Kdrama: Chocolate

Kdrama Chocolate ini baru selesai tayang di Netflix hari Minggu lalu, sebelum lupa saya mau tuliskan sedikit review dan opini tentang drama ini. Seperti biasa, mudah-mudahan tidak ada spoiler, dan ya namanya opini sifatnya subjektif hehehe.

poster dari wikipedia

Drama sebanyak 16 episode ini awalnya saya mulai nonton karena judulnya. Saya pikir isinya akan berupa cerita seputar bikin coklat melulu, tapi ternyata saya salah. Coklat merupakan awal dari cerita cinta pasangan utamanya.

Cerita bergenre melodrama romantis ini sebenarnya bukan tipe drama yang bikin saya betah nontonnya. Dari beberapa genre sejenis yang pernah ditonton, saya paling tidak tahan melihat scene yang dilama-lamain dan sedih bukan kepalang. Tapi drama Chocolate ini, walaupun saya akui ada bagian yang berasa dilambat-lambatin, tapi ya masih menarik untuk dilihat karena biasanya pemerannya mikir sambil masak.

Teaser Chocolate dari YouTube The Swoon

Ada banyak jenis masakan yang ditunjukkan dimasak di drama ini, bukan cuma coklat doang. Kebanyakan makanan seperti lauk pauk gitu deh. Cara bercerita sambil tokohnya menyiapkan makanan ini cukup menarik, mulai dari mengupas, mengiris, mencuci, urutan memasukkan bahan-bahan ke dalam panci ataupun kuali sampai dihias di atas piring untuk disajikan. Ini bukan acara master chef, bukan juga acara masak memasak, tapi ya tampilan makanan yang dimasak dan disajikan bisa bikin saya betah menonton drama melodrama ini. Makanan yang disebutkan bukan cuma ramen, atau jajangmyon, ataupun teokbukki yang sering disebut-sebut di drama lain saja. Tapi saya lupa nama-namanya hahaha.

Setting lokasi cerita ini ada beberapa tempat. Ceritanya juga berusaha menceritakan dari kisah pertemuan pertama tokoh wanita dan prianya. Cerita 2 episode pertama kita harus memperhatikan tahun peristiwanya, karena ada bagian ceritanya maju mundur.

Garis besar ceritanya seorang anak perempuan yang kelaparan diundang makan oleh seorang anak laki-laki baik hati yang senang membantu ibunya memasak. Anak ini juga senang memasak coklat dan punya keahlian masak, jadi setelah pertemuan pertama itu, si anak ini mengundang teman barunya itu untuk datang lagi makan coklat shasha. Tapi karena satu dan lain hal, mereka tidak bisa bertemu lagi di hari yang dijanjikan. Si anak laki-laki pindah ke kota besar dan menjadi seorang dokter ahli saraf, sedangkan si anak perempuan memilih jadi chef karena terkesan dengan makanan yang disajikan di restoran si anak laki-laki itu. Tujuan jadi chef nya juga karena ingin bisa memasak coklat shasha.

Setelah bertahun-tahun kemudian, dengan berbagai kesedihan yang terjadi dalam kehidupan masing-masing, akhirnya mereka bertemu kembali. Tapi tentu saja mereka tidak langsung saling mengenal. Pertemuan pertama itu hanya sebentar, dan mereka hanya saling berkenalan nama. Dengan banyakan peristiwa yang terjadi dalam hidup masing-masing, sebenarnya agak aneh kalau mereka langsung mengenali satu sama lain.

Cerita dalam drama ini mengambil tempat di Greece juga selain di Korea. Ceritanya, si cewe belajar masaknya di Greece. Salah satu daya tarik drama ini selain penyajian makanannya ya pemandangan alamnya.

Kalau didaftarkan di sini, banyak sekali kesedihan yang dihadapi 2 tokoh utama ini. Proses mulai dari pertemuan pertama, sampai mereka menyadari siapa satu sama lain juga lama banget. Ceritanya juga sebenarnya klise banget, kisah cinta pertama dari sejak kecil dan itu hasil pertemuan sekali saja. Terlalu mengada-ngada ya sepertinya. Tapi ya, namanya drama (ini kalimat yang akan sering ada kalau ngomongin drama), saya kagum dengan kemampuan penulis membuat rangkaian kesedihan dalam kehidupan 2 tokoh utama sambil memikirkan menyajikan pemandangan alam yang indah dan makanan yang terlihat menarik.

Endingnya gimana? apakah mereka akhirnya bersama? Ada kisah cinta segitiganya gak? atau ada nenek sihir jahatnya gak? eh emang ini cerita apaan sih pake nenek sihir segala, ini bukan kisah Hansel dan Gretel. Tapi seperti semua drama, pasti adalah orang jahatnya. Bagian yang ini bisa ditonton sendirilah. Kalau gak suka dengan klise nya, coba liat makanannya deh. Kalau gak suka makanannya, ya udah ga usah ditonton hehehe.

Ada banyak pesan kehidupan juga dalam drama ini, apalagi karena salah satu settingnya adalah rumah sakit untuk pasien-pasien yang penyakitnya sudah tidak bisa disembuhkan lagi. Rumah sakit itu lebih untuk membantu pasien supaya tidak terlalu menderita di masa akhir hidupnya. Setting lokasi rumah sakit ini yang bikin makin terasa melodramanya. Kalau gak suka melodrama, gak suka makanan, gak suka klise cinta pertama, ya udah cari drama lain, ada banyak kok hehehe.

Dengan berakhirnya drama ini, saya perlu mencari drama baru yang masih tayang untuk ditonton. Ada yang mau kasih rekomendasi?

Udah Ikut KLIP Belum?

KLIP singkatan dari Kelas Literasi Ibu Profesional. Program KLIP 2020 masih seperti tahun 2019 merupakan wadah untuk melatih konsistensi menulis setiap hari selama setahun. Tapi tenang saja, kalau belum ibu-ibu juga boleh gabung kok, tapi memang program ini khusus untuk perempuan.

Mungkin ada yang akan berpikir: aduh nulis tiap hari? mana sempat, banyak urusan lain yang perlu dilakukan, dan mau nulis apa tiap hari? Katanya kan gak baik kalau semua dituliskan di media sosial? Ntar ada orang kepo yang jadi tahu informasi detail kita dan disalah gunakan. Bahaya ah nulis tiap hari, pusing ntar nyari topiknya. Ini salah satu pikiran saya sebelum saya menantang diri sendiri menulis tiap hari.

Tapi program KLIP ini beda. Tidak ada keharusan menulis topik tertentu, kita yang membatasi diri kita di mana kita ingin posting. Tujuan utamanya ya membuat kita membiasakan menulis. Kita yang membatasi informasi apa yang mau kita bagikan ke publik atau cuma dituliskan di googledocs yang hanya bisa dilihat admin. Atau bahkan kalau nulis di diary lalu di foto dan fotonya saja yang diupload ke google doc juga bisa kok. Tidak suka menulis? ya mungkin grup ini bukan buat Kamu kalau gitu hehehe.

Terus kenapa harus setoran sih? kan kadang-kadang ada yang rajin aja gitu nulis tiap hari, tapi suka lupa untuk menyetorkan tulisan. Yaaa kalau gak disetorkan ke dalam form, gimana caranya mbak-mbak pengurus tau kalau kita nulis atau nggak? Makanya kita cuma perlu setor 1 kali sehari. Buat yang tiba-tiba rajin nulis 10 tulisan dalam 1 hari, ya setorannya 1 tulisan per hari dalam 10 hari ke depan juga boleh. Asal jangan menyetorkan tulisan yang sama dalam 10 hari ya (walaupun ini tidak disarankan hahaha).

Walaupun kita disemangati untuk menulis tiap hari, tapi sebenarnya target minimum itu 10 tulisan perbulan. Berarti rata-rata bisa menulis 1 tulisan per 3 hari. Kalau ada bulan yang nggak bisa nulis 10 tulisan gimana? ya tidak apa-apa juga, coba lagi bulan depannya. Dalam setahun usahakan aja bisa nulis 10 tulisan/bulan selama 7 kali. Artinya paling tidak sepanjang 365 hari, kita sudah menulis 70 tulisan.

Tulisannya harus ada batas minimum jumlah katanya nggak? jawabnya nggak. Tulisannya juga bebas kok, bisa berupa puisi atau bahkan status facebook. Pokoknya nulis! Kembali ke kita sendiri, puas gak kalau nulisnya cuma 2 kalimat? Biasanya sih, mulai aja nulis 1 paragraph, nantinya ide untuk paragraph berikutnya pasti berdatangan, dan tiba-tiba kita gak bisa berhenti hahaha.

Mungkin akan ada yang berpikir: ah bulan Januari udah gak bisa 10 tulisan lagi, ga jadi ikut ah, tahun 2021 aja ikutannya. Jangan salah, tahun 2020 masih ada 11 bulan lagi kalau pun Januari tidak bisa nulis minimum 10 tulisan. Mulai aja nulis, biasakan dari sisa bulan Januari ini, dan menyiapkan diri untuk menulis tiap hari di bulan Februari. Grup KLIP masih menerima pendaftaran sampai bulan Maret 2020 untuk program tahun ini.

Satu hal yang paling saya tunggu-tunggu dari grup KLIP ini adalah WAGrup nya. Khusus Januari ini memang belum ada WAG nya, tapi kalau bulan ini berhasil nulis minimum 10 tulisan, bulan depan bakal bisa gabung di WAgrupnya. Nantinya, tiap bulan akan disaring lagi untuk bulan berikutnya. Kalau bisa konsisten tiap bulan nulis minimum 10 tulisan, artinya bakal bertahan terus di WAGrupnya.

Ada apa di WAGrup KLIP? Ada banyak teman-teman yang sama-sama berjuang melatih konsistensi menulis. Akan ada yang setiap hari bertanya-tanya mau nulis apa hari ini ya (ini sih saya biasanya). Ada juga berbagi informasi perlombaan menulis, atau bahkan bisa ada sesi tanya jawab dengan teman sesama anggota yang sudah menerbitkan buku. Dan tentunya ada yang jadi cinderella alias buru-buru nulis menjelang tengah malam untuk disetorkan (ini juga saya hahaha).

piagam dari KLIP – bisa begini berkat WAGrupnya hehehe

WAGrup ini sifatnya tidak wajib kok, kalau misalnya ada yang merasa hp sudah kebanyakan WAGrup dan tidak ingin gabung walaupun berhak masuk, ya tidak masalah juga. Tahun 2019 saya berhasil konsisten menulis tiap bulan juga berkat WAGrup KLIP. Setelah setahun bersama-sama dengan teman-teman KLIP, saya merasa Januari ini agak berat karena terasa ada yang hilang dari kebiasaan bikin ribut di WAG hehehe.

Bulan ini saya sudah mengamankan target menulis, supaya bisa masuk WAG di bulan Februari. Ayoo yang udah gabung KLIP dan belum 10 tulisan, semangaaat, masih ada 9 hari ke depan untuk mencapai target minimum. Untuk yang belum bergabung, bisa baca-baca informasi lengkapnya di FB Grup KLIP dan di tulisan ini dan siapkan diri untuk ikuti tantangan menulis bersama-sama kami.

Oh ya, mungkin akan ada yang bertanya-tanya: tantangan menulis ini ada hadiahnya apa? Hadiahnya tentu saja kepuasan pribadi dan teman-teman baru sesama penggemar literasi. Karena selain tantangan menulis, tahun 2020 ini ada tantangan membaca buku juga. Lalu ada kesempatan untuk memilih tulisan yang kita anggap terbaik dari minggu sebelumnya. Dengan berbagi link di grup, berarti juga menambah pembaca blog kita (kalau yang menulis di blog). Yuk yuk ditunggu ya untuk latihan konsistensi menulis bersama KLIP.

Baca Buku: Dilan 1990

screen capture cover dari aplikasi ipusnas

Dalam rangka memaksa diri membaca buku. Kemarin ingat lagi buat buka aplikasi ipusnas setelah sekian lama gak dibuka. Setelah melihat-lihat sekian lama dan tidak ada buku yang menarik untuk dibaca, eh tiba-tiba liat buku Dilan ini. Jadi ingat, buku yang sudah difilmkan ini pernah ramai dibicarakan di grup.

Kesan pertama: eh ini buku diceritakan dengan sudut pandang seorang gadis SMA kelas 2 dengan setting tahun 1990 di Bandung. Karena pernah tinggal di Bandung, beberapa tempat yang diceritakan bisa dibayangkan. Tapi karena di Bandungnya bukan masa SMA, jadi gak bisa juga bayangkan kehidupan anak SMA di Bandung seperti apa.

Gaya bahasa di buku Dilan ini terasa aneh buat saya. Karena sudah pernah menonton filmnya sekilas, jadi kebayang sih cara Milea dan Dilan berbicara (walaupun sudah lupa wajah-wajah pemerannya). Waktu menonton Dilan juga saya sebenarnya agak geli dengan gaya bahasanya. Tapi waktu itu saya tonton juga buat sekedar tahu hehehe.

Mungkin karena masa SMA sudah lama berlalu, agak sulit menerima kegombalan Dilan. Kalau saya jadi Milea, dari pertama Dilan datang mendekati dengan motornya, pasti saya udah lari menjauh. Waktu tau Dilan anak geng motor ataupun suka melawan guru, pasti saya bakal lebih gak suka lagi.

Waktu ada cerita ternyata Milea sudah punya pacar di Jakarta, nah ini kok saya makin gak suka dengan Milea. Jelas-jelas Milea ini tipe wanita gak setia (ups banyak yang protes gak ya hahaha). Beni, pacar Milea yang di Jakarta juga sepertinya bukan pemuda yang oke. Tipe cemburu buta tanpa bertanya, dan kata-katanya kasar. Saya setuju Milea putusin tuh Beni. Eh tapi karena Milea tidak pernah ceritakan apa yang bikin dia suka dengan Beni, saya tidak bisa menilai lebih banyak selain yang diceritakan Milea saja. Beni itu digambarkan kasar omongannya. Cowok kasar dibandingkan dengan cowok gombal seperti Dilan, tentu saja anak SMA bakal kesengsem sama yang pintar bermain kata.

Terlepas dari jalan ceritanya, betapa Milea lebih memilih Dilan si anak geng motor dibanding teman sekelasnya yang pintar, atau guru les nya yang anak ITB, cerita Dilan ini menarik karena ditulis oleh pria dengan mengambil sudut pandang wanita anak SMA pula. Sepertinya kisah ini terinspirasi dari kisah nyata. Bisa jadi penulisnya sebenarnya menggambarkan Dilan sebagai dirinya di masa SMA.

Saya tahu buku Dilan ini ada lanjutannya. Tapi saya kurang ingin cari tahu kelanjutan kisah Milea dan Dilan apakah bahagia selamanya atau cuma sampai di situ saja hehehe. Saya malah kepikiran, kira-kira berapa banyak anak SMA yang terinspirasi memberikan hadiah buku teka-teki silang yang sudah diisi ke pacarnya dengan alasan: supaya kamu gak pusing mikirinnya. Atau berapa banyak anak SMA yang malah jadi pengen pacaran dengan anak geng motor karena berharap mereka seperti Dilan?

Buat saya, Dilan itu tetap bukan tokoh ideal. Walaupun kata-katanya gak kasar, tapi dia suka main kekerasan (berantem dengan guru dan sibuk mengatur penyerangan geng motor buktinya). Kalau masih SMA suka kekerasan, gimana nanti besarnya?

Dari keseluruhan cerita itu, yang paling saya suka ibunya Dilan. Saya tapi tetap gak mengerti ibunya Dilan yang diceritakan seorang guru juga, ibu yang baik dan lembut begitu bisa membiarkan anaknya ikut geng motor. Ah namanya juga cerita ya, lebih baik dinikmati saja. Diambil baiknya dan belajar untuk menghindari yang gak baiknya.

Kdrama: Crash Landing on You

promotional poster dari TvN

Biasanya saya menuliskan review drama setelah dramanya selesai. Tapi biasanya juga kalau sudah selesai mood menulisnya hilang. Jadi mumpung lagi kepikiran, yuklah dituliskan aja sekarang. Tulisan kali ini seperti biasa akan saya usahakan tanpa spoiler dan bukan review. Tulisan ini masih ngomongin drama ini secara umum. Besok-besok kalau rajin ditulis review yang mungkin bakal ada spoilernya hehehe.

kredit: @ahpheng8 – biar gak nonton drama mulu, sesekali nonton yang hanya ada 2 episode seminggu

Drama Crash Landing on You (CLOY) ini baru ditayangkan 10 episode dari rencana 16 episode. Drama ini tayang setiap Sabtu dan Minggu jam 21.00 KST di TVn atau bisa diikuti di Netflix hari yang sama jam 21.00 WIB.

Fakta-fakta tentang drama ini

Drama ini mulai produksi sejak akhir Juli 2019 dengan pembacaan skrip untuk pertama kalinya, dilanjutkan dengan syuting mulai akhir Agustus di Swiss dan Mongolia selain di Korea. Keindahan alam Swiss menjadi salah satu daya tarik dari drama ini.

Teaser Netflix, Sumber Youtube The Swoon

Waktu membaca ringkasan cerita drama ini, saya agak merasa tidak masuk akal dan mengada-ada. Cerita bergenre komedi, romantis tapi belakangan semakin melodrama. Ekspektasi saya sih ceritanya akan ringan, ternyata cukup membuat penonton merasakan roller coaster emosi yang mana seperti ungkapan ngis ngis ngis gula jawa, habis nangis ketawa-tawa terus abis itu nangis lagi hahaha.

Ceritanya berkisah tentang seorang wanita pengusaha sukses dan kaya yang melakukan paragliding untuk uji coba produk perusahaannya. Langit yang cerah tiba-tiba menjadi gelap dan ada tornado yang menerbangkan berbagai hal termasuk sapi dan traktor yang berat. Ajaibnya, si wanita ini selamat dan hanya nyangkut di pohon saja.

Netflix Trailer, sumber: Youtube The Swoon

Wanita ini ditemukan oleh seorang berpakaian militer yang ternyata sedang bertugas menjaga garis perbatasan antara Korea Selatan dan Korea Utara. Anggota militer ini seorang kapten dari Korea Utara yang jagoan menjinakkan bom dan karakternya selalu mengikuti aturan yang berlaku. Kapten yang seharusnya mengikuti aturan ini ternyata tidak sampai hati melaporkan wanita yang mendarat tak sengaja, dan akhirnya malah menyembunyikan wanita itu dan berusaha membantunya untuk bisa kembali ke Korea Selatan.

Dalam usahanya membantu memulangkan si wanita, si kapten dan si wanita jatuh cinta. Misi utama drama ini adalah mengaduk-aduk perasaan penonton yang tadinya bilang: aduh ini cerita gak masuk akal sekali, menjadi ikut hanyut dan galau gimana ceritanya biar mereka mendapatkan akhir yang bahagia selamanya karena situasi politik kedua negara tersebut tidak memungkinkan mereka bersatu (masalah beda suku atau orangtua gak setuju karena beda level kekayaan lewatlah kalau udah urusan politik begini).

ratingnya naik setiap episodenya

Oke, setelah 2 episode pertama, penonton sepertinya memaafkan cerita awal yang tidak masuk akal. Kita terima sajalah keajaiban di mana si wanita masih hidup walau terbawa tornado. Namanya juga drama! Episode pertama yang mulai tayang 14 Desember 2019 ini mendapat respon positif dengan rating yang cukup tinggi dibandingkan drama-drama lain yang tayang di TV Cable. Apa sih yang bikin penonton tertarik menonton drama ini?

Promosi yang sangat gencar

Sejak pemeran utama pria dan wanitanya ditawari untuk main di drama ini, pemirsa sudah ramai membicarakannya. Kenapa? karena yang dipilih untuk menjadi pasangan utama dari drama ini baru saja main bareng di film Korea The Negotiation. Kabarnya setelah selesai main bareng di tahun 2018, mereka memang menyatakan ada keinginan untuk kerjasama bareng lagi. Gak pake lama, dapat tawaran main bareng di tahun 2019 dan mereka konfirm jadi pasangan utama di drama ini.

Promosi-promosi berikutnya sebenarnya sudah bisa ditebak dan hampir selalu terjadi dengan produksi drama-drama lainnya. Misalnya foto ketika pembacaan skrip pertama, ataupun ketika mereka akan berangkat untuk syuting di Swiss dan Mongolia.

Sebelum penayangan episode pertama, mereka mengadakan press conference dan beberapa video interview dari pemeran utamanya. Hal ini juga dilakukan oleh drama yang lain. Tapi untuk drama lain yang juga tayang di Netflix, biasanya pemeran utamanya akan main Jenga. Setelah 10 episode ditayangkan, video main Jenga belum ada release. Eh tapi jangan salah selain video Behind The Scene (BTS) hampir setiap minggunya, mereka juga merelease ada banyak video lainnya yang menunjukkan interaksi pemain utama selain dalam drama, misalnya:

Chemistry dari Pemain Utama

Kalau mau melihat interaksi dari pemain utama pria dan wanita, bisa dicari dari video-video yang saya sebut diatas selain video wawancara mereka masa promosi film The Negotiation. Pemain utama yang seumuran dan memang sudah saling mengenal lama ini ngakunya berteman baik dan merasa nyaman satu sama lain.

Seperti yang selalu terjadi dengan pasangan utama drama manapun, namanya fans pasti deh bakal banyak yang berasumsi kalau mereka bukan cuma teman biasa dan pasti pacaran. Gosip pacaran dari pemain utama pria dan wanita drama ini sudah ada sejak film sebelumnya, dan belakangan malah gosipnya mereka akan menikah selesai produksi drama ini. Tentunya gosip ini sudah dibantah oleh masing-masing management. Sejak 2018, mereka sudah digosipkan pacaran dan dibantah sebanyak 3 kali! Kalau ada gosip sekali lagi dapat gelas ya hahahaha.

Akting dari pemain pendukung dan Sutradara yang jagoan

Bukan cuma pemain utama dari drama ini yang aktingnya jagoan. Pemain pendukungnya termasuk yang tampil secara khusus juga semuanya terlihat menarik terutama untuk yang berperan sebagai warga Korea Utara. Kabarnya dialek dari Korea Utara ini tidak sama dengan Korea Selatan. Saya tidak tahu persisnya, tapi memang terdengar berbeda.

Pemeran pendukungnya membuat genre komedinya terasa sekali. Pemeran utamanya juga tidak melulu menggambarkan cerita romantisnya saja. Interaksi dari pemeran utama dengan pemeran pendukungnya membuat drama ini semakin menarik. Aktor dan aktris di drama ini semuanya punya ekspresi yang bisa berubah-ubah dan bikin ceritanya semakin menarik.

Penyajian cerita di mana ada tambahan di akhir drama untuk flashback atau menceritakan hal yang belum diceritakan membuat penonton harus benar-benar menunggu sampai semua tulisan kredit berakhir. Karena scene yang ada di akhir gak kalah penting dengan scene sepanjang cerita utama.

Jalan cerita yang cepat dan tidak selalu bisa ditebak

Sebelumnya, buat saya menonton drama itu ya random dan tidak perlu tahu siapa penulis ceritanya. Tapi kali ini saya jadi tahu kalau penulis cerita drama ini juga penulis yang sama dengan Legend of The Blue Sea dan My Love from Another Star.

Dari 2 drama tersebut, genrenya juga fantasi. Bedanya dengan CLOY ini, yang 1 kisah cinta dengan putri duyung dan yang 1 dengan Alien. Untuk fantasi dengan tokoh yang tidak nyata, ending dari cerita tentunya tergantung imajinasi penulis. Nah kalau yang sekarang ini ceritanya menyangkut negara yang memang ada. Kalau terlalu tidak masuk akal, nanti bisa-bisa diprotes sama pemirsa.

Sejauh ini, jalan ceritanya cukup cepat. Walaupun banyak yang terasa klise ala kdrama pada umumnya, tapi baru episode 10 saja yang terasa sangat lambat. Ini juga mungkin karena melodrama-nya terasa lebih banyak dan komedinya berkurang. Mereka perlu menceritakan latar belakang beberapa hal yang mendukung cerita selanjutnya. Kalau beberapa episode awal durasi tayangnya hanya 1 jam, belakangan ini durasi tayangnya hampir 90 menit.

Kesimpulan

Prinsip memilih kdrama untuk ditonton biasanya: kdrama itu harus happy ending! Hidup ini gak selalu happy ending, jadi maunya tontonan ya happy ending. Tapi ya, proses menuju happy endingnya itu seru juga buat diikuti. Beberapa hal kalaupun tidak masuk akal, ya namanya juga drama. Sedikit fantasi penulis diterima saja. Tapi kalau terlalu mudah atau terlalu klise juga rasanya tidak seru.

Sejauh 10 episode ini, penyajian cerita dan komposisi komedi dan romantisnya cukup seimbang. Semua scene juga terasa penting dan menjelaskan cerita keseluruhan. Di akhir beberapa episode, penonton dibuat tertunggu-tunggu karena ada bagian yang bikin bertanya-tanya: kenapa begitu?

Hal yang juga menarik dari drama ini adalah cara penulis dan sutradara menggambarkan kehidupan di Korea Utara. Saya yang sebelumnya tidak pernah kepikiran tentang konflik dua negara dan apa bedanya mereka jadi mulai tertarik mencari tahu berapa jauh kebenaran penggambarannya.

Mengikuti drama yang tayang setiap minggu ini sebenarnya ada plus minusnya.

Plusnya:

  • kita harus belajar sabar menunggu lanjutan episode selanjutnya dan gak bisa begadang karena nonton sampai pagi hehehe.
  • kita jadi bisa menebak-nebak kelanjutan ceritanya, secara ga langsung kita jadi berpikir dan bisa membuat alternatif kelanjutan cerita itu (proses kreatif kan haha).

Minusnya:

  • kadang-kadang kita harus menunggu 2 minggu karena produksinya belum sepenuhnya selesai, padahal kan udah penasaran ya.
  • beberapa orang mungkin tidak akan meneruskan menonton karena lupa dengan apa yang terjadi di episode sebelumnya hehe
kredit : @ahpheng8 – begini kira-kira ekspresi penonton kalau harus nunggu 2 minggu padahal ending episode 10 lagi seru-serunya hahaha

Udah penasaran belum dengan drama ini? Mumpung mereka lagi break minggu depan karena Imlek, yuk nyusul menonton 10 episode yang sudah tersedia. Kalau nontonnya setelah selesai 16 episode, biasanya kurang seru karena ada banyak spoiler di mana-mana. Drama ini lebih bisa dinikmati kejutan-kejutannya kalau belum melihat spoilernya sama sekali. Beda deh bikin roller coaster emosi ketika menontonnya.

Jalan-jalan ke arah Chiang Rai

Hari Sabtu kemarin, untuk memenuhi undangan menikmati makanan Nusantara dari seorang teman yang tinggal di antara Chiang Mai dan Chiang Rai, kami jalan-jalan dengan beberapa teman Indonesia lainnya. Berangkat dari rumah masing-masing dengan target makan siang di sana.

Dengan berbekal Google Map, kami mengetahui kalau perjalan sekitar 80 km itu akan ditempuh sekitar 1,30 jam. Kami belum pernah menyetir sendiri ke Chiang Rai. Kami pernah ke Chiang Rai bertahun-tahun lalu ikut mobil tour dan belum ada Joshua. Jadi bisa dibayangkan sudah berapa tahun yang lalu hehehe.

Sebenarnya, untuk yang biasa tinggal di kota besar, perjalanan 90 menit tentunya tidak ada apa-apanya. Tapi buat kami yang biasanya cuma jalan-jalan dalam kota, perjalanan ini lumayan terasa. Perjalanan kali ini terlaksana karena kami tidak mencari tahu lebih banyak informasi mengenai jalan ke arah sana dan berasumsi: ah cuma 80 km, harusnya sebentar juga sampai hehehe.

Siap berangkat

Kami berangkat setelah selesai sarapan dan mandi. Tidak buru-buru, karena tujuannya tidak terlalu jauh, dan jalanan sudah tidak terlalu ramai karena sudah bukan libur tahun baru lagi. Kami tidak membawa cemilan dan hanya sedia air minum saja di mobil, asumsi bisa berhenti kapan saja kalau lihat mini market hehehe. Ada beberapa tempat berhenti untuk ngopi ataupun membeli/memetik stroberi, tapi kami tidak berhenti karena tidak mau sampai terlalu siang.

Jalan lintas provinsi yang bagus dan lebar

Perjalanan 45 menit pertama terasa lancar dan jalanannya juga bagus. Oh ya, kota tujuan kami sudah berbeda provinsi dengan kota tempat tinggal kami. Jadi kami melewati jalanan antar lintas provinsi ke arah utara Thailand. Jalanannya lebar, pemandangannya juga hijau. Ada beberapa jalan yang berbelok dan agak naik gunung. Secara umum jalannya juga lebar.

Perjalanan 45 menit berikutnya (yang sebenarnya sudah hampir mendekati tujuan), ternyata ada beberapa titik perbaikan jalan. Perbaikan jalannya dibagi beberapa ruas. Jadi akan ada beberapa titik di mana jalannya masih diperlebar, atau masih belum diaspal, jembatannya masih diperbaiki, ataupun memakai jalan di sisi yang sama dengan arah ke Chiang Mai. Di kiri kanan jalan ada banyak mesin-mesin berat. Terlihat beberapa tempat tanah merah yang dikeruk, maupun batu-batuan yang dipecahkan.

Perjalanan selanjutnya akan diceritakan melalui foto-foto yang saya ambil sepanjang jalan.

Ada banyak peringatan memasuki area konstruksi dalam 2 bahasa
kelihatan gak, nantinya jalan ini ada banyak jalur
bagian jalan yang masih diratakan dan belum diaspal
jalan yang lama rusak karena terendam air
Jalannya masih dikerjakan tapi bisa dilalui dengan lancar
ada beberapa kilometer di mana jalannya masih kurang bagus, tapi semua petunjuk jelas
Melewati bangunan Mesjid di dekat hotspring Mae Kachan
Berhenti sebentar di hotspring buat mampir ke minimarketnya
Ada temple di sebelah hotspring.

Sekitar jam 12 kurang, kami sampai ditujuan. Bahagia banget melihat makanan yang sudah disiapkan oleh teman kami. Berasa pulang ke kampng halaman. Apalagi makannya duduk bersila pakai tikar. Menunya macam-macam. Menu utama Soto Ayam lengkap dengan empingnya, Sayur urap, kering tempe, bakwan, tempe goreng, ayam bumbu bali, ikan sambal pete, dan acar timun. Makanan cemilan juga ada kue kering dan bolu coklat untuk anak-anak. Aduh salut untuk teman kami yang memasak semuanya seorang diri. Kalau mbak itu tinggal di Chiang Mai, saya mau katering deh tiap hari hehehe.

Udah pasti lupakan diet untuk hari ini. Tidak pakai lama, semua asik menyantap makanan yang terhidang.

Selesai makan, ngobrol-ngobrol sambil mengawasi anak-anak main. Mereka senang karena rumah yang kami datangi ini bentuknya berbeda dengan rumah yang ada di Chiang Mai. Rumahnya berbentuk rumah panggung. Agak khawatir sih liat anak-anak main di balkon sambil melihat ke bawah, tapi untungnya tidak ada insiden yang mengkhawatirkan hehe.

Setelah makan banyak, ternyata kami masih dimasakin mpek-mpek. Yang masak asli dari palembang dan lampung. Walau kenyang, tentu saja masih ada tempat untuk makan mpek-mpek. Makanan ini tidak setiap hari tersedia di Thailand hehehe.

Foto bersama sebelum pulang – nasib tukang foto, gak ada dalam kamera

Sekitar jam 4, karena anak-anak sudah capek main (orang dewasa sudah kenyang makan), kami pun pamit pulang. Sebelum pulang tentunya bungkusin makanan bawa pulang hahahaha (aduh gak tau malu ya). Dan foto bersama. Anak-anak tidur di mobil dalam perjalanan pulang. Padahal waktu pergi mereka tidak tidur sedikitpun.

Tidur setelah capek main

Senang rasanya perjalanan hari itu. Mungkin kalau tau akan ketemu jalanan yang lagi banyak perbaikan, kami akan duluan menyerah sebelum berangkat. Tapi ternyata jalanan cukup lancar. Sebelum jam 6 sore kami sudah sampai di rumah.

Mungkin kalau jalanan sudah selesai perbaikannya, akan lebih lancar lagi dan jarak antara Chiang Mai dan Chiang Rai akan semakin dekat. Lain kali rencananya mau mampir di coffee shop, beli stroberi, main-main di hot spring Mae Kachan, atau sekalian mancing di kolam ikan dekat rumah teman kami itu. Bisalah dijadwalkan untuk lebih sering jalan-jalan kalau jalanan sudah bagus hehehe.

Review App: Foldify – Create, Print, Fold!

Aplikasi Foldify ini merupakan aplikasi yang tersedia di Appstore untuk ipad dan iphone. Kami membelinya sudah lama sekali, sejak Jonathan masih kecil dan Joshua belum ada. Kalau dari kategorinya, foldify ini untuk umur 9+, tapi sebenarnya untuk latihan mewarnai, menggunting dan melipat ya bisa dari umur berapa saja.

contoh-contoh template yang tersedia

Beberapa bentuk sudah tersedia dan diwarnai. Kita bisa print dan gunting, lalu dilipat dan dimainkan. Bentuk-bentuk tersebut ada versi kosongnya juga yang bisa kita print untuk diwarnai di kertas sebelum digunting dan dilipat, atau bisa mewarnai dengan aplikasinya juga.

Bentuk-bentuk yang masih “kosong”

Kalau kita memilih template yang kosong untuk diwarnai, kita akan mendapatkan bentuk 3 dimensi sebelum digunting dan dilipat. Dari halaman ini kalau langsung kita print, maka anak-anak bisa mewarnai dikertas. Tapi kalau kita ingin mewarnai dengan aplikasi, ketika kita mewarnai di sisi kanan, gambaran 3dimensinya akan langsung terlihat efek dari warna yang kita berikan.

template untuk diwarnai

Bentuk yang sudah kita warnai bisa kita upload, kirimkan ke e-mail, share di FB dan twitter ataupun simpan ke galeri foto.

pilihan untuk share hasil foldify

Kalau kita ingin langsung mengeprint ke kertas juga bisa, dengan catatan kalau ipadnya terkoneksi langsung ke printer. Kami sekarang ini masih memilih untuk simpan sebagai PDF dan kirimkan e-mail PDF nya. Ipad yang digunakan joshua sengaja tidak diinstal banyak hal, termasuk koneksi ke printernya.

pilihan untuk mencetak

Seperti halnya dengan mainan yang lain, ketika menemukan aplikasi baru, Joshua akan selalu memulai dengan ABC dan 123. Dia rajin sekali menyusun huruf-huruf dan memilih warna. Biasanya tidak semua kami cetak. Beberapa yang dicetak kami ajak dia untuk gunting dan lipat. Untuk urusan gunting dan lipat, sampai sekarang masih belum terlalu bisa.

Ukuran dari foldify yang dihasilkan juga bisa diatur. Kalau diperhatikan huruf-huruf yang sudah kami cetak, gunting dan lipat ada yang kecil dan besar.

Jonathan dulu lebih suka memilih bentuk-bentuk yang bisa dimainkan seperti bus. Pernah juga kami membuat pohon natal kecil dari 3 limas segi empat yang diwarnai hijau.

Sekarang ini, pembuat aplikasi foldify ini juga mengembangkan foldify dengan menambahkan beberapa template animal. Tapi karena harus beli lagi terpisah, kami belum membelinya. Aplikasi yang sudah dibeli dengan harga $3.99 USD ini masih cukup dimainkan dan belum perlu membeli yang berikutnya.

Untuk yang ingin melihat bagaimana contoh foldify bekerja, bisa dilihat di video-video yang ada di YouTube

sumber: https://www.youtube.com/watch?v=j-1j_oc7HF8
sumber: https://www.youtube.com/watch?v=gG6KGWbTM1c

Mungkin akan ada yang bertanya-tanya, apakah ada aplikasi sejenis versi androidnya? sayangnya sejauh ini kami belum menemukannya. Kalau ada yang tahu aplikasi sejenis foldify untuk android, silakan berbagi informasinya di komentar ya. Aplikasi ini cukup menyenangkan buat anak-anak, sekaligus bisa untuk mengajarkan bentuk 3 dimensi juga.

Kita Perlu Hobi

Saya ingat waktu masih SD, Saya sering mengisi buku biodata mengenai nama, tempat tanggal lahir, cita-cita, hobi, makanan kesukaan, minuman kesukaan dan lain sebagainya. Selain cita-cita, kita perlu juga punya hobi. Hobi ini tidak harus berhubungan dengan pekerjaan kita, dan tidak harus selalu menghasilkan duit, bahkan seringnya malah jadi sumber pengeluaran (tergantung hobinya). Saya tidak ingat dulu saya isi apa, karena sepertinya saya baru punya hobi itu setelah kuliah.

Mungkin dulu saya sering menuliskan kalau hobi saya itu membaca dan berenang. Tapi setelah saya ingat-ingat, waktu saya kecil, saya tidak punya banyak akses ke buku perpustakaan dan tidak rutin ke kolam renang. Tapi saya memang merasa senang sekali kalau dibawa berenang ataupun dijanjikan berenang. Nah kalau soal membaca buku, saya biasanya membaca buku pelajaran saja untuk mengerjakan PR dari sekolah hehehe.

Setelah agak besar, seperti kebanyakan orang, saya juga jadi hobi nonton TV. Ini hobi yang kalau kata kebanyakan orang hobi yang pasif. Tapi memang kadang-kadang menonton TV – bahkan belakangan menonton iklan, terasa menghibur karena gak perlu mikir, tinggal terima saja. Setelah kuliah dan punya penghasilan ekstra dari jadi asisten, saya pun jadi suka nonton film ke bioskop. Tapi berhubung nonton bioskop itu mahal, biasanya nonton itu kalau memang filmnya ramai dibicarakan, dan perginya ya ramai-ramai.

Di tulisan kali ini, saya ingin membahas hobi yang sifatnya lebih aktif dan bukan pasif seperti menonton. Joe itu punya hobi yang berkaitan dengan dunia pemrograman (mulai dari software sampai ke hardware). Sedangkan saya, sebelum punya anak, menemukan hobi yang berkaitan dengan benang, jarum dan kain. Walaupun ngaku-ngaku hobi, setelah melahirkan anak pertama, keinginan untuk bermain benang dan jarum agak hilang karena merasa tidak ada waktu.

Sekarang, setelah anak-anak mulai agak besar, saya mulai bisa lagi melanjutkan kegiatan berhobi. Kegiatan berhobi sekarang ini perasaannya belum seperti masa dulu kala. Saya berusaha mengikuti komunitas lokal di sini untuk mengembalikan semangat yang sempat ada, tapi tentunya membatasi diri untuk tetap mengutamakan tugas utama sebagai istri dan ibu yang menghomeshchool.

Kegiatan berhobi yang baru dimulai lagi di tahun 2019 ini bikin saya bertemu dengan banyak orang yang semangat berhobinya tinggi sekali. Setiap melihat benang, mata berbinar-binar. Setiap membicarakan toko benang baru offline ataupun online juga pada semangat. Kalau ada yang menemukan free pattern juga tentunya semua langsung nimbrung. Tapi ada juga yang realistis dan bilang: saya tidak akan beli benang lagi karena sekarang ini sudah punya benang terlalu banyak (nah ini termasuk saya).

wajah-wajah bahagia

Beberapa manfaat yang terasa sejak kembali berhobi buat saya

Jadi Lebih Kreatif dan Produktif

Untuk yang hobinya membuat karya seperti benang, kain dan jarum, hasil dari hobi itu adalah produk berupa benda. Untuk yang hobinya mrogram seperti Joe, hasilnya ya aplikasi. Untuk yang hobinya berolahraga hasilnya tubuh yang lebih bugar. Untuk yang hobinya masak hasilnya makanan yang bisa dinikmati keluarga ataupun teman-teman – bahkan bisa jadi uang. Untuk yang hobinya menulis bisa menghasilkan tulisan untuk dinikmati banyak orang. Untuk yang hobinya membaca bisa membuat wawasan jadi lebih luas dan biasanya akan membuat orang tersebut jadi punya nilai tambah di bidang pekerjaannya.

Produktif yang saya maksud di sini tidak terbatas berupa benda, tapi dengan mengerjakan sesuatu dari hobi kita, tentunya lebih baik daripada diam saja dan tidak mengerjakan apapun. Bahkan kalau hobi kita itu merapikan rumah, kita akan menemukan metode kita sendiri. Hasil yang langsung bisa dilihat: rumah rapi. Hasil jangka panjang kalau metode kita populer ya bisa jadi seperti Marie Kondo hehehe.

Berhobi juga tentunya bukan berarti membuat hal yang sama berulang-ulang. Biasanya kita jadi lebih banyak berpikir bagaimana membuat versi lain dari produk yang sudah kita hasilkan. Atau kadang-kadang membuat kita tertantang untuk menghasilkan karya yang selalu berbeda dengan yang sudah pernah kita buat. Punya hobi membuat ibu rumah tangga seperti saya menemukan hal lain yang perlu dipikirkan selain: hari ini masak apa ya? hehehehe.

Jadi Lebih Bahagia

Memang ada yang bilang bahagia itu pilihan. Tapi yang saya maksud lebih bahagia di sini misalnya ketika kita merasa tekanan dari luar, biasanya melakukan apa yang kita sukai/hobi akan membuat kita melupakan tekanan yang ada dan bisa lebih rileks. Setelah kita merasa rileks, kita bisa berpikir lebih baik dan tentunya sukur-sukur bisa menemukan jalan keluar dari tekanan yang ada.

Ketika kita berhobi dan mendapatkan hasil karya dari hobi kita, biasanya juga ada perasaan puas karena menyelesaikan satu project. Terlepas apakah produk itu akan dipakai sendiri, dijual menjadi duit atau diberikan kepada orang lain, ada perasaan senang yang bisa disebut bahagia juga.

Punya hobi juga biasanya membuat kita mencari komunitas yang sejalan dengan hobi kita. Bertemu dengan orang yang mengerti apa yang kita rasakan ketika menemukan benang baru, tentunya memberikan rasa bahagia juga hehehe.

Jadi Lebih Konsumtif

Nah, yang ini pernah saya alami di awal saya suka merajut. Kalau gak hati-hati, memang rasanya pengen beli beli segala material dan peralatan yang berkaitan dengan hobi. Tapi ya kalau memang ada dananya tidak apa-apa sih, asal jangan sampai merusak ekonomi rumahtangga saja hehehe.

Belanja material dan peralatan hobi ini sebenarnya memberi perasaan bahagia juga. Mungkin untuk yang tidak sehobi dengan kita, mereka tidak mengerti kenapa ada yang mau keluarkan duit untuk koleksi benda-benda tertentu. Tapi, buat yang punya hobi, beli ini dan itu dianggap bagian dari berhobi dan selalu ada pembenaran kenapa harus beli lagi dan lagi hehehe.

Jadi Lebih Punya Prioritas

Ketika saya punya hobi, biasanya saya lebih banyak memberikan perhatian saya untuk hal-hal seputar hobi. Tapi ketika tidak menjalankan hobi, rasanya banyak hari berjalan tanpa hasil. Kadang-kadang saya menghabiskan banyak waktu mencari berita infotainment ataupun browsing secara random.

Di komunitas hobi yang saya ikuti, pembicaraannya umumnya ya seputar hobi. Bukan ngomongin berita viral ataupun politik. Sejak beberapa waktu belakangan ini, saya menghindari dari berita viral, karena biasanya menghabiskan waktu untuk membaca berbagai komen dan tidak ada manfaatnya buat saya. Topik politik sudah saya hindari dari dulu, karena saya bukan praktisi politik.

Gimana kalau hobinya belanja online? Nah kalau yang ini saya gak bisa komentar, karena saya gak hobi belanja secara random. Biasanya kalau belanja pasti karena ada kebutuhan. Terus saya suka ga betah memilih-milih barang secara online dan membanding-bandingkan harga.

komik by @maghfirare

Gimana kalau hobinya nonton ? Biasanya kalau memang sudah banyak menonton berbagai film, akan punya banyak pendapat mengenai berbagai film yang ditonton. Bisa saja dari hobi nonton berkembang menjadi kritikus film atau bisa juga menjadi reviewer film. Oh ya hobi nonton drama korea membuat saya tertarik belajar bahasa Korea hehehe (walaupun tetap belum merasa bisa menonton tanpa subtitle, apalagi ngobrol ya hehehe).

Bagaimana dengan kamu? punya hobi apa dan kira-kira apa manfaatnya yang sangat dirasakan?