Beres-beres

Satu langkah itu sudah dilakukan, sebenernya belum bener-bener selesai, ada beberapa hal yang masih harus dibenahi. Tapi…setidaknya badai besarnya sudah berlalu. Sekarang tinggal beres-beres sisa badai 😀

Udah tau sih rasanya pasti menyenangkan, tapi tetep aja mau bilang: Jadi gini toh rasanya, hehehhee….

Next question: setelah ini apa? banyak lah, ga usah skrg di jawab. 🙂 Mendingan beresin semuanya dengan tenang dan mulai melakukan to do list yg dari dulu terhambat. 😀

Evaluasi lagi…

Barusan teringat untuk melihat lagi situs evaluasi yang saya sebutkan dalam posting sebelumnya. Ternyata ada banyak sekali orang yang komentar/memberi masukan untuk tidak menampilkan IPK maupun IP Semester detail setiap mahasiswa. Mungkin karena saran tersebut atau mungkin juga yang kemarin itu memang kesalahan teknis. Sekarang jika kita melihat informasi di sana tanpa login nilai IPK maupun IPSemester sudah tidak bisa dilihat lagi. Entahlah jika melihatnya setelah login, saya tidak punya username untuk login sih.

Tinggal selangkah lagi

Kemarin akhirnya kaki ini maju selangkah, setelah selama ini berlari ditempat ataupun terseok-seok berusaha mengangkat kaki untuk melangkah. Sekarang tinggal 1 langkah lagi untuk mencapai garis finish. Untuk mencapainya harus bisa melangkahkan kaki ini dengan mantap dan tanpa keragu-raguan maupun merasa berat untuk melangkahkannya. Satu langkah berarti setelah itu memulai lintasan yang baru. Kalau dipikir-pikir, kok hidup ini jadi kayak lintasan lari yang tidak ada habis-habisnya. Ada aja lintasan yang harus ditempuh disaat kita menyelesaikan lintasan sebelumnya. Ya iyalah ya, itu namanya hidup, kalau lintasan hidupnya abis itu namanya ga hidup lagi. Ah jadi ngelantur…Selangkah lagi, langkah yang menentukan untuk menyelesaikan lintasan yang satu ini.

Evaluasi berbasis nilai

Beberapa hari yang lalu saya diberitahukan seseorang mengenai sebuah situs yang berisi nilai -nilai mahasiswa perguruan tinggi se Indonesia. Sebenarnya bukan nilai detail, tapi kita bisa melihat dengan bebas (tanpa login) IP Semester dan IPK mulai dari semester 1 tahun 2002/2003 sampai nilai semester lalu. Mungkin belum banyak yang tahu mengenai situs itu, tapi mungkin juga sudah banyak. Dari komentar yang masuk ke situs itu, ada yang pro dan ada yang kontra mengenai mudahnya setiap orang melihat nilai orang lain.

Reflek pertama adalah melihat nilai sendiri (kebetulan masih mahasiswa), ada. Lalu saya berpikir, kira-kira apa gunanya nilai ini dipajang di internet?. Judulnya sih Evaluasi Program Studi Berdasarkan Evaluasi Diri, hmm…berarti situs ini ditujukan untuk mengevaluasi program studi yang ada di tanah air. Tapi…apa perlu sampai detail setiap mahasiswanya bisa dilihat nilainya? bahkan status lulus, keluar dan drop outnya juga bisa dilihat dari profil mahasiswanya. Evaluasi yang berdasarkan nilai-nilai mahasiswanya.

Memang, sampai saat ini, nilai merupakan parameter tunggal untuk mengevaluasi pendidikan. Buktinya, pelajar yang mengikuti ujian nasional, ditinjau kelulusannya berdasarkan nilai tertentu. Efek dari evaluasi berdasar nilai adalah semua pelajar dan mahasiswa akan berusaha supaya nilainya baik. Apalagi mungkin sekarang dengan dipajangnya nilai di internet, semua orang bisa tahu nilainya. Seingat saya, dulu..di kampus saya, membicarakan atau membandingkan nilai adalah sesuatu yang dianggap sakral, banyak yang merahasiakan nilai totalnya walaupun nilai permata kuliah bisa dengan mudah diperoleh di papan pengumuman. Pembagian kertas ujian juga diminta untuk tertutup oleh mahasiswa (mungkin malu supaya temannya tidak tahu). Lalu dengan adanya situs seperti ini, tidak ada lagi kesempatan untuk menutupi kebenaran (walaupun mungkin ada yang bilang nilainya tidak valid dan bukan yang terakhir). Lanjutkan membaca “Evaluasi berbasis nilai”

Playboy 3

Ditengah maraknya aksi melaporkan semua orang yang dianggap terlibat aksi pornografi dan pornoaksi, kemarin siang saya melihat majalan Playboy Indonesia edisi 3 mejeng di sebuah tempat penjualan majalah dan koran pinggir jalan. Yang terlintas pertama kali dalam hati adalah: wah beneran nih majalah Playboy? ga takut di demo ya?

Sepertinya sebentar lagi semua artis akan jadi tersangka, semua yang muncul di playboy bahkan yang pasang iklan ataupun bintang iklan yang ada dilaporkan. Sekarang ini bukan hanya gerombolan Playboy yang dilaporkan, tapi gerombolan putri Indonesia juga dilaporkan. Saya heran, kenapa sih rajin sekali melaporkan semua orang? Jadi kuatir menulis begini dianggap pro Playboy dan Putri Indonesia terus dilaporkan juga, udah ah 🙁

Gempa dan Tsunami

Ada beberapa berita yang membuat kaget waktu baca detik sore ini, pertama berita gempa di Jakarta dan Bandung (tapi tidak merasakan), dan berita Tsunami di Pangandaran maupun Ombak di Cilacap. Sepertinya trauma tsunami dan gempa sangat membekas dalam di negeri ini. Kapan pulihnya kalau belum yang satu selesai yang lain kena?. Sejauh ini belum ada berita yang pasti mengenai korban jiwa ataupun kerusakan parah, semoga tidak terlalu parah, sudah cukup banyak kesulitan di negeri ini, kenapa masih harus ditambah dengan adanya bencana. (When is enough is enough? Never?…sigh)

Wanita

Hari ini baca artikel di detik yang berjudul: PKS Godok Wacana Gerbang Kereta Khusus Wanita. Ada banyak hal yang langsung terlintas di benak saya membaca judul tersebut. Mulai dari yang positif tapi kebanyakan negatif. Wanita itu katanya lebih lemah dari pria, jadi perlu dilindungi (padahal kalau saja pria disuruh mengalami apa yang dialami wanita, pasti mereka ga lebih kuat). Memang, kulit pria lebih tebal dan kasar sedangkan wanita kulitnya lebih halus, tapi itu lebih karena wanita diciptakan lebih indah dibanding pria.

Yang saya bayangkan begini: kalau ada kereta api khusus wanita, maka semua orang yang ada dalam kereta api adalah wanita. Bukan hanya penumpang wanita, tapi masinis sampai dengan tukang bersih-bersih harus wanita. Kenapa begitu? bayangan saya adalah sama saja dengan salon yang pernah saya datangi. Ada ruang khusus wanita di salon itu, dan bayangkan kerusuhan yang terjadi ketika seorang pria yang hendak mengambil handuk kotor masuk ke ruangan (ruangan khusus wanita ini biasanya lebih disukai oleh wanita yang mengenakan kerudung dalam kesehariannya). Lalu bayangkan kalau ditengah perjalanan terjadi masalah teknis, atau hal-hal yang tidak diinginkan, let say ada kejadian seorang wanita menjadi beringas dan hendak mendorong wanita yang lainnya keluar, jangan-jangan tidak ada yang berani melerai malah ada yang ikutan bantuin dorong, atau malah cuma bilang : “eh lihat, ada yang dorong-dorongan tuh”, atau yang mau nolongin malah ikut jadi korban. Saya tidak bilang wanita tidak mampu melakukan semua hal tanpa pria(justru pria yang tidak akan bisa melakukan semua hal tanpa wanita), tapi kemungkinan itu bisa saja terjadi.

Mungkin saya berpikir terlalu jauh, apa sih yang akan terjadi dalam ruang kereta api khusus wanita? Ada banyak hal yang mungkin saja terjadi, dan mungkin saja ada kejadian yang tidak baik. Pertanyaan berikutnya, apa yang akan terjadi kalau semua tempat saya datangi selalu diberi label khusus wanita? (demikian juga dengan khusus pria?). Kapan dan di mana lagi ada cerita “Perkenalan di Kereta”, atau “Pertemuan Pertama” (judul khayalan). Bayangkan kalau saya bersekolah di tempat yang khusus wanita, jangan-jangan akhirnya wanita hanya bisa bertemu pria ketika mereka dijodohkan dan orang yang pacaran tidak bisa melakukan kegiatan bersama (karena restoranpun dikhawatirkan menjadi khusus wanita atau khusus pria, tidak ada makan malam romantis dong :P). Yang lebih parah lagi, apa ga kuatir kalau dalam gerbong khusus wanita ada penyuka sesama jenis? Apakah mereka juga harus dibuatkan kereta khusus?. Lebih parah lagi karena wanita lebih sering ketemu wanita saja, jangan-jangan akan tambah banyak penyimpangan kecenderungan menyukai sesama tersebut (dan di kalangan pria juga akan terjadi hal yang sama).

Intinya, sesuatu yang seragam itu tidak selalu baik. Jangan beri kotak buat gender. Jangan terlalu menjadi pahlawan dan merasa wanita perlu di simpan saja dalam sangkar (bahkan yang terbuat dari emas sekalipun) untuk menjaga wanita. Wanita tidak selemah itu. Saya pribadi sebagai wanita tidak suka dalam komunitas yang terlalu banyak wanita (contohnya di kost saya). Terlalu banyak gossip, bisik-bisik tetangga, rasa curiga dan rasa-rasa lain yang lebih menguras emosi. Saya lebih suka di saat saya terlalu emosional ada pria yang bisa memberitahu saya untuk menggunakan logika daripada menggunakan emosi.