Fish Spa

Pertama kali tau soal fish spa ini di film Ugly betty. Alkisah salah seorang tokoh ingin memiliki kaki yang baguuuus, jadi dia merelakan dirinya digigitin ikan. Lalu beberapa waktu lalu melihat di chiang mai ada juga tanda fish spa. Jadi penasaran rasanya kayak apa sih. Kebetulan kulit mati di kaki saya sudah waktunya dibersihkan hehehe.

Begitu kaki dicelupkan, ikan-ikan langsung datang rebutan

Lanjutkan membaca “Fish Spa”

Jejaring Sosial dan Blog

Saya perhatikan sejak saya terpaku dengan facebook, keinginan untuk menulis blog jadi berkurang. Cerita-cerita yang biasanya saya tuliskan di blog, malah ditulis di facebook. Saya liat ternyata bukan cuma saya yang meninggalkan blog dan betah di facebook, saya tidak sendirian.

Buat saya, facebook merupakan jejaring sosial yang cukup sukses mempertemukan saya dengan teman-teman masa kecil. Saya belum pernah bertemu teman smp saya di friendster ataupun multiply, tapi sekarang ini saya sudah menemukan banyak teman smp saya di facebook. Saya akui facebook cukup sukses membuat semua orang bahagia bernostalgia dan berbagi kebahagiaan. Lanjutkan membaca “Jejaring Sosial dan Blog”

Jejaring Sosial dan Jualan

Entah siapa yang memulai tapi sepertinya jejaring sosial sekarang ini penuh dengan dagangan. Sebenarnya pada masa orang mulai jualan di MP saya ga pernah merasa keberatan, malahan sering nongkrongin dan merasa mudah untuk meninggalkan pesan dan pertanyaan di sana. Akan tetapi ketika tukang jualan mulai bergeser ke facebook dan dengan rajinnya suka nge’tag’in foto-foto jualannya ke foto2 saya ataupun teman-teman saya, rasanya kok jadi terganggu ya.

Saya sering upload hasil karya (bukan jualan di facebook) dan saya juga sering promosi untuk toko online saya, tapi rasanya jualannya tetep aja di luar facebook. Memang sih sering kali tiap upload hasil karya banyak yang akan berkomentar maupun meminta (entah kalau saya kasih tag harga bakal mo beli atau ga :p)

Mungkin begitu kali ya awalnya orang-orang yang cuma mau jadiin situs pertemanan jadi ruang pamer terus dimintain akhirnya kasih tag harga terus lama-lama jadi deh jualan di situs pertemanana. Daan akhirnya teman = target jualan (kok rasanya kayak MLM aja ya).

Anyway, setelah multiply skrg facebook diserbu tukang jualan, abis ini apa lagi ya…

Tentang Kebahagiaan

Rasanya lama sekali ga update blog ini, dan rasanya kehabisan energi buat mengupdate cerita. Banyak hal yang terjadi tiba-tiba dalam hidup ini, dan memang begitulah hidup. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi besok atau lusa.

Sekarang ini sedang mendengarkan sebuah audiobook yang judulnya Stumbling on Happiness, buku yang menarik. Bukan fiksi atau novel, bukan buku selfhelp tapi merupakan buku sains dan psikologi. Bahasanya agak berat dan di beberapa bagian membahas struktur otak dan hubungannya dengan apa yang kita bayangkan. Tapi secara keseluruhan bukunya bisa dimengerti. Lanjutkan membaca “Tentang Kebahagiaan”

Bapak saya sakit apa dokter?

Ada banyak orang bertanya sakit komplikasi apa yang di derita bapak, dan ada banyak yang bisa memberikan masukan dan mungkin pengalaman yang mirip ataupun kondisi yang serupa dengan bapak. Dengan motivasi dan harapan ada pembaca yang dapat memberikan titik terang dan siapa tau ada dokter yang membaca tulisan ini, saya ingin menceritakan komplikasi yang dialami bapak tanpa menceritakan siapa dokter yang menangani dan rumah sakit apa untuk menghindari kasus pencemaran nama baik.

Bapak saya penderita penyakit paru obstruktif kronis (cpok) sejak 5 tahun yang lalu. Bapak sudah beberapa kali rawat inap karena serangan sesak napas yang tiba-tiba. Lalu sekitar 4 tahun yang lalu bapak mengalami pembesaran prostat dan belakangan ini mengeluh setiap kali buang air sedikit-sedikit dan terkadang sakit. Memang bapak di masa mudanya seorang perokok berat, tapi bapak sudah berhenti merokok sejak 14 tahun yang lalu. Bapak di rawat inap kali ini bukan karena 2 penyakitnya tersebut, gejala yang dialami kali ini adalah perut kembung dan keras (katanya seperti mau meledak). Awalnya beliau mengalami diare dan muntah, tapi berikutnya diare berhenti ga pernah muntah lagi tapi ya jadi kembung itu dan kalau ditekan atau di pukul dikit akan berbunyi seperti gendang. Hasil pemeriksaan lab menunjukkan tidak ada masalah dengan lever dan bukan juga apendiks.

Pertama kali masuk rumah sakit sekitar awal Juli 2009, kembungnya tidak langsung ditangani, alih-alih konsentrasi diberikan kepada keluhan prostat dan dokter menyarankan untuk operasi prostat. Untuk persiapan operasi prostat tersebut dilakukan pemeriksaan ini dan itu termasuk persiapan dari dokter paru untuk memastikan kondisi bapak cukup stabil untuk masuk ruang operasi. Pemeriksaan jantung juga dilakukan, dan menurut dokter ahli jantung operasi tidak mungkin dilakukan karena ada penyempitan di pembuluh jantung dan akan beresiko untuk operasi prostat, disarankan untuk operasi bypass (balon) untuk jantung terlebih dahulu sebelum operasi prostat dilakukan.

Informasi di atas membuat saya memutuskan terbang pulang saat bapak masuk rumah sakit lagi tgl 23 Juli kemarin, apalagi saya tahu kalau saat ini kondisinya tidak ada yang membantu mama. Adik saya yang tinggal dirumah harus juga mengurus istrinya yang sedang mengalami masalah dengan kehamilannya. Istri adik saya harus istirahat total di tempat tidur karena mengalami pendarahan di usia kehamilan 5 bulan.

Anyway kembali ke cerita penyakit bapak, karena terlalu banyak operasi yang harus dijalani, bapak dan mamak memutuskan check out dulu dari rumah sakit. Perut kembung belum berkurang, tapi toh bapak masih punya kekuatan untuk berjalan dan melakukan sedikit aktifitas. Setelah pulang ke rumah, bapak masih mengalami keluhan kembung dan susah buang air besar ataupun buang angin. Bapak dan mamak masih sempat konsultasi ke dokter jantung lain untuk mencari opini kedua tentang perlu tidaknya bapak di kateter jantung yang dilanjutkan dengan bypass kalau memang hasil kateternya tidak bagus. Kebingungan pertama (tapi cukup melegakan) ketika sang dokter ahli mengatakan kalau jantung bapak sehat dan tidak perlu kateter ataupun balon dan aman untuk operasi prostat. Akan tetapi sebelum sempat menindaklanjuti operasi kateter, kembung di perut semakin parah dan membuat bapak jadi lemah, akhirnya bapak masuk opname lagi 23 Juli. Tim dokter yang menangani masih orang yang sama dengan yang menangani (di rumah sakit yg sama juga dengan opname awal Juli).

Dokter internist memasang selang buat makanan (NGT) dari mulut dan kateter untuk buang air kecil. Oksigen juga terpasang untuk paru-paru. Pemasangan selang makanan tidak membawa perbaikan sama sekali, hasilnya sekarang ini bapak agak celat/cadel kalau berbicara, dan entah karena apa bibir dan lidahnya selalu terasa kering. Akan tetapi kondisi kembung yang tak kunjung berkurang membuat bapak tidak diijinkan minum air ataupun makan yang terlalu banyak. Bisa dibilang tenaganya cuma didapat dari infus. Bapak diberikan banyak antibiotik tanpa vitamin. Tapi tetep aja perutnya masih kembung.

Dokter berusaha memberikan obat untuk memancing buang angin dan buang air besar, usaha dokter cukup berhasil, bapak sudah bisa buang angin dan buang air besar bahkan lebih dari sekali sehari. Ya..memang sih hal yang biasanya kita anggap menjijikkan, dalam kondisi penyakit seperti ini merupakan hal yang sangat ditunggu dan patut disyukuri kehadirannya, jadi maaf kalau tulisan saya ini kurang berkenan buat yang membacanya. Setelah berhasil buang air besar dan buang angin, yang bikin dokter bingung karena kembungnya ga berkurang juga, padahal makan selalu sangat sedikit dan yang dibuang juga cukup banyak, tapi heran kembung ga kurang-kurang.

Dokter bagian dalam (internist) menduga dari gejala kembung dan hasil foto kalau yang dialami bapak itu adalah usus lipat (ileus), lalu ada kemungkinan harus emergency operasi. Diagnosa mendadak bikin kami sempet stress, karena agak takut juga sih kok tiba-tiba harus operasi? apalagi berdasarkan pengamatan saya, sejak saya tiba di Medan kondisi bapak sudah semakin membaik. Selang makan sudah dicabut, oksigen tidak selalu dibutuhkan dan setiap ada yang berkunjung bapak bahkan bisa menceritakan sendiri apa yang dia alami (dibandingkan pada saat masih terpasang selang, bisa dibilang keadaan bapak setengah sadar dan sering mengigau).

Dokter bedah datang dan mengatakan kita observasi 2-3 hari sebelum diputuskan operasi tidaknya, hal ini karena bapak bisa buang air besar dan bisa buang angin, jadi gejalanya tidak cocok dengan ileus yang membutuhkan bagian bedah. Kemarin pagi, tim dokter datang (satu persatu), dokter internist tetep geleng kepala karena kembung ga kunjung berkurang. Dokter bedah bilang ga perlu operasi karena bisa ke belakang dan bisa buang angin, jadi pasti bukan ileus. Dokter paru bilang kondisi paru bapak baik-baik seandainyapun perlu operasi, tapi dari gejalanya juga bukan ileus. Dokter urologi datang dan bilang bapak udah bisa lepas infus dan mulai latihan jalan saja supaya merangsang gerakan usus. Semakin sore kabarnya semakin baik, tapi pertanyaan tetap sama: bapak sakit apa sih? kenapa kembung tak hilang juga?

Setelah tim dokter membuat perasaan tenang (walau kembung tak bisa bikin tenang), bapak bisa tidur dan tiba-tiba bapak terbangun karena perutnya bergejolak. Maaf kalau agak menjijikkan ceritanya, tapi gejolak perut itu diikuti dengan “ledakan” mengeluarkan penyakitnya. BAB kali ini berbeda dari yang sebelumnya, volumenya banyak dan kali ini perut bapak mulai terasa longgar, tidak lagi mengencang dan tidak lagi begah. Kalau saya dan mamak bilang: penyakitnya keluar. Tapi tetep ga tau nama penyakitnya apa. Tidurnya juga udah lebih nyaman, dah bisa mulai bercanda. Harapan saya bapak memang sudah dalam masa pemulihan (walaupun angin di perut belum keluar sempurna).

Hari ini dokter penyakit dalam keliatan mukanya lebih berseri karena walau misteri tidak terpecahkan, tetapi kondisi bapak semakin menjanjikan. Dokter kembali lagi menyarankan lepas infus dan mulai mobilitas biar ususnya bisa bekerja lebih baik katanya.

Anyway, saya berterimakasih untuk semua teman dan kerabat yang sudah ikut mendoakan bapak dan berharap tetap mendoakan sampai bapak pulih seperti sedia kala. Jika Anda dokter yang mungkin membaca tulisan ini, mohon dikoreksi jika saya salah menggunakan istilah. Jika Anda pernah punya pengalaman sakit yang sama dan tau namanya, sudilah memberi pencerahan untuk perawatan dan pengobatan. Buat para dokter, kira-kira bapak saya sakit apa ya yang bikin dia opname sampe 10 hari lebih kali ini dengan perut gembung walaupun lancar ke belakang dan buang angin, dan entah kenapa mulut dan lidahnya terasa kering terus menerus.

Tulisan ini saya coba seringkas mungkin untuk menjawab pertanyaan teman dan kerabat yang bertanya bapak sakit apa, untuk menjelaskan komplikasi yang terjadi. Saya ga tahu nama sakitnya, dokter di sini pun nggak kasih tau nama sakitnya apa (atau mungkin tidak memberitahu kami). Yang pasti setelah masalah kembung ini berlalu, masih akan ada urusan untuk prostat, kalau untuk paru sih yaa tetep aja bakal begitu-begitu aja.

Pelajaran selama di Medan

Beberapa hari ini saya dan suami pulang kampung karena bapak saya sakit. “Sakit apa?” itu pertanyaan yg paling sering ditanyakan, tapi saya ga bisa kasih jawaban tepat selain komplikasi. Bahkan dokter ahli yang menangani sudah ikut bingung.

Ada beberapa dokter ahli yang turun tangan, mulai dari ahli paru, ahli jantung, ahli pencernaan, ahli bagian dalam dan ahli urologi dan ahli bedah juga. Semua dokter ahli tersebut bukan baru lulus kemaren, tapi sudah menangani banyak pasien sebelumnya, toh mereka bingung memberikan diagnosa yang tepat untuk penyakit bapak. Kalau dokter sudah bingung apa yang bisa dilakukan selain berharap dan berdoa supaya pengobatan apapun itu merupakan yang terbaik?

Kadang ditengah kebingungan, rasanya pengen protes atau ngomel, terus Joe bilang: inilah contoh dimana kita berharap orang lain melakukan yang terbaik di bidang pekerjaannya, sementara kebanyakan kita sendiri sering tidak sungguh2 melakukan pekerjaan kita. Pelajaran pertama buat saya, membuat saya malu hati dan bertnya pada diri sendiri: sudahkah yg terbaik kulakukan dalam tiap hal?

Keanehan berikutnya di rumah sakit ini sepertinya gak ada koordinasi antara dokter dan dapur dan mungkin ga pake konsultasi dengan ahli gizi. Bayangkan saja, orang sakit pencernaan diberi makanan keras (Roti, nasi biasa dsb) padahal bubur saring aja blum tentu bisa dimakan. Hmmh… Ya harus kreatif akhirnya nyari makan sendiri.

Pelajaran kedua soal membagi berkat. Saya merasa berkat Tuhan sangat melimpah buat kita semua. Kami bisa mengunjungi bapak dan ikut membantu mama juga karena berkat dari Tuhan. Tetapi tetap saja saya masih meminta berkat berupa kesmbuhan bapak. Karena di Medan saya naik becak seringkali saya tawar menawar dan kadang saya terlalu pelit. Joe bilang: kita dikasih berkat udah banyak dan masih minta kesembuhan, tapi kita ga mau berbagi berkat sedikit saja ke tukang becak. Ah sekali lagi saya jadi malu hati. Memang kadang2 kita perlu diingatkan ketika kita mengalami kesusahan, supaya pelajaran seperti ini tetap diingat sepanjang hidup.

Anyway, hari ini Joe pulang ke chiang mai, saya tetep tinggal sementara sampe bapak membaik. Rencana operasi juga masih ga tau kapan. Saya hanya bisa berdoa dan berharap Tuhan sembuhkan bapak dan masih ada yang tetap mengingatkan saya.

Awal Merajut

Banyak orang yang terheran-heran kenapa saya tiba-tiba rajin merajut dan menjahit. Mereka yang pada umumnya mengenal saya sebagai orang yang tidak pernah peduli dengan hal-hal lain selain buku pelajaran. Ada lagi yang mengenal saya sebagai seorang lulusan s1 dan s2 itb. Rasanya sejak kecil saya lebih berprestasi dalam bidang akademis daripada menunjukkan bakat dalam bidang keterampilan.

Oh ya sebenarnya saya tidak terlalu suka menuliskan terlalu detail dengan kehidupan saya di Internet. Saya lebih suka kalau orang melihat hal-hal yang menyenangkan yang terjadi pada saya daripada saya berbagi hal menyedihkan. Buat saya, setiap orang punya masalah masing-masing, saya tak ingin menambah masalah orang lain. Ya memang sih bercerita tentang masalah bisa membuat lega, tapi untuk bercerita tentang masalah saya pilih bicara kepada sahabat-sahabat saya dari hati ke hati. Lanjutkan membaca “Awal Merajut”