Natal 2010 dan Tahun Baru 2011

Tahun 2011 sudah hampir 2 minggu berlalu, tapi rasanya ga sah aja klo ga nulis soal natal dan tahun baru di blog ini (supaya selalu ada catatan soal natal dan tahun baru selama di perantauan).

Natal 2010 ada yang berbeda dari biasanya, tahun ini kami merayakan Natal tidak hanya berdua saja. Ya, pengharapan di awal tahun ternyata terjawab di akhir tahun. Tahun ini ada baby Jonathan melengkapi kebahagiaan Natal, walaupun kami tidak bisa ke gereja karena papa Jonathan kena demam berdarah. Selain baby Jonathan, ompung dari medan (mama saya) juga ada di Chiang mai selama Natal dan tahun baru.

Untungnya, walaupun kami tidak bisa ke gereja pada malam natal, kami sudah mendapat kesempatan ikutan drama Natal tanggal 17 Desember 2010 di gereja yang kami ikuti. Baby Jonathan didaulat berperan sebagai bayi Yesus, otomatis papa dan mamanya jadi yusuf dan maria. Ompungnya juga ga ketinggalan peran dong, jadi bidan yang bantu persalinan (ceritanya dimodifikasi dikit hehe).

Malam tahun baru menjelang 2011 kami tidak merayakan dengan spesial, karena seperti biasa di sini tidak ada kebaktian menjelang tahun baru. Sama seperti tahun sebelumnya kami menikmati pesta kembang api dari balkon kamar saja. Bahkan baby Jonathan ikutan menikmati, sepertinya dia tidak begitu terganggu dengan dentuman suara yang ada.

Seperti biasa, setiap awal tahun selalu punya pengharapan semoga tahun 2011 ini lebih baik dan lebih bisa berkarya lagi buat kita semuanya.

Sebulan Jonathan

Besok Jonathan akan berusia sebulan, artinya sudah sebulan yang lalu saya melahirkan Jonathan dan banyak hal selama sebulan ini yang membuat saya menunda-nunda menuliskan cerita kelahiran Jonathan dan kenapa akhinya diputuskan Caesar. Satu hal yang membuat saya menunda-nunda selain belum menemukan ritme yang menyempatkan duduk dengan tenang di depan komputer adalah pusarnya Jonathan belum puput juga. Hari ini tepatnya tadi pagi akhirnya pusar Jonathan puput juga.

Tanda awal kelahiran

Hari Minggu , 7 November 2010 sekitar jam 7 malam, saya mendapati ada flek. Usia kehamilan saya saat itu masih 39 minggu dan perkiraaan kelahiran seharusnya masih seminggu lagi (tanggal 15 November). Tidak ada rasa mules ataupun kontraksi. Saya dan Joe agak ‘panik’ tapi berusaha tetap tenang. Satu-satunya alasan kami agak kuatir adalah, hasil cek terakhir (seminggu sebelumnya) bayinya belum masuk ke jalan lahir, kami kuatir kalau ketuban pecah dan bayi belum masuk jalan lahir (dimana bayi kami terlilit tali pusar 2 kali) nantinya bayinya akan sulit bernapas karena gaya gravitasi menyebabkan tali pusarnya melilit bayi lebih kencang. Setelah menelpon dokter (yang malam itu bilang akan keluar kota), lalu google kami simpulkan kalau flek itu tidak disertai ketuban pecah. Menurut hasil pencarian ketuban itu sangat sulit pecah, kebanyakan orang (90%) ketuban dipecahkan oleh dokter dan film2 yang menggambarkan tanda awal kelahiran adalah ketuban pecah itu adalah sekedar film yang melebih-lebihkan.

Setelah merasa agak tenang, kami memutuskan tidak usah buru-buru ke rumah sakit malam itu juga. Tapi malam itu saya menyiapkan barang-barang yg masih mau dibawa ke rumah sakit mumpung masih bisa bergerak dengan leluasa (sebagian sudah disiapkan di mobil). Malam harinya ketika bersiap tidur barulah saya mulai merasa mules. Tapi saya pikir mules itu timbul karena perasaan ‘tegang’ menyambut hari esok karena tanda-tanda kelahiran sudah ada. Saya mencoba menghitung jarak kontraksi, masih sangat tidak teratur dan hasilnya malam itu saya tidur sangat sedikit.

Ke Rumah Sakit

Keesokan paginya, Joe dan saya masih maju mundur antara pergi atau tidak ke rumah sakit. Awalnya sempat terpikir Joe tetap kerja saja seperti biasa dan saya di rumah (kebetulan saya memanggil tukang bersih-bersih rumah untuk datang). Akan tetapi ketika saya cerita saya sudah merasa mules, akhirnya kami putuskan untuk mencoba mengecek ke rumah sakit (dan mungkin akan pulang lagi kalau memang belum waktunya). Di luar dugaan, ketika sampai di rumah sakit (sekitar jam 9) dan diperiksa, bayi sudah dalam jalan lahir daaaan saya sudah bukaan 4 (padahal saya masih bisa nyengir dan ketawa-tawa).

Akhirnya Joe ga jadi kerja dan menemani saya di rumah sakit, dokter obgyn yang biasa memeriksa saya datang sekitar jam 10 kurang, daaan dia akan keluar kota sampai jam 5 sore. Sempat agak kuatir klo bayinya ga sabar nunggu dokter, tapi ternyataaa waktu dokternya datang sore hari bukaannya ga nambah sama sekali. Dokter mengajukan alternatif: ketuban di pecah (memulai induksi) atau menunggu besok pagi. Kami memutuskan menunggu besok pagi.

Hari Kelahiran Jonathan

Selama di rumah sakit, setiap jamnya saya diperiksa jarak kontraksi, tensi, suhu tubuh dan detak jantung bayi. Sampai dengan jam 11 pagi, semuanya normal saja, yang mengecewakan kenapa kontraksinya belum teratur juga. Sudah dicoba berbagai cara untuk menambah bukaan, tapi sepertinya gak ada kemajuan. Karena penasaran, saya meminta diperiksa lagi sudah sampai bukaan berapa. Ternyata segala usaha yang dilakukan baru sampe ke bukaan 5 *higs*.

Lanjutkan membaca “Sebulan Jonathan”

Bible Plus: Alkitab untuk Blackberry.

Sejak banyaknya orang beralih dari smartphone berbasis symbian ke smartphone blackberry, sudah banyak orang yg ‘request’ ke Joe minta dibuatin aplikasi bible reader seperti symbian bible. Awalnya kami ga punya alasan buat memakai BB karena di sini blum ada layanan BB. Layanan BB baru mulai menjamur di Thailand awal tahun 2010 ini. Saya sudah lebih dulu menggunakan BB, tapi karena Joe belum menggunakannya (selain dia sibuk dengan porting freebsd) dia belum juga bisa merealisasikan request dari banyak orang.

Bulan Juni yang lalu, untuk memudahkan komunikasi selama Joe pulang ke Jakarta (berhubung saya ga bisa ikut pulang), maka akhirnya Joe pun memakai Blackberry juga. BB pertama yg saya pakai itu BB ‘murah’ yg beli bekas dari Indoneia, jenis 8800 (huron), lalu Joe beli versi yg lebih bagusan di banding huron (nitip adiknya cariin bb 8520- gemini bekas yang masih bagus).  Sesampainya di sini BB nya ditukar pakai dengan saya (saya pakai gemini, Joe pakai huron).

Awalnya Joe kurang begitu sering menggunakan BB nya, karena selama di Chiang Mai, koneksi internet selalu ada di kantor dan di rumah. Selain itu BB huron itu super lambat dibandingkan dengan smartphone symbian yang terakhir kami pakai. Setelah mertua saya (orang tua) Joe pake BB juga dan mulai ber BBM, akhirnya Joe mulai aktif menggunakan BB nya. Bapak Mertua saya salah seorang pengguna setia Symbian Bible, dan ketika beliau beralih ke BB, pertanyaanya sama dengan semua orang: “Alkitabnya kok ga ada yang kayak di HP sebelumnya?”

Sebulan belakangan ini, akhirnya Joe tergerak untuk memulai mendevelop Bible Plus. Motivasinya cuma 1: menyambut kelahiran anak pertama kami 😀 (saat ini saya sedang hamil 33 minggu). Jadi kalau dulu dia mendevelop symbian bible buat mengimpress saya, sekarang dia develop Bible Plus untuk menyambut anak kami dengan harapan bisa memberi motivasi buat anak kami menjadi orang yang rajin membaca Alkitab dan siapa tahu bisa jadi programmer juga? hehehe (orang tua memberi contoh baik dengan harapan anak menjadi baik juga).

Bible Plus ini merupakan aplikasi pertama yang di buat Joe untuk Blackberry, seperti halnya dulu symbian bible merupakan aplikasi pertama yang dibuat untuk smartphone symbian. Berbeda dengan mendevelop untuk symbian, mendevelop untuk BB ternyata butuh kesabaran extra terutama dengan waktu tunggu untuk merestart device BB. Perbedaan lainnnya, kami harus membayar untuk memungkinkan mengetes aplikasinya di BB nya (bukan hanya di simulator), sementara untuk symbian semua bisa dilakukan dengan gratis. Akan tetapi, tetap saja aplikasi ini kami sebarkan secara gratis dan open source supaya tidak tertutup kemungkinan semakin banyak orang yg bisa berkontribusi memperbaiki aplikasi ini. Supaya semakin banyak juga orang yamg bisa membaca firman Tuhan kapan saja dan di mana saja (jangan cuma baca fesbuk dan social networking saja :P).

Sebenarnya Joe berniat membuat BB Plus untuk orang buta juga seperti halnya symbian bible, sayangnya software text to speech yg ada di BB harganya sangat mahal (450 USD) dan tidak ada versi trialnya. Mungkin nanti kalau ada software text to speech yg murah dan Joe ga terlalu sibuk bisa direalisasikan, tapi masih dalam to do list sekarang ini.

Untuk fitur-fitur dan link downloadnya langsung saja ke halaman http://compactbyte.com/bb-bible/ . Saat ini sudah dicobakan di berbagai jenis Blackberry, mulai dari 8800, 8520, 8900 dan saya ga inget lagi tipe BB yang ada. Yang jelas untuk sistem operasi 4.5 dan 5 ke atas aplikasi ini sudah bisa dicoba. Petunjuk instalasi ada di sini: http://compactbyte.com/bb-bible/id/petunjuk/. Kalau Anda menemukan masalah dalam instalasi atau pengoperasian silakan saja kontak kami. Harapan kami semoga Bible plus ini bisa berguna untuk banyak orang yang membutuhkan Alkitab kapan saja dan di mana saja.

Suka Duka Hidup di Apartment (di Chiang Mai)

Posting kali ini mungkin masih related dengan nggak enaknya hidup di luar negeri. Ga pernah sebelumnya memikirkan akan tinggal di apartment, karena selama ini mikirnya ga akan sanggup bayar. Sewaktu pindah ke Chiangmai, yang terbayang di kepala tinggal di komplek perumahan gitu, baru belakangan mengetahui kemungkinan tinggal di apartment. Awalnya rada penasaran, soalnya di Indonesia ga pernah masuk ke apartment manapun *orang kampung sih*, sekilas mikirnya: mirip hotel kali yah. Awalnya mikir: wah enak dong ada yang bersihin tiap hari, ada yang ngurusin ini dan itu bla bla, ternyata pikiran saya salah.

Sebelum membahas gak enaknya, mungkin ada baiknya membahas enaknya dulu atau plusnya. Semua ini sifatnya subjektif berdasarkan pengalaman pribadi dan tidak ada penyesalan sedikitpun dari pilihan kami ini hehehe. Awal pindah ke Chiang Mai, kami menempati sebuah apartment studio yang ukurannya saya lupa persisnya. Apartment studio ini ga ubahnya seperti tempat kost, di mana tempat tidur, ruang tamu dan dapur semua berada dalam sebuah ruangan yang sama. Satu-satunya pintu yang ada dalam unit tersebut adalah pintu ke kamar mandi (yaa mungkin ada juga yang apartmentnya ga pake pintu ke tempat showernya).

Lanjutkan membaca “Suka Duka Hidup di Apartment (di Chiang Mai)”

Menemukan yang Menghilang

Hari ini, rasa penasaran saya akan seorang teman lama yang pernah sangat beredar di Internet, membuat saya mencoba untuk menemukannya kembali. Saya mencoba semua kombinasi nama lengkapnya dan email terakhir yang saya ketahui tanpa hasil. Kabar terakhir sih, katanya dia masih beredar di fesbuk, tapi kok susah amat yak nyarinya.

Sebenernya ada banyak keheranan saya kenapa teman saya ini seperti menghilang begitu saja dari peredaran. Semua teman yang pernah akrab padanya saya tanyai selalu menjawab dengan tidak tau ya. Hmmm, rasa penasaran memang awal dari kegigihan :D. Sempat putus asa dan hampir menyerah, sampai minta tolong ke Joe yang baru 5 menit kok ya udah nemu clue yang emang related ke teman saya itu. Emang Joe lebih jago nge Google di banding saya :P.

Lanjutkan membaca “Menemukan yang Menghilang”

Sepuluh Tahun Berlalu…

Hari ini seorang teman seperjuangan di masa masih di Bandung, bertanya kepada saya: “Apa yang kita lakukan 10 tahun yang lalu ya?”, hampir saya jawab dengan: berjuang haahaha. Tapi dengan cepat saya mencoba mengingat semua kenangan tahun 2000. Sepuluh tahun yang lalu, saya masih nangis nangis bombay *lebay* biar bisa menyelesaikan tugas akhir yang tak kunjung berakhir. Sepuluh tahun yang lalu, di tahun yang sama saya berhasil menyelesaikan juga tuh si tugas akhir dan di wisuda. Masih di tahun yang sama saya dapat pekerjaan daaaan berkenalan dengan dunia blog.

Sepuluh tahun yang lalu, saya ga pernah kebayang jalan hidup saya akan seperti ini, yang jelas saya bersyukur hidup saya jauuuh lebih baik dari 10 tahun yang lalu. Belum pernah kebayang bakal merantau di negeri orang, belum pernah dengan nama kota Chiang Mai (maklum, ga ngikutin Sea Games). Ada hal-hal yang tidak berubah dalam 10 tahun, misalnya saya tetap jadi anak rantau yang tinggal jauh dari keluarga, tapi ada lebih banyak hal yang berubah dalam 10 tahun ini (salah satunya tentu saja berat badan hahaha). Lanjutkan membaca “Sepuluh Tahun Berlalu…”

Ga Enaknya Tinggal di Luar Negeri

Mumpung lagi rajin ngeblog, sekalian deh nulis bagian yang ini. Terlepas dari betah tidaknya kami tinggal di sini, tapi saya bisa merasakan bahwa ga selamanya yang namanya tinggal di luar negeri itu enak. Kebanyakan orang beranggapan: wah enak ya tinggal di luar negeri bla bla bla dengan asumsi yang berbeda-beda.

Basically manusia tidak pernah merasa puas, jadi mereka selalu melihat orang lain hidupnya lebih enak dari hidupnya sendiri. Kita membuat asumsi di kepala kita kalau si A hidupnya lebih enak dari kita sampai lupa bahwa hidup kita sendiri ga ada kurang-kurangnya. Ah daripada berpanjang lebar soal yang ini, langsung aja deh ke point-point ga enaknya tinggal di luar negeri :

Lanjutkan membaca “Ga Enaknya Tinggal di Luar Negeri”