Selamat Natal 2019 dari Chiang Mai

Tadi malam, kami tidak menghadiri ibadah malam Natal. Acaranya jam 11 malam, dan udara sedang agak dingin. Joshua juga kemarin tidak cukup tidur siangnya. Jadi daripada malah jadi berisik kalau dipaksa bawa malam-malam, kami putuskan ikut ibadah Natal nya saja.

foto di gereja mengikuti ibadah Natal tadi pagi

Tadi pagi, setelah buka kado Natal di rumah dan Jonathan buka jahitan bareng Joe ke rumah sakit (ini ceritanya lain kali), kami menghadiri ibadah Natal jam 10 pagi di gereja CMCC.

Hari ini, ibadah Natal di gereja di buka dengan lagu yang musiknya Bohemian Rhapsody dari Queen tapi diganti liriknya menjadi kisah Natal (Bethlehemian Rhapsody). Anak-anak yang hadir langsung menyimak dengan seksama.

Bethlehemian Rhapsody – sumber: https://www.youtube.com/watch?v=FYh2OU4vtIk

Seperti biasa, salah satu acara ibadah Natal di gereja adalah: anak-anak di minta maju ke depan dan diminta untuk berbagi cerita dapat hadiah Natal apa. Jonathan yang ikut maju ke depan dengan lantang menjawab: I got a banana – dan tentunya yang mendengar pada tertawa. Setelah anak-anak lain menjawab dengan berbagai hadiah yang mereka terima, lalu ternyata ada 1 anak yang menjawab dia mendapat apple. Jonathan bilang lagi kalau dia juga memberikan pisang ke kami – dan semua tertawa lagi mendengarnya.

Lihat betapa bahagianya anak yang menerima pisang ini – sumber: https://youtu.be/oBBQHExuuec

Sebenarnya, cerita tentang hadiah banana ini inspirasinya dari video di YouTube. Tentang anak kecil yang begitu bahagianya menerima pisang sebagai hadiah – dan langsung memakannya. Joe sedang mengajarkan ke Jonathan kalau hadiah Natal itu gak harus selalu sesuatu yang mahal, kadang hal sederhana seperti pisang saja sudah cukup. Hal yang tidak boleh dilupakan adalah: apapun yang kita terima, jangan lupa berterimakasih sudah diberikan hadiah. Kebetulan di rumah lagi ada pisang, jadilah Jonathan ikut-ikutan membungkus pisangnya dan letakkan jadi hadiah haha.

Selain dapat banana, sebenarnya kami sudah membelikan buku komik PokemonXY untuk Jonathan dan mainan mobilan remote control untuk Joshua. Kami juga membelikan alat mewarnai (gel pastel) supaya Joshua dan Jonathan lebih rajin mewarnai di rumah.

Pulang dari gereja, kami ke mall untuk makan siang. Selesai makan, anak-anak dan Joe naik kereta api gratisan keliling mall, sementara saya membeli hadiah Natal untuk diri sendiri (duitnya udah ditransfer hahaa).

naik kereta keliling mall

Joe udah beli sendiri beberapa benda yang dia klaim sebagai hadiah Natal. Kapan-kapan biar dia cerita sendiri hehehe.

langsung dipakai nulis blog hehehe

Saya menghadiahi diri sendiri laptop Asus VivoBook 14 inch. Alasan beli laptop juga karena macbook yang selama ini saya pakai sudah beberapa bulan ini rusak dan belum berhasil dibenerin. Macbook itu juga sebenarnya layarnya sudah terasa sangat kecil dan tidak nyaman di mata. Alasan lain juga: kan sudah rajin ngeblog selama setahun lebih, jadi ya anggap aja biar lebih rajin lagi nulisnya hahaha (alesan ya).

susah banget ya foto keluarga yang bagus hehehe

Sekali lagi selamat Natal 2019 buat kita semua, Natal itu bukan hadiahnya tapi ya kalau dapat hadiah tentunya disyukuri dan dimanfaatkan dengan baik (ini sih ngomong ke diri sendiri). Dan selamat menyambut tahun baru 2020. Untuk yang sedang berlibur, hati-hati di jalan dan jangan lupa berbagi cerita di blog masing-masing hehehe.

Refleksi: Sehari Satu Tulisan 2019 bersama KLIP

Gak terasa, hari ini sudah hari terakhir untuk mengumpulkan tulisan untuk program sehari satu tulisan 2019 bersama KLIP. Apaan sih KLIP itu? Mungkin ada yang bertanya-tanya selama ini kenapa ada di setiap postingan saya.

KLIP itu singkatan dari Kelas Literasi Ibu Profesional. Terus mungkin ada yang mikir: apakah yang tergabung di sini hanya boleh ibu-ibu saja (sudah menikah?) jawabnya tidak harus ibu-ibu, tapi syaratnya wanita. Atau mungkin ada yang bertanya-tanya apakah yang bergabung di sini maksudnya ibu-ibu bekerja? gak juga, bebas ibu bekerja maupun ibu bekerja di rumah. Terus kenapa namanya ibu profesional? Karena awalnya terbentuk komunitas ini dari komunitas ODOP99days (one day one post selama 99 hari dalam setahun) yang dibentuk oleh komunitas Ibu Profesional.

Terus apakah setelah setahun menulis semua otomatis jadi ibu profesional? haish mana ada sih yang otomatis, dan ini cuma kelas literasinya, untuk orang-orang yang suka menulis atau suka curhat dalam bentuk tulisan juga boleh.

Nah kembali ke awal. Jadi setelah setahun (ya walaupun belum 365 hari, tapi anggaplah sudah setahun ya), gimana pencapaian selama ini? Sudah nulis apa saja?

Pencapaian 2019

Buat saya pencapaian terbesar adalah berhasil mengisi blog ini secara konsisten dan bahkan ada beberapa kali bisa menulis 30 hari dalam sebulan (sebelumnya bertahun-tahun blog ini gak saya isi). Beberapa topik yang terbanyak itu cerita mengenai tempat wisata maupun event di Chiang Mai dan memulai posting belajar tulisan Thai (walau belum selesai), keisengan belajar bahasa (memulai belajar bahasa Korea dan iseng sempat belajar bahasa Belanda dan Rusia pakai aplikasi), review aneka hal mulai dari aplikasi, buku, gadget, film dan tentunya cerita seputar kdrama.

Kalau dulu, disuruh nulis setiap hari, pasti saya akan langsung bilang: aduh mau nulisin apa sih di blog? ntar yang baca bosen loh. Tapi ternyata dengan sedikit memaksakan diri, setiap hari bertanya: nulis apa ya hari ini? ternyata ada aja hal yang bisa dituliskan. Sebenarnya ada lebih banyak lagi hal yang pingin dituliskan, tapi terkadang kalau menuliskannya tidak langsung selesai, mood untuk meneruskan tulisan sudah hilang.

Dengan kegiatan menulis ini, saya juga jadi menemukan komunitas yang saling menyemangati. Jadi KLIP ini selain ada di FB juga ada di WA Group. Dari WAG KLIP saya jadi berkenalan lebih banyak dengan wanita-wanita yang multitasking dan tidak pernah berhenti belajar. Makanya nih beberapa tulisan tahun ini juga dari keisengan belajar bahasa atau nyoba-nyoba aplikasi. Kadang-kadang memaksakan menyelesaikan baca buku juga biar bisa dituliskan (walaupun ini masih kurang banyak hasilnya).

Target yang Belum Kesampaian di 2019

Nah setelah menulis banyak, dan melihat teman-teman di group yang tulisannya bagus-bagus, ada perasaan: wah saya bisa gak ya kayak gitu? menulis itu ternyata bukan hanya butuh konsistensi, tapi juga harus selalu berlatih. Gak bisa deh jadi penulis yang moody, harus bisa menyediakan waktu dan kerangka berpikir yang baik. Aduh ini sih udah belajar dari jaman sekolah dulu, tapi entahlah kenapa saya sungguh sulit menulis dengan mengikuti kerangka karangan. Berarti PR buat saya adalah latihan menulis mengikuti kerangka karangan.

Target lain yang juga belum kesampaian itu pengen menulis fiksi. Bukan buku, tapi sekedar nulis-nulis aja entah itu cerpen atau cerbung. Tapi tulisannya yang 100 persen fiksi – dan bukan dari kisah siapa-siapa. Tapi karena selalu ada perasaan: aduh ntar ini jadi kayak cerita si itu atau wah ini kok kayak kisah nyata si anu dan takut dia tersinggung, akhirnya gak jadi-jadi. Mungkin harus belajar bikin dunia imajinasi 100 persen dengan kemampuan yang tidak nyata? – ah ini mah tambah susah kali.

Rencana Menulis 2020

Nah ini sungguh sulit. Belakangan ini lagi dilanda kemalasan luar biasa untuk menulis di blog (padahal Facebook juga ga diupdate udah beberapa bulan). Jadi sepertinya untuk mengalahkan si malas, mari kita pasang target baru lagi. Tentunya dengan tetap mengikuti program KLIP 2020 yang sedang disusun oleh tim admin.

Satu lagi yang ingin dilakukan itu mencari teman buat nulis bareng estafet. Jadi pernah kepikiran, latihan nulis fiksi dengan bergantian meneruskan cerita yang dituliskan orang lain. Misalnya tiap orang dibatasi selama 5 menit. Kalau ada 3 orang dan dikerjakan selama 30 menit, kira-kira ceritanya akan seperti apa? Ceritanya menulis bebas aja, penasaran apakah ceritanya akan sesuai dengan imajinasi awal penulis pertama, atau jadi bisa dikembangkan lebih lagi. Ada yang mau mencoba menulis bareng saya?

Selain rencana-rencana yang ditulis ini, ada niat merapihkan blog-blog saya yang lain yang pernah ditulis. Belakangan ini hobi merajut dan menjahit sudah dimulai, jadi ya bisa juga beberapa tulisan akan muncul di blog saya yang risna.info.

Akhirnya tulisan ini selesai juga. Terimakasih untuk teman-teman di KLIP terutama para admin yang sudah membuat saya harus merenungkan perjalanan menulis ini hehehe. Buat pembaca yang budiman, walaupun ini tulisan setoran terakhir KLIP tahun ini, bukan berarti ini tulisan saya terakhir tahun ini ya, siapa tahu setelah gak wajib setoran saya masih pengen nulis-nulis tahun ini hehehe.

Yang pasti 2020, Joe juga akan lebih rajin menulis di sini. Saya tau darimana? karena sejak saya rajin mengisi blog ini, dia malah gantian kurang rajin ngisi blog. Beberapa hal di tahun 2019 ini mungkin terlewat tidak/belum kami tuliskan (karena saya tipe malas nulis yang udah kelewatan), nanti biar Joe aja yang tulis yang udah lewat hehehe.

Terimakasih sudah membaca tulisan ini sampai selesai, dan nantikan cerita-cerita kami selanjutnya.

iseng foto di salah satu mall di Chiang Mai

Memory Berdasarkan Aroma

Pernah gak waktu mencium aroma tertentu – biasanya aroma yang harum – tiba-tiba kita teringat akan suatu masa atau kejadian dalam hidup kita. Istilahnya terlempar ke masa lalu dan tenggelam dalam kenangan di mana kita sering mencium aroma itu. Saya pernah, walaupun sekarang ini saya ga ingat kenangannya apa, tapi waktu itu saya ingat masa yang mana.

Kalau aromanya aroma masakan, jelas aja yang terkenang adalah masa di mana kita kelaparan dan pengen segera menyantap makanan itu. Atau kalau buat saya, aroma Indomie Kari Ayam itu serasa lagi pulang kampung hehehe. Tapi kali ini bukan lagi mau cerita soal makanan hehehe.

Ceritanya hari ini lagi belanja sabun, liat sabun yang dulu sering dipakai di rumah waktu masih kecil. Dulu sih sabunnya bentuknya sabun batang, mungkin sekarang masih ada juga versi sabun batangnya. Tapi tadi ini sabun cair Cussons Imperial Leather. Ada yang familiar dengan merk itu?

Cussons Imperial Leather

Bukan, saya bukan lagi ngiklan. Tapi entah kenapa tadi pas liat sabun ini langsung tergerak buat membelinya. Pengen tahu apakah sabun cairnya aromanya sama dengan sabun batangnya. Ceritanya lagi promosi juga beli 1 gratis 1 hehehehe.

Ternyata aromanya gak persis sama. Sabun cair ini agak lebih tajam wanginya, tapi sebenarnya selesai mandi aroma yang tinggalnya sih mirip-miriplah. Terus, apakah niat awal bernostalgia dengan aroma sabun ini berhasil? ya dan tidak sih. Ya karena malah jadi berusaha mengingat-ingat masa kecil di mana mama beli sabun ini buat dipakai di jaman masih SD. Jadi bukannya otomatis gitu memorynya datang sendiri hehehe.

Mungkin karena diniatkan jadi gak datang si memory ? atau mungkin karena aromanya ga persis sama? Tapi saya ga menyesal membeli sabun ini, karena aromanya walau bukan wangi bunga-bunga seperti sabun-sabun lainnya, tapi ada aroma khas dari sabun ini yang tidak terlalu berubah dari aroma jaman dulu.

Mungkin lain kali bisa dicoba cari versi sabun batangnya saja ya. Sekaligus mencari tau apakah kira-kira wanginya bisa membuat memory masa lalunya datang sendiri tanpa diingat-ingat hehehe.

Oh ya, ngomongin sabun, saya jadi ingat dulu pernah bikin hiasan berbentuk keranjang dari sabun GIV. Kenapa sabun GIV? karena bentuknya dulu paling melengkung itu sabun GIV. Saya coba google barusan, sepertinya sekarang ini sabun GIV sudah tidak melengkung seperti dulu. Mungkin kalau yang pernah bikin akan ingat, dulu sabun GIV itu dijadikan hiasan berbentuk keranjang, dililit pita dengan jarum pentul di keliling sabunnya. Ada yang masih punya di rumahnya? bisa fotoin dan share ke saya? hehehe.

Nah mungkin kalau nemu sabun GIV, saya juga bakal coba beli. Tapi sabun GIV ini ada banyak warna. Saya tapi ingat, dulu bikin hiasannya pakai sabun GIV warna ungu, rasanya itu yang wanginya paling tajam. Kapan-kapan kalau mudik coba iseng cari ah hehehe.

Aduh ini tulisan jadi kayak iklan sabun ya, gak sekalian aroma sabun LUX? yaa sebenarnya duluuu, jaman sabun LUX belum banyak jenisnya, saya juga pernah tuh pas mencium aroma sabun LUX jadi ingat masa kecil. Nah sekarang ini sabun LUX udah ada banyak sekali yang batang maupun yang cair, jadi udah ga ada khas lagi. Yang paling khas ya akhirnya sabun cussons imperial leather ini, cuma satu warna dan aromanya juga bukan aroma bunga standar.

Sepertinya tulisan ini sebaiknya disudahi, sebelum jadi beneran iklan sabun hahahaha. Kalau kalian ada gak aroma yang pernah bikin teringat dengan suatu masa/moment?

Joshua dan Osmo (Newton, Coding, Coding Jam, Detectives dan Pizza Co)

Sejak Joshua main OSMO lagi dan tidak menunjukkan tanda bosan, kami memutuskan untuk melengkapi mainan OSMO kami. Beberapa yang belakangan di beli Osmo Coding Jam, Osmo Detectives dan Osmo Pizza Co. Sebelumnya Joe memprint sendiri untuk Pizza Co nya, tapi jadinya susah menyimpannya. Dengan alasan supaya mainnya lebih enak, akhirnya kami beli juga.

Khusus untuk Osmo Newton, kami tidak membeli creative boardnya tapi hanya menggunakan white board kecil yang ukurannya mirip dengan creative board.

Tulisan ini sekilas review sekaligus biar ingat apa yang sekarang sering dimainkan Joshua.

OSMO Newton

Osmo Newton ini sebenarnya mainnya agak rumit. Jadi kita diminta untuk membuat garis supaya bola yang jatuh terpantul lagi mengikuti hukum Newton. Joshua tapi senang bikin aturan sendiri mengumpulkan bola kecilnya dan somehow dia bisa sampai level 30 an.

Osmo Newton pakai whiteboard biasa
lagi milih mau main apa
Lanjutkan membaca “Joshua dan Osmo (Newton, Coding, Coding Jam, Detectives dan Pizza Co)”

CDrama: Go Go Squid!

foto dari situs https://sudsapda.com/film/167496.html

Ini bukan drama mandarin pertama yang saya tonton, dan sebenarnya gak pengen menambah daftar tontonan selain western series dan kdrama. Drama ini justru Joe yang kasih tau saya, karena ceritanya tentang orang-orang yang terlibat dengan CTF (Capture The Flag).

Saya gak pernah ikutan CTF, tapi Joe beberapa tahun belakangan ini masuk dunia security berawal dari iseng-iseng ikut lomba CTF. Tapi ternyata film ini tidak ada level teknis CTF seperti yang diharapkan sebelumnya tapi lebih mirip seperti perlombaan main game online.

Awalnya nonton bareng Joe, kirain bakal seperti kdrama Phantom yang mana ada bagian teknis yang bisa dibahas Joe. Tapi astagaaaa jalan ceritanya lambat sekali dan cenderung gak masuk akal. Nanti saya akan tuliskan beberapa hal yang tidak masuk akalnya belakangan. Karena popularitas drama ini, saya jadi penasaran di mana bagusnya drama ini. Kebetulan lagi ga ada tontonan kdrama yang menarik, jadilah saya nerusin nonton cdrama ini dan menceritakan kalau ada bagian yang menarik ke Joe.

Jumlah episode drama ini relatif banyak dibandingkan kdrama, walau nontonnya disambil kerjain sesuatu dan sambil di skip-skip, tetap saja butuh waktu rada lama menyelesaikan drama 41 episode yang setiap episodenya sekitar 45 menit ini.

Sinopsis

Tokoh wanita seorang yang cerdas dan cantik. Di usia 20 tahun sudah ambil master degree di bidang komputer. Jago mrogram dan bahkan bisa membuat face recognition untuk sistem lalu lintas. Mendalami AI dan juga menjadi asisten dosen di kampusnya. Selain sebagai mahasiswa, dia juga menjadi penyanyi online yang cukup populer dengan nick name baby squid (mungkin ini makanya judulnya jadi go go squid!). Di akhir pekan dia membantu sepupunya menjaga warung internet (di sini pertemuan pertama dia dengan tokoh pria), sedangkan di hari kuliah dia tinggal di asrama mahasiswa.

Tokoh pria: jagoan CTF yang sebenarnya lahir dan besar di Norway, tapi karena cinta tanah air dia memilih menjadi warga negara Cina dan berusaha membuat Cina dikenal di dunia CTF. Impiannya membuat bendera Cina berkibar di kejuaraan CTF tingkat dunia. Karena satu dan lain hal, dia harus pensiun sebagai pemain CTF dan akhirnya di usia menjelang 30 tahun, dia memutuskan untuk mendirikan club CTF dan melatih generasi muda untuk menjadi pemain CTF.

Ceritanya klise: si cewek jatuh cinta pada pandangan pertama dengan si cowok. Dengan berbagai cara dia berusaha mendapatkan cara untuk mengontak si cowok. Si cowok orang yang fokus dengan usahanya untuk membuat tim CTF-nya menang. Cowok ini selain digambarkan dingin, juga agak kasar dan terang-terangan menolak si cewek.

Klise berikutnya: ternyata keluarga si cewek dan si cowok ini saling mengenal dan ada rencana menjodohkan si cowok dengan kakak sepupu si cewek, tapi ketemuannya di rumah si cewek. Dan ya, untuk menolak si kakak sepupu, tau-tau si cowok mengaku-aku kalau dia dan si cewek sudah berpacaran jadi gak bisa dengan si kakak sepupu. Tapi tentunya hubungannya gak mulus dan ditentang orangtua si cewek karena beda usia yang cukup jauh dan karena CTF itu dianggap cuma hobi main game dan bukan pekerjaan yang mempunyai masa depan.

Ini bukan drama asia pertama di mana si cewek ngejar-ngejar cowoknya duluan dan akhirnya cowok dingin jadi hangat (eh maksudnya jadi jatuh cinta juga dengan si cewek).

Bagusnya drama ini

Setelah bersabar dan berhasil menyelesaikan drama ini, akhirnya bisa juga melihat kenapa drama ini populer. Berikut ini kesimpulan subjektif:

  • mengajarkan mengenai memaafkan kesalahan sahabat dan move on untuk cita-cita bersama
  • menggambarkan kerjasama dari generasi muda untuk mewujudkan impiannya dan tak lupa membawa nama negara dan bangsa (nasionalis sekali).
  • berusaha mengenalkan CTF sebagai esports – walaupun menurut saya tetap aja drama ini gak menjelaskan dengan benar CTF itu bagaimana
  • promosi pariwisata di Cina, ada beberapa scene itu di tempat wisatanya dan melihatnya jadi pengen deh ke sana hehehe
  • promosi negeri Cina, film ini terasa sekali unsur nasionalismenya, misalnya pernyataan kalau di Cina sekarang semua hal bisa diakses melalui HP termasuk membayar apapun di manapun bisa dari HP pintar.
  • pemerannya sepertinya cukup terkenal di Cina (blom terlalu banyak nonton cdrama seperti kdrama jadi gak tau juga popularitas aktor dan aktris nya)

Kejanggalan dalam drama ini

Sebenarnya, niat utama dari tulisan ini mau nulis unek-unek soal kejanggalan yang banyak sekali dalam drama ini. Dan keanehannya itu ada dari episode pertama.

  • si cewek katanya cerdas, tapi kok di episode pertama kelakuannya gak kayak mahasiswa s2 yang cerdas, atau yang kerjanya cuma belajar doang. Malah keliatan aneh kayak anak baru gede ngejar-ngejar cowok. Di beberapa episode selanjutnya, baru deh diperlihatkan kalau si cewek ini cukup pintar.
  • si cowok katanya jago CTF, tapi menginstal aplikasi di HP atau memblokir pesan yang masuk dari user tertentu saja kok minta tolong sama anak-anak binaannya.
  • di drama ini orang yang bisa CTF digambarkan tidak selalu bisa mrogram, dan kalau pensiun dari CTF mereka ga punya kerjaan yang menjanjikan, padahal kalau tidak bisa mrogram sama sekali rasanya mereka gak akan bisa jadi jagoan CTF, seharusnya sebagai jagoan CTF mereka bisa bekerja menjadi pentester yang saat ini belum banyak orang yang bisa melakukannya dan masih banyak dibutuhkan.
  • perlombaan CTF ditunjukkan seperti perlombaan game online. Beberapa bagian yang ditunggu-tunggu seperti halnya finalnya malah gak ditunjukkan teknisnya sama sekali, mungkin yang terlibat dalam pembuatan film ini sudah kehabisan ide bagaimana menunjukkan perlombaan CTF
  • yang paling mengganggu dari drama ini adalah jalan cerita yang terlalu lambat dan kadang-kadang terasa kaku.

Kesimpulannya, drama ini bukan untuk melihat apa itu CTF atau bagaimana perlombaan CTF berlangsung. Drama ini ya seperti halnya drama bergenre romantis lainnya, kisah klise dengan meminjam orang-orang berlatar belakang CTF dan IT (tapi ceritanya gak IT sama sekali).

Internet di HP: Beli Paket Data VS WIFI Gratisan

Saat ini, hampir semua orang sudah punya HP yang bisa akses internet. Hampir semua orang juga mengupayakan supaya HP nya bisa ‘on’ terus dan terkoneksi ke internet. Harga paket internet juga sangat beragam.

Saya ingat, di jaman awal punya HP yang bisa konek internet dulu, saya sering beli simcard yang lagi promosi demi bisa akses internet. Ada 2 pilihan: bayar volume data atau bayar jam pemakaian. Karena cuma punya HP 1, ya jadinya sering tukar-tukar nomor HP. Atau ya tukar kartu untuk bisa online, lalu tukar lagi untuk nomor yang dipakai.

Dulu pernah sengaja beli HP yang bisa dijadikan modem juga. Jadi akses internetnya tetep dari komputer/laptop. Lama-lama, mulai ada HP yang bisa akses ke WiFi. Tapi di Indonesia masa itu, masih sedikit tempat untuk akses wifi gratisan.

Sekarang ini, hampir semua orang pakai HP cerdas yang selain bisa koneksi internet dengan paket data yang disediakan provider, bisa juga terkoneksi melalui wifi. Sejak di Thailand, kami sudah sangat terbiasa mengakses internet 24 jam dengan kecepatan yang lumayanlah. Di rumah kami sengaja berlangganan internet yang terhubung dengan fiber optik, tapi kalau keluar rumah, untuk keperluan komunikasi kami berlangganan paket data lagi di HP. Kadang-kadang kalau dihitung-hitung, pulsa yang diisikan ke HP ya dipakainya hanya untuk beli paket data itu saja. Semua panggilan dan pesan disampaikan lewat aplikasi chat via internet.

Karena sudah terbiasa dengan HP konek 24 jam ke internet, kalau sedang traveling kami juga selalu mencari tahu bagaimana memperoleh paket data yang murah di tempat tujuan. Kalau pulang ke Indonesia, karena kami masih punya simcard Indonesia, kami tinggal perlu mencari paket mana yang akan dipilih. Kalau travelingnya dalam negeri Thailand, tentunya ga ada masalah. Nah kalau perginya ke negara lain selain Indonesia dan Thailand kami akan cari tahu bagaimana mendapatkan akses internet di HP yang termurah.

Pengalaman waktu ke Singapur, mereka menyediakan paket data yang sangat besar untuk turis selama 5 hari. Waktu ke Hongkong juga ada paket data untuk turis yang bisa dibeli di airport. Di Hongkong, beberapa hotel memberikan fasilitas peminjaman modem dan HP dengan nomor lokal gratis. Tapi waktu Joe ke Abudhabi kemarin, dia malah memilih roaming paket internet dari XL (karena kebetulan masih punya banyak pulsa di kartu XL nya).

Mungkin ada juga yang merasa gak butuh internet selama traveling dan cukup dengan mencari koneksi WiFI gratisan di hotel atau di tempat umum lainnya. Tapi buat kami, kadang-kadang mencari wifi gratisan ini tidak praktis.

Beberapa contoh internet dibutuhkan ketika traveling:

  • ketika mendarat di singapura, pesan grab bisa saja pakai wifi di bandara, tapi biasanya begitu keluar dari bandara koneksi terputus dan bisa susah untuk berkomunikasi dengan supir grabnya misalnya dia tidak berhenti di titik yang kita sebutkan ketika memesan
  • akses ke google map kalau lagi nyasar di jalan. Waktu di hongkong, kami juga mencoba naik MRT dan berjalan kaki untuk menuju ke tempat wisata. Kalau tidak ada google map, kayaknya saya bakal nyasar deh walau ada banyak petunjuk jalannya.
  • komunikasi sesama anggota keluarga. Kadang-kadang saya harus bawa 1 anak ke toilet, sementara Joe nunggu dengan anak yang 1 lagi, nah yang nunggu ini kan ga bisa diam di 1 titik, jadi ya paling setelah urusan ke toilet selesai bisa bertanya ada di titik mana buat bertemu lagi.
  • kalau janjian dengan teman (misalnya berencana bertemu teman yang tinggal di negara yang kita kunjungi), supaya gampang dan in case terlambat dari waktu yang sebelumnya diomongkan, ada baiknya bisa akses internet selagi di perjalanan. Waktu saya ke singapur, janjian dengan teman ketemu bukan di rumahnya, nah kalau ketemu di food court aja kadang suka bingung duduknya dekat dengan jualan yang mana, jadi ada baiknya kalau bisa bertanya setelah dekat dengan lokasi sebelumnya.

Memang kesannya jadi ketergantungan ya dengan internet. Tapi ya pernah juga nih, teman saya janji akan datang ke rumah. Di tunggu-tunggu gak ada kabar. Ternyata katanya dia ketinggalan HP dan ga ingat nomor telpon saya. Lalu dia juga ga punya akses ke internet walaupun bawa tablet. Jadinya dia menelpon teman saya yang dia ingat nomornya, lalu teman saya itu mengontak saya lewat FB chat. Nah kalau misalnya FB chat saya tidak diinstal atau kebetulan HP saya lagi gak konek ke internet gimana? Masalahnya adalah: teman saya yang menolong itu tidak mengirimkan nomor telepon yang dipakai untuk menelpon dia. Haduh ribet deh janjian jaman sekarang kalau HP ketinggalan hehehe.

Aduh jadi kemana-mana ini ceritanya. Kalau dipikir-pikir, dulu jaman belum ada HP ataupun internet bisa aja ya janjian ga pake ribet. Kenapa sekarang jadi ribet? karena ada HP dan bisa konek setiap saat, ada kecenderungan kita menggampangkan. Gampang ntar tinggal kabari. Gampang ntar di update udah sampai mana. Nomor HP teman ga perlu dihapal, kan semua ada di memori HP. Kalau tiba-tiba HP ketinggalan, baru deh jadi ribet hehehe. Atau kalau tiba-tiba koneksi internet terputus seperti masa FB dan WA down, baru deh pusing.

Nah kalau saya sih selalu pilih beli paket data daripada nyari-nyari WiFi gratisan supaya bisa konek internet dari HP setiap dibutuhkan. Sebelum pergi keluar rumah juga selalu memastikan kalau HP gak ketinggalan biar ga pusing hehehe. Kalau kalian kira-kira pilih mana?

Bagaimana mengurangi pemakaian plastik?

Mulai 2020, menurut berita dari bangkokpost, Thailand akan menghentikan pemberian plastik sekali pakai setiap berbelanja ke berbagai tempat termasuk minimarket. Saya jadi ingat waktu ke Hongkong dan kaget setiap belanja ditanya mau bayar buat plastik atau tidak.

Belakangan ini, saya sudah membiasakan diri untuk membawa kantong belanja sendiri yang bisa dipakai berulang kali. Tapi ada kalanya memang saya masih lupa dan tanpa merasa bersalah ya menerima saja kantong belanjaan dari tempat belanja. Lagipula saya pikir, lumayan kantong belanjaannya nanti bisa dipakai untuk tempat sampah. Tapi ya, akhirnya memang tumpukan plastik lebih banyak daripada pemakaian saya.

Teringat beberapa tahun lalu, Indonesia juga pernah mengeluarkan kebijakan kalau pelanggan harus membayar setiap kali membutuhkan kantong plastik. Sayangnya, aturan itu tidak berlangsung lama. Para penjual sepertinya lebih kuatir pelanggan tidak jadi belanja karena harus membayar plastik, jadi mereka kembali lagi memanjakan pelanggan dengan memberi plastik belanja sekali pakai.

Saya jadi ingat obrolan dengan Joe seputar pemakaian plastik ini. Sebenarnya kantong plastik belanja sekali pakai ini cuma satu titik masalah dibandingkan dengan plastik yang dipakai untuk membungkus berbagai hal termasuk plastik kemasan makanan instan, botol minuman aqua, gelas plastik kalau beli kopi untuk dibawa pulang dan juga plastik kemasan berbagai hal yang dijual seperti plastik bungkus sayur, plastik ketika membeli daging atau ikan, plastik beli roti, plastik beli gorengan atau sebut saya plastik kemasan isi ulang.

Coba deh perhatikan kalau ke supermarket atau bahkan ke pasar. Rasanya ada plastik di mana-mana. Di rumah kita juga ada banyak sekali kemasan plastik, mulai dari botol sabun cair untuk mandi, kemasan lotion, kemasan kosmetik sampai botol minyak goreng (hanya minyak mahal yang pakai botol kaca). Jadi kepikiran, dulu sebelum ketemu plastik, gimana mereka menjual benda-benda itu semua ya?

Plastik memang memberikan kepraktisan, tapi ternyata kita juga harus mulai membatasi diri kalau tidak mau bumi ini dipenuhi dengan sampah plastik yang tidak bisa didaur ulang itu. Saat ini sudah ada banyak kampanye untuk lebih mengurangi pemakaian plastik. Pertanyaanya: apakah kampanye itu saja cukup?

Selama tidak ada kebijakan dari pemerintah, rasanya kita akan terbiasa dimanja dan memakai pemakaian plastik dengan semena-mena. Beberapa orang yang saya kenal mulai sangat mengurangi pemakaian plastik sekali pakai ini, tapi kalau kemasan plastik untuk barang yang dibeli masih banyak, ya sepertinya efeknya akan sangat sedikit.

Apa perlu plastik dibikin jadi barang mahal? Belakangan ini sudah mulai banyak plastik yang bio-degradable, tapi itupun tetap saja butuh waktu untuk penguraiannya. Sedotan kertas, bambu dan atau stainless juga mulai banyak dikenalkan tapi kok ya rasanya tetep lebih enak pakai sedotan plastik? Saya sendiri sudah beralih ke sedotan yang bisa didaur ulang dan sekarang ini harganya hanya sedikit lebih mahal dari sedotan biasa.

Beberapa hal yang bisa dilakukan dari diri sendiri untuk mengurangi pemakaian plastik antara lain:

  • biasakan bawa kantong belanja yang bisa dipakai lagi (bahan kain atau plastik tebal)
  • ganti sedotan dengan sedotan biodegradable
  • biasakan bawa botol minuman atau gelas bertutup, jadi kalau beli kopi di warung kopi atau jus bisa minta mereka masukkan ke gelas kita daripada pakai gelas yang berakhir di tempat sampah
  • wadah plastik yang cukup tebal jangan langsung dibuang, cuci dan bisa dipakai lagi untuk belanja.
  • di sini kalau saya malas masak, saya beli lauk yang sudah jadi dan membawa kotak sendiri
  • bawa kotak plastik sendiri untuk belanja daging atau ikan. bagian yang ini kadang agak sulit, karena wadahnya perlu yang besar dan gak selalu ingat wadah besar untuk dibawa-bawa.

Saya akui, yang saya lakukan untuk mengurangi menambah sampah plastik sekarang ini masih sedikit sekali ya, dan masih belum konsisten juga. Ada yang mau berbagi ide lagi bagaimana untuk mengurangi pemakaian plastik?