Pilih-pilih Mie Instan

Hari ini sewaktu belanja mencari keperluan anak-anak, mata ini tertuju ke deretan mie instan yang terpajang di rak. Terlepas dari berbagai berita mengenai mie instan yang kabarnya begini dan begitu, kami masih tetap mengkonsumsi mie instan sesekali. Prinsipnya, apapun yang kebanyakan memang tidak baik, tapi kalau masih sesekali ya masih oke-oke aja.

Sejak beberapa tahun lalu, kami menemukan Indomie goreng tersedia di Thailand, tentunya dengan harga lebih mahal daripada di Indonesia. Tapi ternyata kalau dibandingkan dengan harga ramen dari Korea, harga Indomie goreng masih lebih murah.

Ini postingan sekedar iseng, saya lagi iseng aja pengen banding-bandingin mie instan yang bisa dibeli di Chiang Mai. Saya ga akan membahas semua jenis mie instan, tapi ya saya tulis yang tadi saya beli saja hehehe. Saya akan bahas perbandingan Indomie goreng dari Indonesia, Ramen Jajangmyon Samyang dan Ramen Cheese Ottogi dari Korea dan Mama mie muusap dari Thailand. Dari keterangan yang ada di kemasan, 2 mie pertama ada label halalnya, sedangkan 2 yang berikutya tidak ada. Oh ya, jajang ramen ini juga jenisnya stir fry noodle tapi di rebus bukan di goreng hehehe.

Andaikan Indomie kari ayam ada di jual di Thailand, saya udah pasti gak pake iseng-iseng nyobain berbagai mie instan ini karena udah jelas juaranya Indomie kari ayam, tapi karena adanya cuma Indomie goreng, itupun jadilah buat lepas kangen sesekali hehehe. Di sini kayaknya lebih banyak mie ramen dari korea daripada mie instan dari Indonesia. Mungkin lebih banyak orang Korea merantau ke Thailand ya daripada orang Indonesia. Padahal ramen koreanya lebih mahal.

Ramen Korea aneka rasa dan merk, baru nyoba 2 jenis dari sebanyak ini

Nah, sebelum masuk ke perbandingan 4 mie instan, saya juga menemukan ada Indomie goreng dalam cup di sini. Harganya tentunya lebih mahal daripada Indomie goreng dalam bungkusan. Ih coba ya pop mie gitu masuk sini, jangan cuma Indomie gorengnya aja. Ngomong-ngomong, apakah di Indonesia juga sekarang ada Indomie goreng dalam cup?

Indomie goreng dalam Cup, harga satuan 29 baht

Nah sekarang kembali ke topik utama. Pembahasan pertama tentunya yang paling disukai dan termasuk anak-anak mau makanya: Indomie Goreng. Harga satuannya antara 15 baht sampai 17 baht. Tersedia di Tesco Lotus, Tops dan 7 eleven. Gak ingat apakah ada di Big C. Beberapa waktu lalu di 7 Eleven pernah ada promosi harganya turun jadi 10 baht saja (saya langsung borong belinya hahaha). Oh ya, karena saya lagi malas berhitung, saya kasih tahu saja hari ini 1 baht itu 444 rupiah, jadi hitung sendiri ya berapa rupiahnya hehehe (waktu kami baru datang 1 baht itu 275 rupiah).

Nah sekarang lihat harga Cheese Ramen, 1 nya 46 baht, bisa dapat berapa indomie goreng tuh! Secara kemasan memang cheese ramen ini lebih berat (111 gram) dibandingkan Indomie goreng yang cuma 85 gram. Secara tekstur, ramen korea ini mie nya agak mirip dengan tekstur indomie rebus. Jadi not bad lah ya, cuma ya tetep aja mahal hehehe. Untuk Ramen jajang tidak ada dijual kemasan satuan, mereka menjual 1 pack isi 5 seharga 98 baht, jadi kira-kira 1 bungkusnya 20 baht. Mama mie muusap yang produksi thailand saya beli pack isi 10 seharga 53 baht, jadi harga perbungkusnya sekitar 6 baht.

Dari informasi mengenai nutrisinya, Indomie goreng ini 85 gram per bungkus dan memberikan 420 kilokalori. Sedangkan cheese ramen 111 gram memberikan 470 kilokalori. Jajang ramen 80 gram memberikan 320 kilo kalori. Mama mie muusap yang paling ringan nih, 60 gram menghasilkan 250 kilo kalori. Jadi memang yang paling murah itu paling ringan dan paling sedikit memberi tenaga. Tapi kalau dimakannya pakai telur, udah cukuplah ya mama mie juga hehehe.

Nah berikutnya masalah rasa. Pertama kali saya mencoba cheese ramen itu karena saya pikir Joshua akan suka. Ternyata, entah kenapa dia gak suka sama sekali. Padahal Joshua itu masih mau makan Indomie kari ayam, mama mie dan Indomie goreng. Jonathan sih suka aja, tapi kata dia rasanya agak terlalu pedas (padahal perasaan gak dicampurin cabenya). Untuk jajang ramen, karena baru nemu hari ini saya belum suruh anak-anak coba, tapi tadi saya penasaran dan masak deh 1 bungkus. Isinya cuma mie dan seperti kecap. Rasanya terlalu manis, tapi tekstur mie nya mirip dengan tekstur Indomie. Tekstur mama mie itu agak berbeda dengan tekstur indomie, menurut saya agak terlalu tipis dan kurang sip (gak tau gimana mendeskripsikannya). Tekstur cheese ramen sebenarnya mirip dengan tekstur Indomie rebus, tapi mungkin Joshua ga suka karena masalah rasa.

Di bungkusan jajang ramen tidak ada petunjuk cara memasaknya, tapi saya asumsi aja masaknya direbus kayak nyiapin mie goreng, lalu airnya ditiriskan dan dicampur deh dengan sausnya. Sekilas nih kalau dilihat walau beda cuma 5 gram dibandingkan indomie goreng, tapi perasaan dikit banget deh. Oh ya, tadi saya iseng aja karena ada wortel di rumah, saya rebus mienya campur wortel dikit.

Rasa jajang ramen ini menurut saya terlalu manis. Mungkin lain kali bisa dikurangi campuran sausnya biar ga terlalu manis. Besok-besok bisa dicoba ke Joshua siapa tau dia mau makan juga. Pernah sekali pesan jajangmyeon di restoran korea, Joshua ga mau nyoba sama sekali, mungkin juga tampilannya gak menarik jadi dia ogah duluan hehehehe.

Nah demikian pembahasan mie instan hari ini. Yang pasti Indomie tetap juaranya, harganya juga pertengahan lah hehehe. Kalau beli dari Indonesia sih harga Indomie rasaya jadi murah daripada beli di sini hehehehe. Tapi jangan sering-sering makan mie instan, ini sih buat makanan sesekali kalau lagi kehabisan ide mau masak apa bolehlah hehehehe.

Pemilu 2019: Bahagia itu Sederhana

Hari ini, 17 April 2019. Pesta Demokrasi terbesar sedang berlangsung di Indonesia. Melihat timeline hari ini hati rasanya bahagia. Belum jam 11 siang, udah hampir semua yang saya kenal menunjukkan jari ungu nya di timeline. Sejauh ini semua acara pencoblosan berlangsung tenang dan damai.

Beberapa posting menyatakan kalau melihat orang-orang ke TPS pakai baju bagus. Ada yang bilang ini pemilu rasa Lebaran. Tapi memang sayapun harus mengakui, timeline saya di medsos hari ini sungguh lebih ramai daripada Natal dan Tahun Baru digabung dengan Hari Raya.

Karena masih penasaran apakah cuma di timeline saya saja yang adem ayem, sayapun mencari berita di kompas dan detik. Hasilnya, semua berlangsung baik dan semoga tetap baik sampai nanti hasil penghitungan suara keluar.

Kalau timeline adem begini, perasaan jadi ikutan senang dan harapan untuk Indonesia yang lebih baik semakin besar. Masyarakat semakin pintar dalam berdemokrasi. Semoga yaaa sampai hari ini berakhir semua berita positif saja yang ada.

Ayo Indonesia, tunjukkan kamu bisa memilih dengan damai. Jangan karena sedikit berita pengalaman-pengalaman pemilu di beberapa tempat di luar negeri, lalu jadi ribut-ribut melulu. Pengalaman kami di Thailand sih sangat baik, mulai dari sosialisasi sampai surat suara kembali ke PPLN Bangkok semua berjalan baik.

Hari ini merupakan hari bahagia buat kita semua, karena Indonesia memilih wakilnya untuk 5 tahun ke depan. Siapapun yang terpilih, kita dukung dan semoga bikin bangsa kita lebih jaya lagi.

Hari ini setelah sekian lama, rasa optimisme muncul lagi. Terimakasih untuk semua panitia pemilu, terimakasih untuk badan pengawas pemilu, terimakasih untuk teman-teman volunteer yang menjaga di TPS, terimakasih untuk rakyat Indonesia yang memilih dengan damai. Sekarang saatnya berdoa, siapapun yang terpilih nantinya akan mewakili suara kita untuk membawa Indonesia semakin maju.

Sukseskan Pemilu 2019

Besok 17 April 2019, akan diadakan pemilu serentak di seluruh Indonesia. Buat teman-teman yang sudah terdaftar dan punya hak pilih, jangan sampai tidak menggunakan hak pilihnya. Jadilah bagian dari sejarah bangsa. Mungkin ada yang merasa, ah 1 suara hilang gak ada artinyalah, siapapun presidennya gak ngefek kok buat saya. Wah, ini sih pola pikir yang salah. Siapapun presiden terpilih tentunya kita akan dukung, tapi masa gak merasa bangga kalau bisa bilang saya jadi bagian dari pesta demokrasi Indonesia. Soal siapa yang terpilih itu apakah pilihan kita atau bukan, itu persoalan belakangan. Kalau kita gak milih, itu namanya kita ga perduli dengan nasib bangsa sendiri.

Saya gak suka ribut-ribut politik, saya termasuk yang pegel liat orang-orang debat kusir di sosmed ataupun saling berkata kasar karena perbedaan pendapat dalam pilihannya. Siapapun pilihan Anda, jangan sampai besok gak berangkat untuk menggunakan suara Anda. Gunakan hak suara Anda dan pastikan suara kamu sah!

Ada banyak alasan kenapa kita harus ikut memilih:

  1. Menggunakan hak pilih sebagai warga negara. Sebagai WNI, ya kita perlu memilih siapa yang akan menjadi wakil kita menjalankan roda pemerintahan di Indonesia. Dalam pemilu kita bukan cuma memilih presiden dan wakilnya, tapi kita juga memilih anggota legislatif yang menentukan arah kebijakan dan ngecek kerjaan Presiden. Dulu pernah belajar, kalau legislatif dan eksekutif itu sifatnya ya saling mengecek satu sama lain. Jadi bukan cuma presiden dan wakil yang penting, memilih anggota legislatif yang jelas program kerjanya juga penting (bukan cuma buat tidur di rapat yang ada).
  2. Pemilu besok di Indonesia merupakan pemilu terbesar di dunia yang diadakan dalam 1 hari. Kita memilih presiden dan wakilnya dan anggota legislatif di hari yang sama untuk pertama kalinya. Jadi, kita bisa jadi bagian dari sejarah dunia, bukan bagian dari sejarah Indonesia saja.
  3. Dengan memilih eksekutif dan legislatif, walau 1 suara tapi sudah berarti untuk masa depan bangsa.
  4. Dulu pahlawan kita berjuang untuk membebaskan negeri dari penjajah, nah sekarang kita ga harus angkat senjata bambu runcing atau bedil di medan perang, tapi tinggal coblos surat suara untuk memperjuangkan masa depan bangsa ke arah yang lebih baik.
  5. Abis nyoblos di Indonesia bisa santai-santai sama keluarga, dan rasanya ada banyak penawaran diskon yang menarik dengan menunjukkan jari ungu hasil nyoblos.

Beberapa tips untuk berpartisipasi di hari pemilu:

  • Datang pagi ke TPS, semakin cepat selesai tugas memilih, semakin cepat bisa santai dengan keluarga
  • Pahami cara memilih yang benar, jangan sampai surat suara tidak sah, kalau rajin bisa cari tau cara memilih yang benar banyak beredar di sosmed, kalau nggak ya besok dengerin deh penjelasan panitia dengan seksama
  • Awasi pemilu dan laporkan kalau ada kecurangan, kalau punya waktu lebih hadiri perhitungan suara di TPS anda memilih
  • Jangan kampanye di hari pemilu, ingat asas LUBER dalam pemilu jadi jangan juga paksa orang lain supaya pilihannya sama dengan pilihan Anda
  • Hargai kerja keras panitia, mereka jadi panitia karena mereka mau kerja ekstra untuk menyukseskan pemilu, nah kita tinggal datang milih tujuannya juga sama. Jadi jangan ada perasaan menuduh ah panitia pengen menyukseskan orang tertentu.

Harapan saya, apapun pilihan Anda, dan siapapun yang akan menjadi Presiden RI terpilih untuk 5 tahun mendatang, semua program kerjanya berjalan dan membawa kemajuan untuk bangsa Indonesia. Rakyatnya juga bisa aman tentram gak debat kusir lagi di medsos hehehe.

Selamat memilih Indonesia!

Sedia Back-up Sebelum Hilang

Kemarin, waktu lagi asik ngobrol dengan teman di WhatsApp, tiba-tiba messagenya gak kunjung terkirim. Saya pikir koneksi internet di rumah lagi terputus. Buka-buka Facebook, isinya kok ga berubah ya. Coba buka instagram malah ga bisa sama sekali dengan pesan yang mengatakan tidak ada koneksi internet. Sempat agak heran, karena jelas-jelas saya sedang streaming film dan artinya koneksi internet baik-baik saja. Setelah saya nanya Joe, baru deh ketauan kalau bukan internet rumahnya yang bermasalah, tapi layanan Facebook, WhatsApp dan Instagram yang notabene dimiliki oleh 1 perusahaan yang sama yang sedang down.

Setelah Joe kasih tau kalau layanannya yang down, saya jadi googling, dan ternyata tepat sebulan sebelumnya Facebook juga mengalami masalah yang sama dengan alasan ada perubahan konfigurasi server yang mengakibatkan beberapa hal jadi tidak bisa diakses sama sekali.

berita facebook down

Saya tau kebanyakan orang mungkin tidak bermasalah dengan layanan down ini, tapi untuk orang yang memasang iklan di FB atau mungkin mengandalkan WhatsApp untuk berkomunikasi masalah pekerjaan, pastinya berasa kerugian walau itu cuma 2.5 jam.

Layanan online itu ya begitu resikonya. Makanya saya memilih untuk tidak hanya pakai WA tapi juga Telegram dan Line di handphone saya. Ya mungkin akan ada alasan: tapi hp saya dah penuh memorynya, atau tapi hp saya sudah lambat banget. Kalau begitu, ya pakai sms aja deh hehehe.

Buat perusahaan sebesar FB, layanan down ini bisa saja terjadi. Beberapa waktu lalu di bulan Maret, MySpace tanpa sengaja menghilangkan semua musik yang diupload user-nya sebelum 2015 waktu sedang memindahkan server. Kebayang ya kalau misal kita menyimpan musik karya kita di sana untuk back-up tapi malahan hilang. Nangis berhari-hari juga ya tetep aja ga kembali datanya.

Saya jadi ingat, pada suatu masa account e-mail saya juga pernah dihapus admin karena salah informasi, yang tentunya menghapus seluruh inbox saya. Namanya sudah dihapus, ya ga bisa dikembalikan lagi, jadilah saya hanya bisa merelakan saja. Untungnya waktu itu tidak ada data yang terlalu penting yang saya butuhkan dan saya masih punya salinan berkas yang saya anggap penting.

Hidup di era digital ini memang memanjakan kita dengan berbagai kemudahan, memory handphone penuh kita back-up foto ke layanan online seperti google photos. Menyimpan tulisan juga bisa di google drive. Banyak juga yang menyimpan kenangan foto di Facebook ataupun instagram. Lalu kalau tiba-tiba account dihapus, hilanglah semuanya dalam waktu sekejap mata.

Pelajaran dari memakai layanan online ya untuk data yang kita anggap penting, kita harus tetap punya salinannya secara offline. Kalau dulu waktu masih kuliah saya ingat diajarkanya misalnya kita bisa mempunyai salinannya di usb terpisah atau compact disk. Tapi semuanya itu juga bisa hilang kalau gak hati-hati menyimpannya. Akhirnya ya tetap harus punya beberapa salinan untuk data super penting.

Data digital ini sangat mudah diduplikasi, sangat mudah dimodifikasi dan sangat mudah juga dihapus. Dan semua itu bisa terjadi bukan karena sistem yang salah, tapi kadang-kadang faktor kelalaian manusianya juga. Terus gimana dong? ya jangan mengandalkan 1 layanan saja.

Salah satu alasan kenapa saya akhirnya lebih suka bercerita di blog daripada di media sosial FB walaupun gak banyak yang komen adalah, karena blog ini dikelola sendiri (alias Joe yang urusin). Inipun pernah beberapa kali bermasalah kalau server tempat kami hosting error. Tapi dari pengalaman, kami selalu membackup blog ini di server terpisah dari tempat hosting, jadi kalau hostingnya misalnya tiba-tiba menghapus semua data di server, data kami tetap ada salinannya.

Hidup di era digital akan lebih nyaman kalau kita tidak hanya mengandalkan layanan tertentu saja. Selalu punya cadangan/salinan untuk semua yang kita anggap penting.

Catatan dari Nonton Phantom: Waspada di Dunia Digital

Ceritanya masih nyambung dengan postingan Joe. Karena liburan panjang kali ini kualitas udara masih kurang baik dan panasnya juga minta ampun, kami memutuskan untuk menonton ulang kdrama Phantom tahun 2012 yang kami pernah nonton bareng di tahun 2013. Entah kenapa, walau namanya nonton ulang, misterinya masih terasa baru karena saya udah lupa semua siapa penjahatnya dan bagaimana mereka mengungkapkannya.

Waktu pertama kali nonton kdrama ini, saya belum jadi penggemar kdrama seperti sekarang, malahan dulu Joe yang ajakin nonton serial ini hehehe. Mana saya tahu dulu siapa itu So Ji Sub ataupun Lee Yeon He. Kdrama ini memang berbeda genrenya dengan kdrama yang biasanya saya tonton, tapi lebih mirip dengan serial dari Amerika. Ceritanya berkisah seputar upaya tim investigasi cyber untuk mengungkapkan kasus-kasus pembunuhan yang terjadi di dunia nyata makanya Joe mau nonton hehehe. Jadi kayak serial CSI Cyber.

Lanjutkan membaca “Catatan dari Nonton Phantom: Waspada di Dunia Digital”

Rumput Tetangga

Catatan: dulu udah pernah nulis dengan topik rumput tetangga sebelum ngontrak di rumah dengan halaman berumput. Tadi kepikiran topik ini lagi ya ditulis lagi saja hehehe.

Tulisan hari ini sebenarnya tulisan agak random. Udara di Chiang Mai sedang panas banget (rata-rata 39 – 41 derajat celcius), rumput di halaman pada kering. Anehnya rumput liar tumbuh dengan subur walau rumput bagusnya kering.

bukan rumput tetangga

Saya bukan orang yang suka berkebun. Siram tanaman atau rumput hanya dilakukan seingatnya. Berbeda dengan tetangga sebelah rumah yang setiap hari saya lihat 2 hari sekali menyiram tanamanya. Halaman rumahnya juga selalu di sapu dari daun-daun kering yang berjatuhan, dan rumput liarnya dicabut secara teratur.

Pernah suatu kali saya berkata ke Joe gini: “pantas saja rumput tetangga lebih hijau ya daripada rumput di halaman kita,” Joe heran tumben-tumbenan istrinya ngurusin rumput, dia lebih males lagi soalnya urusan berkebun hahaha.

Ada banyak alasan rumput tetangga lebih hijau, saya bisa tuliskan beberapa diantaranya:

  • mereka lebih merawat rumputnya dan menyediakan waktu, tenaga dan tentunya bayar air lebih untuk menyiramin tanamanya
  • mereka rajin membuang rumput liar yang menghambat perkembangan rumput bagus dan tanamana lain yang mereka tanam
  • mereka memang suka mengurus kebunnya
  • mereka punya waktu untuk ngurus kebun karena mereka sudah pensiun dan tidak ngurus anak kecil lagi (ah ini mah alesan saya saja)

Ngomongin halaman rumah, di Thailand sini ada banyak orang yang malas ngurusin rumput dan memilih seluruh halamannya ditutup semen supaya gak harus ngurusin rumput. Tetangga yang rajin ngurusin rumputnya ini persis di sebelah kanan rumah, nah tetangga seberangnya itu, halamannya disemen untuk tempat parkir mobil. Rumah kontrakan kami ada rumputnya tapi ya banyak rumput liarnya juga. Rumah seberang rumah kami, halamannya gak kelihatan karena temboknya tinggi, tapi di depan rumahnya dia menanam beberapa bunga mawar yang dia siram setiap hari.

Aduh ini ngomongin apaan sih, ngomongin halaman tetanggga doang jadi posting blog. Hehhehe, ini ceritanya lagi kepikiran aja, banyak orang suka menganggap si anu lebih enak hidupnya, atau si itu lebih begini dan begitu. Kebanyakan orang tidak menyadari kalau setiap orang itu punya situasi dan kondisi yang berbeda dan punya keputusan yang berbeda dalam mengurusi halaman rumahnya. Jelas aja ada halaman yang hijau dan ada yang kering, masing-masing punya prioritas mau urus rumput, halaman atau yang lain-lain.

Nah tadinya tulisan ini mau saya kasih judul: rumput tetangga kami lebih hijau. Tapi, waktu saya lihat ke sebelah, loh kok rumputnya kering ya? malah lebih hijau rumput di halaman kami (walau banyak rumput liarnya juga). Dan disitulah saya menyadari, kalau rumput tetangga gak selalu lebih hijau, karena kemungkinan tetangga lagi liburan dan gak punya orang buat dititipin untuk menyiram rumputnya, dan udara panas Chiang Mai membuat rumputnya kering.

Kami belakangan ini terbilang cukup rajin menyiram halaman, terutama pohon mangga di pojokan rumah supaya buahnya nantinya bagus hasilnya. Saya mulai rajin menyirami halaman sejak melihat bunga di pohon mangga kami lebih sedikit dibandingkan bunga pohon mangga tetangga yang rajin menyiram halamannya. Karena kami suka mangga, ya saya pikir usaha dikit lah demi bisa makan mangga tanpa beli selama beberapa waktu ke depan hehehe.

Sekarang ini, rumput di halaman masih tidak merata dan banyak rumput liarnya. Sejak pindah ke rumah ini harusnya sih rumput liarnya itu dicabuti, tapi ya belum tergerak juga untuk melakukannya. Mudah-mudahanlah nanti niatnya datang supaya rumputnya bagus dan hijau selalu.

Jadi jangan lihat rumput tetangga saja, lihat halaman sendiri dan putuskan mau punya halaman seperti apa. Kalau udah memutuskan gak punya rumput, jangan heran kalau rumput tetangga lebih hijau.

Libur Songkran 2019

Liburan Songkran 2019 sudah dimulai. Banyak restoran, tempat belajar ekstra, tempat bermain ataupun kantor mulai tutup. Beberapa sekolah sudah meliburkan kegiatan musim panasnya dari kemarin setelah mereka bermain air bersama-sama di sekolah. Baju bunga-bunga model hawaiii dan pistol air sudah dikeluarkan dari tempat penyimpanan.

beberapa titik malah AQI di atas 200

Joe juga sudah mulai libur dari kemarin. Tapi kami masih belum bisa memutuskan untuk pergi keluar rumah, karena polusi udara tidak meliburkan dirinya dari Chiang Mai. Biasanya tahun-tahun sebelumnya, setiap sebelum menjelang Songkran (bahkan pada hari Songkrannya), akan ada hujan deras di pagi hari, dan itu cukup untuk membersihkan polusi udara. Biasanya, hari Songkran itu sudah merupakan hari bebas polusi, dan semua orang bisa menikmati berpanas-panasan dan bermain air tanpa khawatir jadi sakit karena polusi udara (tapi mungkin bisa sakit karena main siram air dingin di bawah terik matahari).

Berdasarkan website yang mencatat kualitas udara di sekitar Chiang Mai, pagi ini tingkat pm 2.5 masih rata-rata di atas 150 yang mana sudah mencapai titik tidak sehat untuk beraktifitas di luar ruangan yang tidak memiliki filter. Kalau saja kadarnya di bawah 100, mungkin kami akan nekat saja jalan-jalan keluar. Tapi kalau angkanya begini dan suhunya juga sudah mencapai 33 derajat celcius, kami memilih hari ini untuk di rumah saja lagi, menutup pintu dan jendela, memasang filter udara dan AC lalu santai-santai membaca buku, menonton tv atau sekedar bermalas-malasan.

prakiraan cuaca dalam 3 hari ke depan

Suhu udara yang super panas ini selalu terjadi setiap hari Songkran. Kadang-kadang bahkan bisa mencapai 44 derajat celcius. Kombinasi polusi udara, suhu panas dan Joe dapat libur panjang biasanya membuat kami memutuskan mudik hampir setiap liburan Songkran. Tapi liburan tahun ini kami memutuskan untuk tinggal di Chiang Mai karena toh Natal dan Tahun Baru kemarin kami baru saja pulang ke Indonesia.

Kalau melihat memory yang muncul di Facebook saya, kadang-kadang kami pulang ke Jakarta, kadang-kadang pulang ke Medan. Kalau diingat-ingat tapi pulang ke Medan atau ke Jakarta sebenernya akhirnya kepanasan juga. Tapi bedanya, di sana ketemu dengan anggota keluarga dan bebas polusi. Tapi kemarin saya dapat info kalau di Jakarta beberapa hari ini juga ada kabut polusi dari industri dan juga kendaraan bermotor yang ada.

Medan di bulan April yang saya ingat juga cukup panas, walau suhunya gak sepanas di Chiang Mai, bedanya di Medan itu panas dengan humidity yang tinggi. Jadi di Medan itu kepanasan dan keringatan, kalau di Chiang Mai kepanasan dan kulit kering menyengat.

Iseng-iseng, saya melihat prakiraan cuaca di Medan dan Depok untuk berandai-andai kalau pulang bagaimana. Hasilnya ya di sana juga panas, dan humidity tinggi dengan kemungkinan hujan. Kalau sudah melihat begini, berharap hujannya dikirim ke Chiang Mai sebagian, supaya udaranya bersih. Dari sejak Januari, rasanya hujan di sini baru ada 1 kali dan itupun tidak cukup untuk menghapus polusi udara yang tak kunjung berkurang sejak awal bulan Maret yang lalu.

Untuk masalah polusi di Chiang Mai ini, pemerintah setempat sudah melakukan berbagai usaha mulai dari melarang, mendenda pelaku bakar-bakaran lahan, mengusahakan membuat hujan buatan, menyemprotkan air ke udara untuk mengurangi partikel pm2.5, bahkan kemarin saya baca mereka memasang sebuah mesin filter udara yang bisa membersihkan udara dengan jangkauan yang cukup luas (walaupun tidak bisa membersihkan seluruh kota). Sejauh ini usahanya belum berhasil, dan sepertinya seluruh Chiang Mai berharap turunnya hujan menghapus polusi segera datang.

Gak asik kan kalau main siram-siraman sambil pake face mask. Kalau facemasknya basah, gak tahu juga bakal efektif atau nggak. Eh sebenarnya saya gak suka main air basah-basahan. Setiap Songkran saya cuma jadi penonton, tapi ya Jonathan dan Joe biasanya yang ikutan main air, atau minimal biar bisa jalan-jalan ke mall tanpa kuatir jadi sakit karena udaranya gak bagus.

Kalau kata Joe: tenang saja, liburan kan baru mulai, siapa tahu besok ada keajaiban. Memang sih, kadang-kadang tanpa diketahui kualitas udara di pagi hari sangat tinggi sekalipun, kalau angin berhembus yang banyak, kualitas udaranya bisa membaik dengan cepat. Jadi tetap berharap dan semoga tetap bisa menikmati liburan kali ini walau mungkin bakal banyakan di rumah.