Menjelang hari lebaran

Hari terakhir puasa, hari menjelang lebaran merupakan hari yang spesial buat umat yang merayakannya. Walaupun Joe dan saya tidak merayakan lebaran, tapi buat kami hari ini juga merupakah hari yang spesial. Kalau mengikuti kelender hijriah, hari menjelang lebaran sekitar 5 taun yang lalu merupakan hari dimana saya dan Joe berangkat ke depok bersama-sama naik bis umum, lalu dengan malu-maluinnya saya mabuk di jalan (padahal saya jarang sekali mabuk di jalan). Joe pulang ke rumah orangtuanya, saya ke rumah sepupu saya yang keesokan harinya akan berulang tahun. Menjelang maghrib Joe dan saya jadian.

Setelah sebulan umat muslim berpuasa yang otomatis sebulan Joe dan saya makan siang bareng. Selama sebulan kami berkenalan secara intensif (sebelumnya cuma kenal sebagai rekan kerja dan satu jurusan). Ya bisa dikatakan cukup intensif, karena obrolan dengan Joe selalu terasa berkualitas. Setelah bertahun-tahun mengenal Joe, rasanya kami tidak pernah kehabisan bahan obrolan. Obrolan berkualitas itu tidak berhenti selama sebulan saja. Sampai hari ini kami masih sering mendiskusikan berbagai hal yang tidak terbatas pada bidang informatika.

Selamat merayakan lebaran buat umat yang merayakannya. Ijinkan saya meminjam penanggalan kalendar hijriahnya untuk merayakan hari saya jadian dengan Joe 🙂 .

Lain di Tulis Lain di Hati

Tadinya mau minjem judul lagu Rano Karno yang ini, tapi ga jadi soalnya yang dibahas bukan apa yang keluar dari mulut tapi apa yang ditulis dari jari. Masih agak nyambung dengan tulisan sebelumnya. Pertanyaan saya adalah, kalau orang yang lain di bibir lain di hati ini masuk kategori bohong, kalau lain di tulis lain di hati termasuk kategori apa yah?

Hari ini, saya menerima banyak feed baru di Google Reader saya. Sebagian besar feed dari blog friendster yang baru diupgrade. Tulisan yang masuk sebenarnya tulisan-tulisan yang sudah lama. Tapi membaca kembali tulisan teman-teman saya, membuat saya ingat dengan beberapa hal yang terjadi yang terkait dengan tulisan mereka. Saya jadi teringat dengan percakapan saya dengan Joe. Joe pernah bilang, ada baiknya kita menuliskan apa yang benar-benar kita rasakan dalam tulisan kita (terutama saat-saat menyenangkan). Sebagai pasangan, mungkin akan ada masa-masa yang tidak terlalu menggembirakan, dan ketika kita membaca tulisan dari pasangan kita, bisa membuat hati lebih gembira. Setidaknya apa yang dituliskan saat itu adalah apa yang dirasakan dengan jujur.

Membaca postingan lama, bisa membuat teringat dengan peristiwa yang terjadi di masa tulisan itu dituliskan. Yang saya tidak mengerti, bagaimana kalau yang dituliskan itu berbeda dengan apa yang sebenernya dirasakan di hati saat menuliskan? Perasaan apa yang akan diingat ketika membaca tulisan yang berbeda dengan yang ada di hati?

Tentang Ngeblog dan Identitas

Kemarin saya ngobrol dengan seorang teman yang dulunya juga rajin ngeblog (tapi sayangnya sekarang dia lebih suka ngeplurk). Dari obrolan kami itu, saya jadi menyadari satu hal, tujuan saya ngeblog bukan untuk sesuatu yang arahnya keluar (misalnya popularitas, mengundang orang untuk komentar, mencari uang dari tulisan-tulisan saya dengan memasang iklan dsb).

Kalaupun toh di blog ini ada segelintir iklan adsense, ada sesekali promosi tanpa bayaran, dan banyak kali protes atas apa yang saya rasakan, tapi semua itu bukan tujuan saya ngeblog. Tujuan ngeblog ya untuk menulis dan berharap ada sesuatu yang berguna dari tulisan kami untuk yang membacanya. Tidak terlalu penting ada yang membaca atau tidak, setidaknya Joe dan saya akan saling membaca tulisan satu sama lain. Tidak terlalu penting meminta orang harus meninggalkan komentar yang mana kadang-kadang tidak relevan dengan posting. Tapi tentunya komentar yang relevan akan ditanggapi.

Walaupun kami tidak terlalu mempromosikan tulisan-tulisan kami, tapi kami berharap tulisan kami selalu ada manfaatnya buat yang membaca, dan belakangan ini baru saya perhatikan, selain tulisan yang kadang-kadang diambil tanpa ijin, ada saja orang-orang yang nyasar ke tulisan kami yang lama dan meninggalkan komentar di sana.

Setelah sekian tahun ngeblog, saya mulai merasakan ada perubahan dalam gaya menulis saya. Saya juga mulai bisa memilih topik apa yang perlu ditulis dan tidak. Saya belajar untuk tidak menggunakan kata-kata yang tidak pantas dan tidak menuliskan dengan emosi yang berlebihan. Saya belajar mengungkapkan pikiran saya ke dalam bentuk tulisan melaui blog dengan kalimat yang dipikirkan terlebih dahulu sebelum mengetikkannya. Kalau dulu saya berpikir: ini blog saya, terserah saya mau nulis apa, tapi sekarang saya menyadari, ketika saya menulis di blog, tulisan saya dibaca oleh banyak orang dan saya harus bisa mempertanggungjawabkan tulisan saya. Ada kode etik dalam menulis blog, dan seharusnya juga, akan ada kode etik dalam mengomentari tulisan orang lain.

Well, kalau dulu saya pikir internet adalah sebuah dunia maya di mana setiap orang bisa saja menjadi orang lain, maka sekarang saya berpikir, walaupun internet seperti dunia maya di mana Anda bisa menjadi orang lain, tapi internet juga sudah menjadi bagian dari dunia nyata, di mana jati diri Anda yang sebenernya tetap bisa terungkap. Kalaupun ada orang yang merasa sangat pandai menyembunyikan jati dirinya yang sesungguhnya dan berusaha menjadi orang lain dari semua interaksi di internet (blog, jaringan pertemanan, mailing list) orang tersebut akan sangat lelah dalam kepura-puraannya, dan dalam satu titik akan kelihatan juga aslinya. Karena itu lebih mudah menjadi diri sendiri baik itu di internet maupun di dunia nyata.

Chiang Mai Aman

Sekarang ini di Thailand sedang ada pergolakan politik. Kemarin seorang teman mengsms dan menanyakan bagaimana keadaan kami di Chiang Mai dan apakah kami perlu mengungsi dsb dst. Jawabnya tentu saja tidak perlu. Semua masih aman terkendali. Apalagi kami jauh dari ibukota. Ada untungnya tinggal jauh di utara.

Kerusuhan yang terjadi saat ini mengingatkan saya pada masa reformasi di Indonesia. Waktu itu demonstrasi terasa sampai ke Bandung. Bahkan saya ikut-ikutan melongok ke lapangan Gasibu, sekedar ingin tahu mereka ngapain aja sih disitu.

Tapi kalau menurut beberapa teman yang domilisinya di Bangkok, sejauh ini Bangkok masih terkendali. Memang saat ini Bangkok dinyatakan siaga 1, tapi kerusuhan hanya terjadi di tempat tertentu, bahkan di Bangkok sendiri, hanya beberapa ruas jalan yang tidak aman, sisanya semua berjalan seperti biasa. Berbeda sekali dengan kerusuhan yang tejadi masa reformasi di Indonesia, yang imbasnya terasa sampai ke Bandung. Setidaknya, Thailand sudah pernah mengalami masa kudeta yang dianggap jauh lebih parah dibandingkan saat ini, dan kabarnya militer sudah menyatakan tidak akan ada lagi kudeta.

Ada 2 kubu yang saat ini bentrok, anti pemerintah dan pro pemerintah dan kebiasaan di Thailand adalah memilih kubu dengan warna. Tiap warna punya makna sendiri, jadi untuk amannya ya sudah pasti pilih baju warna putih. Entah kapan ini akan berakhir, tapi semoga saja semua segera berakhir. Walaupun dinyataka Chiang Mai aman, tapi rasanya memang tetap sedikit khawatir. Semoga semua bisa berakhir dengan baik, dan semua kembali seperti sediakala.

Pertanyaan tentang Kejujuran

Saya ingin bertanya, kalau Anda mengetahui ada teman Anda yang selama ini cukup Anda percaya ternyata tidak jujur untuk satu hal pada Anda, kira-kira apa yang Anda lakukan? Apakah Anda akan bertanya dengan baik-baik (berkomunikasi secara langsung ke orang tersebut) atau membiarkan saja hal itu seolah-olah tidak terjadi apa-apa?

Saya pribadi sangat tidak suka dengan orang yang tidak jujur. Dari beberapa pengalaman punya teman yang ketahuan tidak jujur pada saya, seleksi alam terjadi dan kami tidak berteman baik lagi. Seleksi alam yang saya maksudkan adalah, entah itu kami kehilangan kontak sama sekali atau dia sengaja menghilang dari kehidupan banyak orang.

Beberapa kali kasus tidak jujur yang saya temui, biasanya saya tanyakan langsung kepada orangnya. Beberapa orang mengakui ketidakjujurannya, tapi ada juga yang tidak mau malu karena tidak jujur lalu menutup-nutupi kebohongannya dengan kebohongan lain, yang ketika saya tau dia tambah parah bohongnya membuat saya tambah ‘marah’, dan akhirnya biasanya dia akan menghilang dari saya, karena mungkin malunya udah berlipat ganda dan tetap merasa dia tidak salah dengan ketidakjujurannya pada saya.

Ada yang bilang bohong dengan tidak mengatakan semuanya secara keseluruhan itu beda. Tapi dalam kasus yang saya maksud adalah orang tersebut benar-benar menyatakan hal yang tidak sebenarnya. Misalnya dia mengaku kalau dia orangnya jujur, padahal pada saat yang sama dia tengah berbohong soal kejujurannya (loh ini mah sulit dibuktikan).

Oke contoh nyata begini (ingat ini hanya contoh): seseorang mengaku sudah lulus tapi ga mau ikutan wisuda, saya menyalaminya waktu itu mengucapkan selamat, lalu belakangan saya tahu dari lebih dari 1 orang kalau orang itu belum lulus, yang benar adalah dia hampir DO dan dipersilahkan untuk lanjut di univ lain.

Sekian lama setiap berinteraksi dengan orang tersebut, saya pura-pura tidak tahu, lalu pernah sekali saya konfirm (sayangnya karena orag tersebut jauh saya hanya bisa tanya via e-mail) dan e-mail saya tidak pernah dijawab sampai sekarang.

Yang kadang-kadang membuat saya kesal adalah: orang tersebut mengaku-ngaku dia lulusan dari univ ternama (yg hampir menDO nya) di profilnya yang ada di situs pertemanan.

Saya tidak suka orang yang tidak jujur. Umumnya saya tidak akan tahan terus menerus dibohongi. Untuk orang-orang yang sudah tidak ada komunikasi dengan saya lagi, saya anggap mereka sudah memilih untuk tetap hidup dalam kebohongan itu.

Sekarang ini ada lagi seorang yang saya dapati tidak jujur, saya bingung sebenernya apa alasan orang tersebut tidak jujur. Dan saya sedang kehabisan ide bagaimana cara menanyakan baik-baik soal ketidakjujuran ini.

Orang-orang tidak jujur yang pernah saya temui dalam hidup ini kadang-kadang membuat saya mengambil kesimpulan yang terlalu general terhadap semua orang. Semoga saya tidak kehilangan kepercayaan kepada humanity.

Tujuan NgeBlog

Saya dan Joe sudah ngeblog dari bertahun-tahun yang lalu. Bahkan kami semakin dekat setelah sama-sama tahu kalau kami sama-sama ngeblog. Joe membaca arsip blog saya, saya membaca blog Joe (tanpa memberitahu tentunya) untuk mencari tau lebih banyak tentang satu sama lain. Dari situ saya bisa melihat pandangan-pandangan dia tentang banyak hal, dan sebaliknya.

Pada masa itu, blog belum sepopuler sekarang. Kami ngeblog untuk menuliskan apa yang kami pikirkan, rasakan dan juga untuk berbagi. Akan tetapi jaman sekarang, orang ngeblog sudah kehilangan orientasi sepertinya.

Lanjutkan membaca “Tujuan NgeBlog”

Duluan mana Telor atau Ayam?

Ini cuma tulisan iseng, bukan tulisan serius dan mohon jangan dipikirkan terlalu serius. Saya sering sekali dengar perdebatan antara telor atau ayam, mana yang lebih dulu ada.

Kalau jawabnya telor, orang akan tanya lagi lalu siapa yang mengeraminya. Kalau jawabnya ayam, orang akan tanya lagi, ayamnya dari mana kalau ga ada telor? Dan biasanya setelah itu semua orang akan manggut-manggut bingung karena merasa itu pertanyaan yang susah dijawab dan mungkin ga ada jawabannya.

Kalau saya ditanya pertanyaan itu, duluu sayapun terjebak berputar-putar mana yang lebih dulu. Tapi sekarang saya bisa dengan cepat menjawab dan cukup yakin. Tentu saja yang lebih dulu itu ayam, soalnya Tuhan menciptakan mahkluk hidup dan bukan menciptakan cikal bakal mahkluk hidup. Oh iya, kalau alphabetnya Thai juga ayam dulu baru telur.

Kalau ada yang ingin mendebat dengan berbagai alasan, ga usah dibahas deh mendingan, inikan pertanyaan buat lucu-lucuan aja. Seperti kata joker: Why so serious? 😛

Eh tapi jawaban saya itu serius sih hehehe..tapi emang jadinya ga lucu ya. Maaf deh kalau bikin lucu-lucuan jadi ga lucu 🙂