakarta.
Mungkin karena masih baru saja libur lebaran dan juga ada hari libur Nyepi, harga tiket dari Chiang Mai ke Bali lebih murah daripada harga tiket pesawat Chiang Mai ke Jakarta. Kami juga baru tahu ada pesawat dari Chiang Mai ke Bali (transit di Don Mueang) yang jam terbangnya cukup bagus dan koneksinya diatur oleh penerbangan.
Chiang Mai – Denpasar dengan Thai Lion Air
Sebenarnya ada beberapa penerbangan yang memberikan pilihan terkoneksi langsung dari Chiang Mai ke Bali, ada yang lewat Singapur dan Kuala Lumpur selain transit Bangkok. Tetapi umumnya pilihan yang lain itu membutuhkan untuk menginap 1 malam di tempat transit dan atau berangkat terlalu pagi dan tiba di Bali terlalu larut malam.
Satu-satunya pilihan yang ideal pada saat itu Thai Lion Air yang berangkat sekitar pukul 8 pagi dari Chiang Mai ke Bangkok, lanjut jam 11 terbang menuju Bali dan tiba di Bali sekitar pukul 5 sore waktu setempat.
Selain jam terbang, faktor lain yang juga membuat penerbangan ini menjadi pilihan kami adalah karena harganya masih cukup terjangkau walau bukan yang paling murah. Sempat juga sih sedikit tergoda melihat harga penerbangan maskapai lain yang lebih murah sedikit, tetapi harus menginap di kota transit 1 malam. Kami perhitungkan, dengan biaya transit (kalau menginap di hotel transit), totalnya masih lebih mahal jadinya dibandingkan memilih Thai Lion Air. Kecuali mau tidur di airport (yang mana rasanya tidak akan bisa tidur nyenyak).
Drama Penerbangan
Saat liburan di bulan April 2024 kami mengalami drama penerbangan yang sudah lunas terbayar dan bahkan keluar itinerarynya tiba-tiba hilang nomor bookingnya ketika mau check in. Sejak saat itu, setiap kali mau jalan-jalan rasanya agak enggan untuk memesan jauh-jauh hari karena takut kejadian serupa berulang lagi.
Bulan April 2025 ini, kami memilih menghindari tanggal yang bertepatan dengan hari besar, tapi ya pastinya masih tetap akan berdekatan dengan hari libur Songkran. Kami juga sempat menunda-nunda membeli tiket pesawat sampai kami yakin kapan akan berangkatnya.
Tadinya kami pikir semua aman-aman saja, makanya sudah memesan penginapan di 2 kota tujuan pertama. Eh ternyata drama penerbangan terulang kembali. Tapi dramanya kali ini untungnya nggak sampai hilang nomor booking dan mengharuskan memesan tiket sehari sebelum jadwal berangkat semua.
Sekitar 2 hari sebelum jadwal keberangkatan, kami mendapat sms dan e-mail yang memberitahukan kalau penerbangan dari Chiang mai ke Bangkok diubah jadwalnya dari penerbangan pagi ke sore hari. Anehnya, mereka tidak memberi kabar tentang penerbangan lanjutannya. Padahal jelas-jelas kami memilih yang penerbangan dengan koneksi terjamin sampai Bali.
Karena e-mailnya baru dapat menjelang malam, saya pikir pertama coba telepon call center dulu. Saya lihat call centernya buka pagi. Maka keesokan paginya saya coba telepon dan sudah pasti disuruh menunggu sambil diberikan jinglenya. Ternyata walau sudah menunggu sampai 1 jam lebih, tetap saja tidak ada operator yang berbicara. Akhirnya saya menyerah dan memutuskan untuk datang ke airport saja.
Saya cukup bersyukur lokasi rumah kami tidak terlalu jauh dari bandara. Kami bisa pergi ke sana dan langsung ke counter Thai Lion Airnya. Petugasnya langsung cepat menanggapi dan mengerti masalahnya dan meminta fotokopi dari dokumen paspor kami untuk dipesankan penerbangan lain (Nok Air) dari Chiang Mai ke Bangkok.
Masalah dengan penerbangan yang berbeda ini tentunya membuat kami harus mengurus bagasi sendiri di Bangkok. Tetapi karena waktu penerbangan tidak berubah banyak dari jadwal semula, kami masih punya cukup waktu untuk mengeluarkan bagasi di Bangkok, dan check in lagi untuk ke Denpasar. Karena penerbangannya bukan yang tersambung langsung, otomatis kami melakukan imigrasi di Bangkok dan bukan di Chiang Mai.
Setidaknya drama penerbangan kali ini tidak fatal. Walau sebelumnya sudah sempat memikirkan berbagai alternatif dan merasa heran kenapa setiap mau liburan di bulan April ada drama begini. Setidaknya Thai Lion Air masih lebih baik dalam memberi solusi tanpa membuat kami harus mengeluarkan biaya ekstra (walau call centernya jelek karena tidak mengangkat telepon sama sekali).
Hampir tertipu memesan penginapan
Kami memesan penginapan setelah membeli tiket ke Indonesia. Awalnya sempat maju mundur berganti rencana beberapa kali, apakah terbangnya ke Jakarta atau ke Bali langsung. Kami juga sambil memeriksa harga penginapan di Bali, karena tanggal keberangkatan setelah libur Nyepi.
Setelah akhirnya tiket dibeli langsung ke Bali, barulah saya memantapkan memesan penginapan di Bali. Kali ini karena kami juga langsung berencana ke beberapa kota, saya pikir ada baiknya langsung memesan juga untuk kota Batu Malang, tujuan berikutnya. Niatnya supaya lebih tenang nggak usah milih-milih tempat menginap berikutnya.
Rencana semula kami ingin agak lama di Bali sampai dengan 5 hari, makanya terpikir untuk mencari penginapan yang berupa villa dan bukan hotel. Pencarian penginapan sudah dimulai bahkan sebelum membeli tiket pesawat. Saya mencari dari beberapa aplikasi selain bertanya ke teman yang sudah tinggal di Bali.
Kami nyaris tergiur tawaran penginapan di Villa yang murah yang teman saya dapatkan kontaknya dari grup Facebook di Bali (dibandingkan di Agoda ataupun AirBnB). Tapi karena waktu itu sudah malam, teman saya yang membantu kontak penginapan juga bilang jangan buru-buru transfernya. Kebetulan juga saya lagi malas melihat angka yang kecil-kecil, jadi saya setuju untuk tidak langsung mentransfer hari itu juga. Pihak yang menawarkan sudah mulai mendesak, tapi ya saya pikir kalau emang rejeki pasti dapat.
Saya sempat membanding-bandingkan harga villa di Agoda yang fotonya sama persi dengan yang dikirimkan teman saya. Wow, saya lupa persisnya beda angkanya berapa, tapi memang penawaran dari FB tersebut murah sekali dibandingkan harga Agoda.
Saat saya masih terheran-heran kenapa harganya bisa murah, teman saya memberi tahu saya kalau untung saya belum transfer. Dia ternyata juga merasa perlu mencari tahu apakah orang yang menawarkan ini bukan penipu dengan mencari nomor rekening dan nama yang diberikan di Facebook.
Ternyata, sudah ada beberapa orang yang menjadi korban dengan cara yang sama. Menawarkan yang awalnya sabar, lalu mulai mendesak dan minta deposit sekian persen dari harga properti. Ada yang bahkan diminta melunasi dan tetap saja setelah dilunasi menghilang dan tidak bisa dikontak lagi.
Ada-ada saja memang ya cara penipu bekerja merusak liburan orang. Untung saja teman saya terpikir mencari nomor rekening yang diberikan di FB. Kalau tidak, sepertinya kami juga bakal jadi korban penipuan tersebut.
Pelajaran mempersiapkan liburan bertambah (lagi)
Pelajaran persiapan liburan bertambah lagi, kalau mencari penginapan lebih baik hotel yang sudah jelas, atau melalui aplikasi yang sudah jelas juga dan mengontak properti sebelum hari keberangkatan untuk memastikan pesanan kita sudah diterima.
Untuk penerbangan juga perlu melakukan check-in seawal mungkin, dan kalau ada masalah perubahan jadwal, lebih baik langsung hubungi kantor offline terdekatnya untuk meminta solusi.
Saya perhatikan beberapa hotel di Indonesia tidak responsif dalam membalas pesan melalui aplikasi. Tapi ya setidaknya kalau memang hotel yang masih aktif direview yang datang dan bukan penginapan apartemen atau airbnb, masih lebih terjamin dan bukan tiba-tiba sampai di alamat yang sudah ga jelas lagi.
Saya juga jadi agak lebih rajin memberi review penginapan selama kami liburan. Setidaknya buat jadi tanda untuk orang berikutnya yang ingin memesan dapat gambaran kalau penginapan tersebut memang masih aktif menerima tamu.
Cerita jalan-jalannya masih belum ditulis juga nih. Mudah-mudahan besok-besok cukup rajin menuliskannya.