Pahami Emoji dan Singkatan Sebelum Memakai

Evolusi gaya berkomunikasi merupakan salah satu hal yang belakangan ini semakin bikin saya sering membaca sebuah pesan berkali-kali sebelum membalasnya. Sejak jaman e-mail dan forum, ada banyak sekali singkatan dipakai. Dulu saya menyimpan forward e-mail yang berisikan penjelasan dari kebanyakan singkatan tersebut, lama-lama sebagian besar singkatan yang digunakan saya akhirnya ingat dan tanpa sadar sering menggunakannya juga.

Di jaman text messaging, mengetik dengan keyboard di handphone yang bukan qwerty sungguh membutuhkan waktu, keterbatasan jumlah karakter dalam 1 pesan juga membuat banyak orang jadi kreatif memakai berbagai singkatan dalam pesannya. Bahkan, kadang-kadang, untuk bisa mengirim pesan lebih banyak, beberapa orang menghilangkan spasi dan menggantikan spasi dengan cara memulai setiap kata baru dengan huruf besar. CthTlsnYgMnclSprtIniBsBcGa? Hahaha kesannya jadi kayak ngirim telegram jaman dulu saja ya.

Sekarang terjadi lagi pergeseran, handphone sudah punya keyboard lengkap qwerty dan tidak ada pembatasan karakter untuk mengirimkan pesan, orang-orang mulai memakai emoticon dan emoji untuk memberikan emosi dari tulisannya. Selain emoticon dan emoji, kadang bisa juga dengan memakai semua huruf kapital sebagai tanda sedang berteriak/berseru. Contoh pemakaian gaya komunikasi sekarang sebagai berikut:

percakapan antara 👧 dan 🧑

🧑: OMG LAMA BANGET SIH !!! 😠😠😠

👧: Maaf, masih macet, udah otw nih 😓🚖

Contoh percakapan di atas, antara seorang wanita dan pria, yang pria sudah marah karena menunggu lama si wanita. Si Wanita minta maaf dengan menunjukkan emosi udah buru-buru kok , tapi masih di taksi. Kira-kira begitulah contoh penjelasan sekarang ini. Masalahnya pemakaian emoji ini bisa muncul berbeda di layar penerima kalau mereka tidak menginstall font yang sama. Lalu muncullah stiker selain emoji.

Dulu saya senang dengan adanya emoticon ini, tapi yang paling sering saya pakai cuma senyum, ketawa, ngantuk atau pakai kacamata menunjukkan serius 🤓 atau sok cool 😎. Sekarang ini bukan cuma emoticon biasa, tapi juga banyak yang berupa gambar bergerak dan terus terang saya kurang suka memakainya karena mencarinya saja butuh waktu lama. Salah satu alasan lain saya malas pakai juga karena saya tidak selalu mengerti makna gambarnya. Bahkan kalau ada yg post menggunakan emoji, saya abaikan gambarnya dan baca pesannya saja.

Salah satu emoji yang sekarang sering dipakai kalau malas ngetik ok adalah jempol begini 👍 tapi ada juga yang salah kaprah memakai jempol ke bawah untuk ok , lalu memakai 🙏 untuk menyatakan terimakasih.

Kalau di FB biasanya setelah saling berkomen, kalau ga mau menjawab panjang lebar, orang hanya pencet like. Penggunaan like ini sudah mewakili dibaca dan disukai atau dibaca dan ga akan dibalas lagi, tapi bisa juga setelah dilike tandanya dibaca, di bawahnya masih di balas lagi.

Dari emoticon jadi emoji jadi sticker dan gambar bergerak .gif ataupun meme. Semua ini sudah menjadi pengganti kalimat-kalimat yang biasanya harus dituliskan dalam interaksi online. Bahasa tulisan ini cenderung mudah salah paham, karena beda meletakkan tanda baca saja bisa berbeda makna, belum lagi ada kemungkinan salah ketik/typo.

Kalau saya malah sering salah ketik kelupaan menambahkan kata “tidak” jadi maknanya berbeda sekali. Hal ini terjadi karena kalimat yang sudah terpikir di kepala dan tangan kalah cepat mengetiknya, lalu mata tidak membaca ulang kalimat yang sudah dituliskan. Hal ini bisa terjadi kalau lagi terburu-buru. Dalam interaksi online, kebanyakan orang sudah tidak memakai tanda baca yang dianjurkan buku tatabahasa. Untuk tulisan status sosmed atau percakapan di halaman chat, hal ini memang tidak perlu terlalu jadi masalah asalkan sama-sama mengerti. Tapi walaupun begitu, pemakaian emoji tertentu bisa beda banget artiya.

Kita perlu hati-hati dalam menggunakan emoji, kalau gak yakin artinya, mungkin ada baiknya gak usah pake gambar macem-macem. Contoh emoji yang sering salah pemakaiannya yaitu gambar yang ini: 💩💩💩. Kira-kira itu maksudnya orangnya kayak lagi sumpah serapah/ngomong jorok atau malah bagi-bagi coklat/icecream? Kalau menurut wikipedia, emoji itu berupa Pile of Poop.

screen capture dari internet

Sekarang ini, emoji itu juga ada di background FB, jadi hati-hati jangan sampai gunakan background itu terlalu sering, kecuali emang mau menunjukan perasaan jijik/ngomong jorok? Jangan nanti jadi seperti detektif Sherlock Holmes di film Elementary.

What’s on your mind? Poop or Chocolate IceCream?

Too Much Information di FB

Tulisan ini sekedar opini melihat perkembangan pemakai internet sekarang ini, terutama sejak hampir setiap orang bergabung di FB. Ada banyak orang yang tanpa menyadari postingan mereka sifatnya tmi (too much information), memberitahu hal-hal pribadi secara detail yang tidak perlu diketahui oleh publik. Ada juga yang suka share berita tanpa cek kebenarannya.

Saya perhatikan, belakangan ini banyak pasangan suami istri menggunakan account bersama di FB. Nama profilnya ya pake nama berdua. Alasannya bisa beda-beda, tapi yang saya perhatikan masalahnya kadang-kadang ada group FB yang saya ikuti itu khusus untuk ibu-ibu. Nah, di group yang khusus ibu-ibu ini, terkadang adalah banyak ibu-ibu yang kalau cerita masuk kateogori too much information (tmi). Kadang-kadang saya jadi pengen bilangin ke admin, kalau orang yang pakai sharing account harusnya ga boleh dong gabung ke group khusus ibu-ibu, tapi dipikir-pikir lagi, salah siapa kalau ada orang yang suka bersosmed terus nulis hal-hal yang tmi?

Saya sendiri suka bingung kalau temenan dengan account yang pake nama sepasang gitu. Kalau mereka posting, ya mungkin memang posting berdua, tapi kalau komen? jadi bingung ini yang komen si istri atau si suami. Nah, jadi kepikiran juga, mungkin ada yang bingung baca tulisan di blog ini kok gado-gado topiknya, ada banyak hal teknis, tapi ada juga sampai bumbu dapur segala. Ya sebenarnya di sini masih bisa jelas, setiap posting ada nama siapa yang nulisnya apakah itu Joe atau saya.

Tulisan saya ini sekedar mengingatkan buat ibu-ibu aktif di FB Group, kalaupun ada group yang judulnya isinya perempuan doang, lebih baik gak usah cerita hal-hal yang bukan konsumsi umum. Buat ibu-ibu yang punya account join dengan suami, ya saya gak tau gimana caranya biar suami gak baca postingan group yang khusus wanita itu. Mungkin suaminya sibuk juga ga sempat buka group, tapi kalau suami lagi iseng kebuka group gimana hayo? Buat ibu-ibu yang jadi admin group yang isinya khusus wanita, ya mungkin bisa dipertimbangkan untuk tidak menerima account yang namanya aja udah sepasang gitu.

Ah tapi, dipikir-pikir lagi, pada akhirnya mau ibu-ibu atau bapak-bapak, namanya posting di sosial media gak usah terlalu banyak informasi detail. Bisa saja kita merasa, tapi kan saya sudah set account saya privat, hanya teman saya yang bisa baca. Ya, tetap aja kalau udah di post, udah bisa di copas, di screen capture, di share ulang dan beredar. Salah-salah, tulisan jadi viral tanpa sengaja.

Saya ingat, waktu pertama kali dulu belajar memakai e-mail dan internet, ada pelajaran yang namanya netiquette. Pada dasarnya netiquette ini sama juga dengan etiket kita di dunia nyata. Sopan santun tetap harus di jaga. Masalahnya, sekarang ini semua orang bisa akses internet, tanpa pernah belajar mengenai netiquette. Mungkin ini salah satu sebab hoax susah dibendung.

Emang apa saja sih yang perlu di perhatikan ketika online? kalau saya kesimpulannya: hati-hati dengan apa yang dituliskan secara online, baik di blog ataupun di sosial media. Karena setiap yang kita tuliskan itu ada jejaknya. Jangan pernah posting/komen sesuatu yang sifatnya rahasia, karena begitu dituliskan, informasi itu sudah bukan rahasia lagi dan kita ga bisa bilang: pokoknya tulisan di sini jangan sampai nyebar keluar ya.

Food Cover Pengganti Cling Wrap

Mungkin sudah banyak yang tahu dengan benda ini, karena benda ini juga bukan barang baru. Saya sudah memakai tutup wadah dari bahan silicone ini sejak tahun lalu. Lupa persisnya kapan pertama kali beli. Jadi ceritanya awalnya kehabisan plastic cling wrap, lalu untuk menyimpan makanan saya pakai kotak makanan yang ada tutupnya, tapi setelah itu jadi nambah kerjaan karena harus cuci kotaknya dan kotak simpan makanan saya tidak semuanya microwave safe. Terus saya bilang, andai ya ada tutup yang bisa dipakai langsung ke atas mangkoknya, jadi besoknya tinggal manasin aja di mangkok itu pake microwave. Eh terus Joe ingat pernah lihat ada iklan tutupan mangkok dari bahan silicone yang katanya bisa dipakai berkali-kali.

silicone lid berbagai ukuran

Joe cari di aliexpress dan ternyata ada banyak ukuran. Ya memang ga mungkin kan kalau mangkok besar pake tutupan kecil. Walaupun tutupan ini cukup bisa ditarik, tapi ada batasannya juga. Karena tidak tahu ukuran mana yang sesuai dengan mangkok di rumah, akhirnya kami pesan dengan 6 ukuran berbeda. Setelah tahu ukuran mana yang paling sering dipakai, kami beli lagi 4 yang ukurannya kira-kira sesuai dengan kebanyakan mangkok yang kami pakai.

Sekarang ini, rasanya gak pernah lagi beli cling wrap. Kalau ada makanan sisa, tutup pake silicone lid ini, terus masuk kulkas deh. Besoknya, buka tutupnya dan makanannya tinggal panasin di microwave tanpa harus pindahin mangkoknya. Untuk mencuci tutupnya ya seperti cuci piring biasa aja.

makanan di tutup masuk ke kulkas

Saya tulis ini buat info aja, siapa tahu ada yang mau mengurangi pemakaian cling wrap dan males nyuci wadah seperti saya hehehe. Saya udah lupa harganya dan gak jualan, tapi seingat saya gak mahal dan pasti lebih murah daripada beli cling wrap berkali-kali. Kalau mau cari bisa coba di google aja food cover silicone atau lid bowl silicone. Ada berbagai warna dan ada yang bentuk kotak juga.

Kalau dari liat berbagai video reviewnya, katanya sih kalau ada makanan berkuah dan kita balik mangkoknya, isinya gak akan tumpah. Sejauh ini saya gak pernah iseng membalik mangkok yang berkuah, jadi gak bisa kasih komentar tambahan untuk hal itu. Ini saya pakai juga sebagai usaha mengurangi pemakaian plastik (walau saya belum bisa ingat untuk bawa kantong belanja supaya gak nambah jumlah plastik di rumah).

Mulai dari sedikit mengurangi pemakaian plastik, mudah-mudahan ke depan bisa lebih banyak mengurangi pemakaian plastiknya.

Chiang Mai Crafts Week 2019

Hari ini 7 Februari sampai dengan hari Minggu, 10 Februari 2019, sedang berlangsung acara pameran kerajinan tangan di Chiang Mai (Chiang Mai Crafts Weeks). Tahun ini merupakan tahun ke -4 diadakannya acara ini. Saya yang walau sudah lama ga main benang dan jarum, sejak pameran tahun ke-2 menyempatkan melihat-lihat. Harapannya sih supaya mendapat motivasi memegang jarum dan benang lagi, dan mengingat harta karun yang sudah 8 tahun ini tidak disentuh.

Denah acara tahun ini, terlihat lebih banyak dari tahun sebelumnya

Pameran hari ini mengambil tempat yang sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Lokasinya cukup dekat dari rumah. Kebetulan hari ini Jonathan ada les 2 jam dan Joshua bisa tidur siang lebih awal, jadi Joshua saya tinggal di rumah sama mbak, dan saya bisa deh melihat-lihat pameran ini dengan tenang tanpa gangguan anak-anak seperti di tahun-tahun sebelumnya.

Entah karena tahun ini saya bisa lihat santai, atau memang event ini tambah banyak peminat, rasanya orang yang berpartisipasi membuka booth lebih banyak dari tahun-tahun sebelumnya. Pengaturan lokasi pameran juga lebih teratur. Yang terasa kurang cuma tempat parkirnya saja. Mungkin karena saya datang di hari pertama, saya pikir yang datang masih akan sedikit, karena toh kami datang di saat jam kerja. Eh dugaan saya salah, malah tadi hampir ga kebagian parkir karena banyak juga loh yang datang siang-siang begini.

Apa saja yang dipamerkan? Kerajinan tangan dari benang dan jarum berupa sulaman, jahitan, quilt, knit dan crochet, recycle bag dan juga leather. Selain itu ada juga glass beads dan marble painting. Hampir setiap booth menawarkan paket workshop, sayangnya ga ada free workshop, jadi tadi saya ga ikutan workshop apapun karena waktunya gak sempat juga.

Melihat benang dan peralatan craft yang dijual di sana, saya jadi ingat dengan tumpukan harta karun yang sekarang ini buat mengaksesnya saja sulit. Tapi ya karena sudah punya, semua yang tadi saya lihat di sanapun masih membuat saya merasakan spark joy hahahaha. Mudah-mudahan tahun ini bisa kembali berkarya dengan benang dan jarum nih.

Mencari Informasi Produk/Jasa di Internet

Tadi di salah satu FB group expat di Chiang Mai ada yang minta rekomendasi tempat servis Lenovo yang rusak. Jadi teringat beberapa waktu lalu, di tempat ngebenerin HP Xiaomi selain tempat servis resmi Xiaomi juga menerima beberapa brand lain. Saya ingat waktu itu saya bertanya dan salah satu brandnya ya Lenovo. Saya masih ingat waktu itu nemu tempatnya dari mencari di internet, dan ingat juga kalau tempat itu ada websitenya. Jadi tadi nyari dulu di Google Maps untuk mencari informasi websitenya, terus membuka websitenya untuk memastikan mereka menerima servis Lenovo juga. Setelah yakin informasinya benar, baru saya jawab pertanyaan di group.

Sekarang ini, sejak adanya internet, mencari informasi untuk membeli sesuatu ataupun jasa perbaikan jadi jauh lebih mudah. Kalau dulu mungkin kita mendapatkan informasi dari koran, dari orang lain dan mungkin harus kembali ke toko tempat membeli untuk bertanya terlebih dahulu. Sekarang ini, kita bisa google dahulu kalau malas nanya ke orang. Tapi banyak juga orang yang lebih suka nanya langsung di group komunitas yang diikuti.

Kalau dari pengalaman, daripada nanya di group yang kadang-kadang belum tentu ada yang jawab, lebih cepat cari di google aja. Dari google, kalau beruntung langsung ketemu website tempat yang dicari, tapi kadang-kadang bisa juga ketemu percakapan dalam forum yang menyebut nama sebuah tempat. Lalu kita harus mencari tau lebih lanjut lagi berdasarkan nama itu untuk mencari tahu informasi kontak, lokasi dan jam operasionalnya misalnya.

Kami pernah di sini mencari dokter THT yang bisa berbahasa Inggris dan buka sore hari, hasil pencarian hanya menemukan namanya saja disebut-sebut di berbagai forum. Berikutnya kami google lagi namanya dan ketemulah informasi klinik dan nomor teleponnya. Selanjutnya daripada salah, biasanya saya menelpon ke nomor yang saya dapatkan, untuk memastikan jam buka tempat tersebut.

Sekarang ini kebanyakan tempat yang menyediakan jasa ataupun produk, menyediakan informasi yang cukup di internet. Kadang hanya berupa listing nama toko dan nomor teleponnya saja, tapi ada juga yang membuat halaman website dengan informasi yang lebih lengkap. Paling sering dijumpai sekarang ini, hampir semua tempat berusaha memiliki halaman Facebook. Di sana mereka mencantumkan nomor telepon, jam operasional dan peta ke lokasinya.

Saya ingat, dulu, untuk membeli handphone atau gadget, kami selalu datang ke banyak toko satu persatu dan bertanya panjang lebar. Kadang-kadang informasi yang diberikan berbeda dengan apa yang dibaca. Sekarang ini kalau mau beli gadget, baca dulu spesifikasinya di internet, baca reviewnya dan juga cari tahu range harganya. Waktu ke toko, udah gak pake banyak tanya, tunjuk barang, bayar dan pastikan ada garansi dan bawa pulang deh hehehe. Beberapa kali malah kalau lihat perbedaan harga beli offline dan online cukup signifikan, kami akan memilih untuk beli online saja (dengan catatan produk tersebut punya garansi walau beli online).

Waktu mau jalan-jalan ke luar kota, mencari informasi penginapan juga lewat internet. Masalahnya terkadang, di sini banyak tempat yang menyediakan informasi dalam bahasa Thai saja. Kalau sudah begini, saya lebih suka langsung telepon saja (masih lebih susah baca daripada ngomong soalnya). Kadang-kadang membaca review berbagai tempat bikin pusing juga, tapi memang kalau pergi ke tempat yang reviewnya bagus, belum pernah kecewa.

Kesimpulannya, di jaman sekarang ini internet sudah jadi bagian dari keseharian kita dalam mencari dan berbagi informasi. Kalau kita mau toko/usaha kita dikenal orang, kita harus menyediakan informasinya juga di internet. Minimal sediakan informasi kontak dan kalau berupa toko ya berikan jam operasional dan peta lokasinya. Jangankan barang jualan, sekarang ini nyari informasi soal sekolahan (terutama uang sekolahnya) orangtua pada umumnya mencari di internet dulu sebelum survey ke lokasi. Kalau ada yang mereview tempat usaha kita, ya sebaiknya kita balas. Kalau ada yang komplain ya diusahakan diperbaiki.

Kadang jadi bertanya-tanya, nanti di masa depan akan seperti apa lagi ya. Sekarang ini semua informasi bisa di dapat dengan mudah di internet asal kita tahu kata kuncinya. Kalau malas mikirin kata kunci, ya akhirnya paling gampang memang bertanya di forum-forum yang ada, lalu duduk manis menunggu jawaban hehehe.

Polusi di Chiang Mai

Sejak beberapa tahun terakhir ini, setiap bulan Februari sampai dengan April, ada tingkat polusi yang cukup tinggi di Chiang Mai. Setiap tahunnya, polusi ini tidak bisa diprediksi walaupun pemerintah Thailand sudah berupaya untuk menguranginya. Asal polusi udara ini awalnya dari para petani yang membakar sisa panen dan mempersiapkan lahannya untuk ditanam kembali.

Biasanya setelah musim hujan berakhir dan memasuki musim dingin, semua sisa panen itu sudah kering. Cara cepat membersihkan sisa panen ya dibakar. Tapi ada juga yang malah membakar hutan untuk membuka lahan baru. Salah satu yang jadi penyebab lagi, ketika membakar untuk membuka lahan baru malah membuat kebakaran hutan yang tidak terkendali.

Status kadar polusi di Chiang Mai hari ini

Dalam kurun waktu 2 bulan, website yang paling sering dikunjungi itu ya website ini. Biasanya kalau tingkat polusinya sudah berwarna merah, orang-orang mulai memakai masker N95 keluar rumah, memilih tinggal di rumah saja, menutup semua pintu dan jendela dan memasang filter udara di rumah. Pemandangan ke arah pegunungan yang biasanya terlihat cerah juga mulai terhalang asap putih. Kalau lagi parah, jarak pandang lagi nyetir juga agak terganggu.

Biasanya, di musim polusi ini akan banyak yang mengalami gangguan pernapasan. Musim polusi di saat suhu udara sedang beralih dari musim dingin ke musim panas juga membuat tubuh rentan sakit. Biasanya dalam 2 bulan ini, kami mempersedikit kegiatan jalan-jalan di luar kecuali tingkat polusinya tidak dalam range merah.

Tahun ini polusinya datang lebih awal, masih akhir Januari angka polusinya sempat agak tinggi. Pendatang baru mulai resah, kalau kami yang sudah lama di sini sudah gak resah lagi karena sudah punya sensor buat ngecek kadar polusi di rumah berapa dan juga filter udara untuk setiap ruangan. Kami udah gak merasa perlu panik seperti masa awal kami mengetahui soal polusi ini. Kalau kadarnya tinggi, ya tinggal tutup semua pintu dan jendela dan nyalakan filter udara. Filter udara juga sudah punya beberapa versi, baik yang DIY maupun yang kami beli sejak Jonathan masih kecil.

Beberapa kali, dalam musim polusi saya batuk parah juga sih, tapi gak musim polusi, kalau saya mulai batuk ya biasanya emang parah hehehe. Paling sering batuk itu kalau harinya lagi ekstrim suhu udaranya. Misalnya pagi dingin 14 derajat, siangnya panas sampai 35 derajat, eh malah drop lagi ke 21 derajat celcius. Hari ini dan 10 hari ke depan harus jaga kesehatan baik-baik nih, soalnya suhunya kira-kira rangenya cukup ekstrim begini.

Prediksi temperatur 10 hari ke depan

Untungnya, waktu oppung datang, udara sejauh ini baik-baik saja dan kami semoga tetap sehat-sehat saja. Hari juga kadarnya masih tidak membahayakan walaupun sudah mulai masuk warna kuning. Biasanya saya cuma ingat warnanya saja, kalau udaranya bersih ya warna hijau, lalu mulai kuning, orange dan merah. Kalau sudah merah berarti kadarnya sudah masuk ke tingkat yang berbahaya.

Biasanya, bulan Februari sampai sebelum Songkran, banyak keluarga yang travelling ke luar dari Thailand atau sekedar ke Bangkok atau ke daerah lebih selatan lagi (Phuket atau sekitar pantai di sana). Keluarga homeschooling yang umumnya jadwalnya fleksible akan memilih tidak tinggal di Chiang Mai daripada harus menghirup udara polusi. Tahun ini tapi entah kenapa Bangkok juga tingkat polusinya malah lebih parah dari Chiang Mai, dan kabarnya ini juga karena sumbangan asap dari kenderaan bermotor dan polusi dari pabrik di sekitar Bangkok.

Kalau ada keluarga yang mau ke Chiang Mai mengunjungi kami di antara Feb – April ini, biasanya kami beri peringatan dulu sebelumnnya dan menyarankan kalau bisa ganti tanggal lain. Tapi sebenarnya, pemerintah Thailand selalu berusaha menanggulangi supaya tingkat polusinya tidak sampai membahayakan warganya. Misalnya mereka mengeluarkan larangan membakar sampah ataupun sisa hasil panen selama sekian puluh hari, dan kalau ada yang ketahuan membakar kita bisa laporkan dan mereka akan di denda cukup besar.

Pemerintah setempat juga mengupayakan membuat hujan buatan. Biasanya, udara akan lebih bersih setelah hujan deras. Beberapa tahun belakangan ini, karena musim hujannya tidak terlalu banyak hujan, kadang-kadang memasuki musim panas akan ada hari di mana tiba-tiba hujan deras. Setiap kali ada hujan deras di tengah musim polusi, rasanya bersyukur banget, karena setidaknya tingkat polusinya akan membaik dan bisa menghirup udara bersih.

Jadi, sekali lagi sebagia informasi, kalau merencanakan liburan ke Chiang Mai ataupun Bangkok, jangan lupa mempertimbangkan faktor polusi udara ini juga. Gak perlu kuatir berlebihan juga sih, tapi kalau memang sensitif terhadap polusi udara, lebih baik datangnya ketika udaranya bersih dan suhu udaranya tidak terlalu panas. Paling ideal emang datangnya bulan Desember atau Januari saja. Kalau mau lihat festival bunga, ya mau tak mau datangnya minggu pertama Februari dan biasanya saat itu polusi udaranya belum parah jadi masih bisa menikmati melihat bunga yang indah.

Dalam setahun, musim polusi ini salah satu musim yang kurang nyaman untuk tinggal di Chiang Mai. Mudah-mudahan, tahun ini polusi udaranya tidak terlalu parah dan di masa yang akan datang ditemukan cara supaya tidak ada polusi udara seperti ini lagi di Chiang Mai dan sekitarnya.

Playground Fun Planet di Central Airport Plaza

Di Mall dekat rumah ada tempat bermain yang baru selesai renovasi. Hari ini saya mengajak anak-anak main di sana. Enaknya homeschooling ya begini, walau hari ini hari Senin, bisa aja main ke mall di pagi hari. Jonathan sudah menyelesaikan tugas hari ini di hari Minggu sore. Padahal kemarin itu saya iseng aja bertanya apakah Jonathan mau mengerjakan pekerjaans sekolah di hari Minggu supaya Senin bisa main-main ke mall, eh ternyata malah bisa selesai dengan cepat loh kemarin.

Biasanya di hari Sabtu, jam 10.30 mall itu sudah buka, tapi ternyata walau kami tiba di mall sudah jam 10.40 eh mall nya masih pada gelap dan pintu yang dibuka baru pintu karyawan saja. Untungnya saya tadi parkirnya di lantai 1, jadi cuma perlu turun 1 lantai dan masuk dari pintu karyawan hehehe. Bagian dalamnya sebagian toko sudah mulai buka (karyawannya sudah rajin datang duluan), tapi kebanyakan toko masih tutup. Saya memutuskan sekalian mau bayar listrik dulu, eh tapi ternyata counter bayar listrik juga bukanya jam 11. Akhirnya kami duduk-duduk dulu deh sambil menunggu counter bayar listrik buka.

kepagian nyampe di mall, mall nya masih gelap

Sambil nunggu, kami sempat juga main Pokemon Go. Untungnya ada tempat duduk yang nyaman di area dekat pembayaran listrik, dan toko dekat situ sudah pada nyala lampunya. Lampu utama mall nya masih mati, jadi kalau toko-tokonya masih gelap semua, kebayang aja ruangan tempat kami duduk pun kemungkinan masih gelap.

Setelah bayar listrik, kami naik ke lantai 4 untuk ke playground baru. Awalnya saya mau anak-anak langsung masuk saja, karena saya lihat harganya cuma ada untuk 2 jam 200 baht dan seharian 500 baht. Eh ternyata lagi ada promosi, 100 baht untuk 45 menit. Karena kami biasa makan jam 12, saya pikir main 45 menit itu paling pas deh, supaya abis main bisa makan dan sehabis makan ya pulang ke rumah.

Lanjutkan membaca “Playground Fun Planet di Central Airport Plaza”