Konsonan Ganda dalam bahasa Thai (4)

Tulisan ini merupakan bagian terakhir tentang pembahasan konsonan ganda dalam bahasa Thai. Untuk mengingat kembali, saya akan tuliskan resume dari 3 bagian pertama.

  1. aksonnaam อักษรนำ dimana aturan membaca silabel konsonan ke-2 tergantung dari jenis konsonan pertamanya (leading konsonan). Lebih lengkapnya baca lagi di bagian 1.
  2. อ นำ ย (o nam yo) dan หอนำ (honam). Walaupun ada 2 konsonan, kata yang dihasilkan hanya memiliki 1 silabel. Tanda baca yang ada di atas konsonan ke-2 mengikuti aturan baca dari kelas konsonan pertama. Lengkapnya baca di bagian 2.
  3. กษรควบแท้ atau akson khuap thee dan อักษรควบไม่แท้ atau akson khuap mai thee. Di bagian ini hanya ada 1 silabel yang dihasilkan oleh konsonan ganda. Lengkapnya baca di bagian 3.

Nah di bagian terakhir ini, saya hanya menambahkan beberapa contoh lain. Salah satu kesulitan dalam membaca tulisan Thai, setelah mengingat sekian banyak bentuk, harus ingat juga aturan membacanya. Kalau dalam bahasa Indonesia konsonan ganda itu biasanya akan dibunyikan bersama-sama, tapi dalam bahasa Thai tidak begitu.

Jadi jangan heran kalau membaca tulisan Thai yang tidak ada spasi dan konsonan semua beruntun ya hehehe. Menurut teman-teman yang asli Thai, setelah sering berlatih kita akan hapal dengan ejaan dari kata-kata tersebut.

Konsonan Ganda sebagai Silabel Lengkap

Masih ingat dengan vokal yang berubah bentuk? Vokal o pendek (โ-ะ) yang tidak dituliskan juga menyebabkan kita harus membaca 2 konsonan yang berurutan dengan menyisipkan bunyi o diantaranya. Konsonan pertama menjadi konsonan awal dan konsonan kedua menjadi konsonan akhir dan bunyi o pendek diantara konsonan awal dan akhir. Konsonan ganda ini tidak termasuk cluster, tapi saya tuliskan di sini karena yang terlihat oleh pembaca 2 huruf konsonan.

Berikut ini contohnya:

กบkop (nada rendah)
รสrot (nada tinggi)
ผลphon (nada naik)
ส่งsong (nada rendah)

Konsonan ganda di mana ada huruf o yang tidak dituliskan ini ada banyak sekali contoh lainnya, dan kadangkala bukan berupa 1 kata lengkap tapi menjadi bagian silabel dari kata lain.

Konsonan ganda รร yang bukan berbunyi r

Beberapa kata serapan dari sanskrit biasanya akan memiliki konsonan ganda รร yang dikenal dengan sebutan รอ หัน (ro han).

Kalau bukan bunyi r jadi bunyinya apa dong? bisa jadi bunyinya ‘an’ kalau di akhir silabel, atau ‘a’ pendek kalau ditengah-tengah 2 konsonan. Loh kok jadi jauh banget ya? Ya ini namanya kasus khusus.

Ada banyak kasus khusus dalam bahasa Thai terutama untuk penggunaan huruf ร ini, dan satu-satunya cara untuk ingat ya dihapalkan.

Untuk lebih lengkapnya saya akan tuliskan lain kali hehe. Sekarang ini saya akan memberi beberapa contoh kata dan membacanya saja ya.

Setelah belajar mengenai berbagai bentuk konsonan ganda dalam tulisan Thai, jangan heran kalau menemukan teks dengan beberapa huruf konsonan beruntun tanpa vokal sama sekali. Karena walau tidak tuliskan, di sana sini bisa jadi ada huruf vokal yang kita ketahui setelah belajar bagian konsonan ganda ini. Selain itu, kadang-kadang ada juga konsonan yang walau dituliskan tapi tidak perlu di baca. Kapan-kapan saya lanjutkan mengenai huruf yang tidak di baca dan juga mengenai kasus khusus lainnya dalam bahasa Thai.

Gimana Mengucapkan merk Samsung?

Waktu di Indonesia, saya tidak pernah terpikir untuk mempertanyakan bagaimana sih mengucapkan merk Samsung yang benar. Karena semua orang juga ngerti kalau saya sebut samsung itu ya merk Samsung. Nah waktu tinggal di Thailand sini, kadang-kadang saya suka ragu bagaimana mengucapkan kata Samsung, karena kalau saya sebut Samsung seperti biasa, orang yang mendengarnya suka bingung.

Nah, di sini tuh kadang-kadang saya dengar orang Thai menyebutnya Semsang atau semsong. Jadi sepertinya terpengaruh membaca teks Inggris yang mana huruf a kadang dibunyikan jadi e seperti apple jadi eppen.

Hari ini iseng mencari tahu cara membaca Samsung dari bahasa aslinya: Korea. Penulisannya begini: 삼성 nah kalau dibunyikan dalam bahasa Indonesia tulisan tersebut dibaca samsong. Iya bener pakai bunyi o bukan bunyi u. Terus kenapa kira-kira ditulisnya pakai u? Ya itukan yang nulis bukan orang Indonesia pada awalnya.

Nah karena saya pikir, mungkin itu karena yang menuliskan samsung orang dari negara berbahasa Inggris. Saya coba cari tau beberapa video YouTube tentang bagaimana menyebutkanSamsung dalam bahasa Inggris. Ternyata ada beberapa video yang saya temukan (dan orang yang komen pun gak sepakat dengan pengucapannya).

Ada yang menyebutkannya semsong

samsung dibaca semsong dalam bahasa Inggris

Ada yang menyebutnya samsung seperti pengucapan dalam bahasa Indonesia. Video yang ini dikomentari salah oleh beberapa orang, tapi ada juga yang bilang itu pengucapan sudah benar dari negara asalnya.

samsung seperti bahasa Indonesia

Untuk membandingkannya bisa juga coba buka di google translate ini. Menurut google translate Samsung di baca semsong dalam bahasa Inggris dan dibaca samsong dalam bahasa Korea.

Karena penasaran, saya coba pakai google translate untuk melihat dalam bahasa Thai translasinya jadi bagaimana. Ternyata dalam bahasa Thai : ซัมซุง dibacanya samsung seperti dalam bahasa Indonesia (tapi tentunya disebutkan dengan nada tertentu). Kalau dari huruf yang digunakan, u nya cukup diucapkan singkat, tapi ketika saya dengarkan google translate, pengucapan u nya terdengar agak panjang jadi samsuung.

semsong dan samsong

Jadi yang benar samsung, samsong atau semsong? Ya akhirnya tergantung di negara mana kali ya mengucapkannya. Kalau kita mau maksa sebut samsong di negara yang berbahasa Inggris dan mereka ga ngerti, akhirnya kita harus mencoba menyebutnya Semsong ataupun samsung.

Pada akhirnya bahasa itu buat alat komunikasi, kalau tidak dimengerti berarti ada yang salah dan kita harus mengikuti kosa kata yang dimengerti oleh lawan bicara kita. Tapi kalau ditanya bagaimana pengucapan asli dari merk Samsung? nah itu berarti mengikuti pengucapan dari negara asal merk tersebut yaitu Korea. Mereka akan mengucapkannya Samsong.

Banyak merk yang mengalami perubahan penyebutan seperti halnya samsung ini. Kalau kamu biasanya menyebut merk mengikuti bahasa setempat atau mengikuti bahasa asal negara merk tersebut? Saya akan berusaha mengingat pengucapan dari negara asalnya dulu: samsong, kalau yang dengar tidak mengerti ya baru deh coba ucapkan kombinasi lainnya hehehe.

Toko Barang Bekas (dari Jepang) di Chiang Mai

Sejak beberapa tahun lalu, dapat info ada toko barang bekas dari Jepang di Chiang Mai. Tadinya sih mikir, ngapain juga ya mereka beli barang bekas dari Jepang 1 kontainer penuh, terus di jual di Chiang Mai, apa ada yang beli? Terus awalnya iseng-iseng lihat Facebooknya, eh kok banyak mainan ya. Jadilah penasaran dan mendatangi gudang penjualan barang bekas itu.

Awalnya cuma tahu 1 tempat saja, waktu itu ke sana bawa Joshua masih belum 2 tahun, jadi kadang-kadang ke sana sambil gendong. Namanya gudang, tempatnya padahal berdebu dan ya agak panas. Tapi ya begitulah, kan alasannya ke sana mau nyari mainan buat anak juga, jadi anak masih balita juga di bawa aja ke sana hahaha.

Setelah beberapa lama, mungkin karena tergolong ‘sukses’, toko barang bekas dari Jepang ini ada beberapa tempat. Barang-barangnya gak cuma mainan, tapi juga ada stroller bayi, kursi makan, baby gate, baju, sepatu, tas, elektronik, alat olahraga, piring dan gelas keramik, alat masak teflon, setrikaan, dan furniture seperti lemari kayu bahkan piano. Untuk mainan anak-anak mereka jualnya per kilo, jadi kalau beli mobil-mobilan yang ringan, beli mainan perkilo ini termasuk murah, untuk furniture kami gak pernah beli, dan saya gak pernah nanya.

Beberapa tempat agak rapi jualannya, mereka pilihin dan kasih label harga. Terus dikasih diskon lagi kalau beli lebih dari sekian ratus baht. Beberapa tempat benar-benar seperti gudang. Kalau beli mainan, kita harus cek sendiri apakah cukup lengkap atau menyesal kemudian.

Waktu baru nemu tempat beli ini, kami cukup banyak beli mainan di sana, bahkan Joe bahagia banget nemu mainan Sega yang rencananya dioprek tapi akhirnya gak sempat ngoprek tapi udah dimainin. Terus ada juga beberapa mainan yang cukup lama dimainin anak-anak dan akhirnya bosan. Ada juga mainan untuk belajar baca Jam atau belajar bilangan pecahan. Waktu beli Jonathan belum bisa baca jam analog dan belum belajar pecahan. Eh tapi waktu belajar, Jonathan gak butuh alat peraga udah langsung bisa hehehehe.

Karena punya anak 2, kadang-kadang kami beli mainan agak ‘boros’, alasannya: nanti kan bisa dipakai berdua. Jadi ya waktu nemu toko bekas, serasa nemu toko mainan (padahal ya itu, tokonya banyak jual yang lain selain mainan).

Setelah beberapa kali mengunjungi toko bekas, kamipun merasa udah gak ada yang menarik lagi. Saya kadang-kadang masih lihatin FB nya sih kalau lagi iseng. Sekarang ini anak-anak udah makin jelas maunya main apa, jadi kami udah gak terlalu butuh ke toko bekas Jepang itu.

Hari ini, ada teman yang dulu juga sering saya ajak lihat-lihat toko bekas dari Jepang, ngajakin saja buat lihat-lihat lagi. Karena udah lama gak ke sana, jalannya aja udah lupa hahaha. Nama tokonya juga beda-beda dan hampir lupa. Akhirnya tadi nyari dulu di daftar halaman FB yang pernah dilike buat nyari petunjuk jalan ke tokonya hehhehe.

Supaya gak lupa, saya akan tuliskan juga di sini 3 toko yang kami kunjungi hari ini.

Toko HugJang Japan Shop

ร้านฮักจัง โกดังสินค้านำเข้าจากญี่ปุ่น

Toko ini ada 2 bagian, display yang udah dirapihin dan dalam ruangan ber AC, dan bagian yang di luar yang setengah rapi tanpa AC (tapi ada atapnya).

Ini foto-foto bagian luar

Harga barang di luar biasanya lebih murah daripada barang-barang yang sudah di atur dalam ruang AC. Kadang-kadang, kalau beruntung bisa menemukan mainan bagus dan murah.

Ini foto-foto beberapa barang di bagian dalam.

Toko CM- Used Products

Toko ini sebenarnya toko barang bekas Jepang pertama yang kami dulu sering kunjungi. Mainannya dulu juga banyak yang bagus-bagus. Tapi sejak lokasinya pindah ke tempat yang sekarang, rasanya tempatnya jadi super sempit karena barangnya juga sepertinya banyak yang tidak laku dan belum mencari sudah lelah duluan melihatnya hehehe.

Kemungkinan, barang-barang yang baru di upload ke FB sudah duluan diambilin orang yang rajin memantau, jadi yang tersisa itu ya barang-barang yang tidak lengkap dan atau harus diperiksa dengan teliti.

Toko Felice Chiang Mai

โกดังญี่ปุ่นมือสอง -Felice Chiang Mai

Nah toko ini yang sebenarnya tempatnya paling besar, barangnya bahkan sampai 2 lantai. Tapi mainannya paling sedikit. Mereka banyak menjual furniture seperti lemari-lemari, meja, piano dan bahkan tempat tidur lengkap dengan kasurnya. Tempat ini tidak ada AC nya dan paling banyak debunya hehehe.

Kalau mau lihat foto-foto toko ini (dan toko sebelumnya) bisa lihat di FB nya saja ya. Foto-foto yang saya sertakan di sini hanya contoh yang saya ambil hari ini. Dan kebetulan toko terakhir karena tidak ada yang menarik saya terlewat dan tidak memfoto sama sekali.

Bonus buat yang membaca sampai habis, hari ini langit Chiang Mai sangat indah. Seperti lukisan saja ya.

Kalau di Indonesia, ada gak ya toko barang bekas dari Jepang seperti ini?

Mempermudah Ganti HP Android

Jaman dulu, kalau kita ganti HP, biasanya kita perlu memindahkan daftar kontak kita secara manual. Setelah HP semakin pintar, ganti HP bisa lebih mudah apalagi bila kita sudah membiasakan diri membackup berbagai data kita. Kebiasaan membuat salinan data ini merupakan kebiasaan yang baik, apalagi kalau kita mempunyai koneksi internet yang cukup cepat.

Saya sering mendapat cerita teman yang HP nya error lalu harus di reset dan semua daftar kontak hilang. Kisah lainnya teman yang pakai iphone/ipad dan mengijinkan anaknya menggunakan gadgetnya sering tanpa sengaja foto-foto di HP terhapus karena anaknya berusaha masuk dengan paksa dan otomatis menghapus data padahal belum pernah di backup. Atau aplikasi chat WA yang lupa di backup waktu ganti HP ataupun hang dan harus reinstal paksa dan mengakibatkan percakapan sebelumnya hilang.

Jaman sekarang ini, hal-hal itu sudah bisa dihindari kalau kita sinkronisasi data kita atau back up di berbagai layanan yang ada di internet, termasuk nantinya mempermudah ketika kita ganti HP. Apalagi kalau kita punya internet koneksi 24 jam, tentunya bisa kita set sinkronisasi data dilakukan ketika kita tidur misalnya.

Lanjutkan membaca “Mempermudah Ganti HP Android”

Pandanglah ke Langit Biru

Hari ini, sebenarnya banyak yang pengen dituliskan. Tapi rasanya mata sudah ketarik-tarik minta istirahat. Jadi salah satu yang menarik hari ini adalah gumpalan awan putih di langit biru.

langit biru…awan putih…

Iya, hari ini salah satu hari yang cerah setelah beberapa minggu kemarin selalu mendung atau hujan sepanjang hari di Chiang Mai. Waktu keluar siang hari, untung Joe yang nyetir, jadi saya bisa foto-foto. Rasanya ingin merekam keseluruhan corak awan di langit biru.

Kadangkala, di 1 lokasi yang sama, kita bisa mendapatkan pemandangan langit yang berbeda ketika melihat ke kanan dan ke kiri kita.

Melihat langit biru jadi teringat lagu Sherina dan jadi pengen naik balon udara juga. Kebayang kalau langit di Chiang Mai aja begini indahnya di foto dari mobil, kalau melihatnya dari balon udara di atas bakal lebih indah lagi kali ya.

sumber dari Youtube

Langit biru
Awan putih
Terbentang indah
Lukisan yang kuasa
Ku melayang
Diudara
Terbang dengan balon udaraku
Oh sungguh senangnya lintasi bumi
Oh indahnya dunia

Lirik Lagu Balon Udara

Ada yang suka melihat dan memfoto langit juga gak sih selain saya?

Kalau Mesin Mobil Mati di Tengah Jalan

Hari ini ada pengalaman yang sempat bikin deg-degan dan panik. Ceritanya mobil kami itu mobil otomatis yang ada fitur auto-off kalau kita injak rem terlalu lama dan akan nyala sendiri ketika kita angkat kaki dari rem. Ceritanya fitur ini tuh buat menghemat pemakaian bensin. Sebenarnya dari awal agak gak suka dengan fitur ini, tapi kita bisa matikan secara manual. Tapi mematikan fitur ini gak bisa permanen, alias tiap kali menyalakan mesin harus ingat untuk menonaktifkan fitur auto-off nya.

Waktu mengantar anak-anak tadi pagi, di sebuah pertigaan tak jauh dari rumah jalannya agak macet. Oh ya saya punya kebiasaan tidak memanaskan mesin mobil, jadi nyalakan mesin dan langsung jalan deh. Nah waktu macet itu mesinnya mati, dan biasanya kalau kita angkat rem atau pencet tombol nonaktifkan auto-off, mobilnya akan menyala lagi. Tapi tadi pagi waktu saya pencet tombol auto-off, mesinnya gak mau nyala lagi! Saya pencet gas juga tetep gak nyala. Saya putar kunci matikan dan nyalakan, tetap saja mesinnya mati. Saya langsung panik karena posisi mobil persis di tengah-tengah jalan dan mobil di depan sudah mulai bergerak lagi.

Pertigaan ini punya kenangan tersendiri buat saya. Waktu Jonathan berumur sekitar 1 bulan, mobil kami sebelumnya pernah berhenti juga di situ karena masalah batere, untungnya waktu itu pak bos dari kantor Joe lagi luang waktunya dan bersedia nganterin kami dan membantu urusan mobil mogok. Tadi, waktu tadi mobil mati tiba-tiba, panik duluan menyerang dan kepikiran kayak pertigaan bermuda (eh itu sih segitiga bermuda ya). Apalagi waktu mencoba menyalakan mesin mobil beberapa kali gak langsung bisa. Antara mau langsung telepon Joe dengan tetap berusaha dan berharap bujukin mobil supaya nyala lagi.

Anak-anak gak ngerti emaknya panik untungnya hehehe. Terus ya ingat untuk menyalakan lampu segitiga dan mempersilahkan mobil di belakang lewat dengan gesture: maap mobilnya mogok.

Setelah itu tarik napas dalam-dalam sambil matikan mesin dan ngomong ke diri sendiri: “Ayo tenang dulu. Coba pikirkan apa yang harus dilakukan sebelum menyalakan mesin mobil”. Dalam hati ya tentu berdoa dan berharap.

Memang sih ya, kalau panik itu gak baik. Waktu saya agak tenang, saya langsung teringat lah ini posisi gigi masih belum di posisi P, pantesan aja mesin tidak mau menyala. Akhirnya coba lagi dan tidak lupa mematikan semua AC, radio dan kembalikan gigi ke P. Putar kunci mobil seperti biasa. Fiuh lega banget mesinnya nyala!.

Karena masih kuatir, saya gak berani pencet apapun yang lain termasuk nyalakan AC atau tombol auto-off.

Sebenarnya tujuan antar anak-anak tadi pagi itu ga jauh. Jalan juga sampai, tapi jalannya tidak ada trotoarnya dan ya biar cepat makanya mengantar pakai mobil hehehe. Jadi setelah mesin menyala lagi, saya tetap matikan AC mobil dan untungnya gak ada acara macet lagi jadi mobilnya gak sampe auto-off lagi.

Sampai di tujuan, saya ga berani matikan mesin. Setelah anak-anak turun dan masuk ke tempat kegiatannya, baru deh berani nonaktifkan auto-off dan nyalakan AC. Tunggu beberapa menit sambil “cerita (kirim pesan telegram)” ke Joe biar perasaan tambah tenang. Sebenarnya waktu mobil udah bisa jalan ya sudah tenang, tapi kalau belum cerita rasanya kurang plong hehehhe.

Waktu nyetir pulang ke rumah sebenarnya masih agak khawatir. Joe saranin apa mau dibawa ke bengkel? Tapi saya yakin batere mobil masih baru karena 2 bulan lalu baru diganti dan bensin juga penuh. Jadi ya mudah-mudahan saja tadi itu masalahnya karena kebiasaan buruk gak menunggu mesin mobil panas langsung jalan.

Pelajaran hari ini buat saya adalah:

  • Jangan panik! Ini sih teorinya buat segala hal kita harus tenang, tapi ya gitu deh, namanya panik gak diundang datangnya. Tapi kalau dah tau kita panik, harus bisa menenangkan diri, tarik napas dalam-dalam dan tenangkan diri dulu.
  • Selalu mematikan AC dan Radio sebelum mematikan mesin, supaya waktu menyalakan berikutnya AC dan Radio masih mati
  • Panaskan mesin sebelum mulai jalan
  • Selalu nonaktifkan auto-off biar gak kejadian mati di tengah jalan.
  • Pastikan tidak ada lampu mobil yang menyala ketika turun dari mobil.

Mudah-mudahan kejadian begini gak terjadi lagi. Selama di Chiang Mai, rasanya mengalami mesin mobil mati di tengah jalan ini sudah ada 3 kali dan selalu masalahnya karena batere yang sudah perlu diganti. Sedangkan kejadian mesin tidak menyala ketika masih di rumah sudah ada 2 kali. Kalau mesin tidak menyala dan masih di rumah sih biasanya nggak sampai panik, paling ya batal pergi. Tapi kalau mesin mati di tengah jalan apalagi sambil bawa anak, ya rasanya lebih gimanaaa gitu.

Ada yang punya pengalaman yang sama soal mobil mati mesin di jalan begini? Kira-kira apa masalahnya selain masalah batere yang perlu diperiksa ya?

Untuk yang Ingin Tinggal di Chiang Mai

Doi Inthanon – Chiang Mai

Beberapa kali kami mendapatkan pertanyaan dari beberapa orang yang ingin tinggal di Chiang Mai, untuk merangkum jawabannya dan sekaligus siapa tahu ada yang bertanya lagi, saya akan tuliskan di post ini.

Mengunjungi Thailand

Untuk mengunjungi Thailand, sebagai orang Indonesia, kita bisa datang tanpa urus visa. Tapi waktu kunjungan kita terbatas 30 hari. Kalau merasa butuh waktu lebih dari 30 hari mengunjungi Thailand, bisa urus visa Turis supaya bisa tinggal 60 hari. Biasanya, untuk kunjungan pertama memasuki Thailand, kita akan diminta menunjukkan kalau kita sudah punya tiket pulang/keluar dari Thailand yang mana tanggal tertera pada tiket tidak lebih dari 30 hari (atau 60 hari jika punya visa turis). Kalau kita tidak punya tiket pulang, pihak imigrasi Thailand berhak menolak kita untuk masuk ke Thailand.

Tulisan untuk yang ingin sekedar mengunjungi Chiang Mai sudah pernah dituliskan di sini.

Bekerja di Thailand

Untuk bekerja di Thailand kita harus punya ijin kerja. Masuk ke Thailand tanpa visa atau dengan turis visa dan berharap mencari kerja di sini bisa saja, tapi begitu kita dapat pekerjaan, kita harus keluar lagi dari Thailand untuk mendapatkan visa sesuai ijin kerja kita yang nantinya bisa diubah menjadi ijin tinggal 1 tahun. Ijin tinggal ini perlu diperpanjang setiap tahun, dan kalau kita keluar dari Thailand kita harus mengurus re-entry visa. Kelupaan mengurus re-entry visa ketika keluar dari Thailand bisa mengakibatkan ijin tinggal sebelumnya hangus dan harus diurus ulang dari awal. Kalau nekat bekerja tanpa ijin kerja, siap-siap dideportasi kalau ketauan atau ditolak masuk lagi ketika keluar dari Thailand.

Mencari pekerjaan di Thailand

Banyak juga yang bertanya ke kami mengenai bagaimana mencari pekerjaan di Thailand. Sebenarnya saya heran kenapa ada pertanyaan seperti ini, karena pada dasarnya mencari pekerjaan di semua tempat itu sama. Bisa mencari dari lowongan kerja yang ada di internet, atau mencari kalau punya kenalan orang Thai yang buka perusahaan.

Jenis pekerjaannya? ya tergantung dengan skill yang kita miliki. Kalau kita punya skill di bidang tertentu, carilah pekerjaan yang kita mau. Di Chiang Mai sini umumnya teman-teman Indonesia itu sudah punya pekerjaan sebelum mereka ke Chiang Mai. Kalau Joe di bidang IT, ada juga beberapa teman di NGO/LSM, ada juga yang jadi pengajar, pelajar dan misionaris.

Selain itu, kalau memang punya modal, bisa juga membuka perusahaan di Thailand. Biasanya, untuk mempekerjakan orang asing di Thailand, ada syarat minimal besarnya investasi plus jumlah karyawan lokal yang dipekerjakan. Kalau bawa modal ke sini biasanya sih lebih gampang dapat ijin masuknya hehehe.

Atau coba cek apakah punya kualifikasi mendapatkan SMART Visa. Detailnya bisa coba cari di internet ya, karena ini saya juga baru dengar dan baru ada sejak 2018 lalu.

Bahasa apa yang digunakan ketika bekerja di Thailand?

Tergantung dengan tempat kerjanya. Umumnya ya kalau kantor lokal, pastilah butuh bahasa Thai. Kalau jadi pengajar bahasa Inggris/Indonesia ya tentunya bisa bahasa Inggris. Kalau cuma bisa bahasa Indonesia gimana? ya ini sih kayaknya perlu belajar dulu minimal bahasa Inggris biar bisa dipakai untuk belajar bahasa Thai atau lebih baik lagi carilah kursus bahasa Thai di Indonesia (ini sih dulu saya gak menemukan).

Untuk kantor yang dibuka oleh orang asing, biasanya banyak juga lingkungan kerjanya 100 persen berbahasa Inggris. Tapi kalau mau tinggal di Thailand, ada baiknya tau bahasa lokal, minimal biar bisa pesan makanan hehehe.

Alternatif untuk tinggal 1 tahun di Thailand

Kalau misalnya berencana tinggal tidak berlama-lama, sekedar mencari pengalaman selama 1 tahun bisa mencoba mendaftar kursus bahasa. Ada beberapa kursus bahasa yang menyertakan visa tinggal 1 tahun. Detailnya saya kurang tahu, tapi ya bisa googling sendiri biayanya dan syarat-syaratnya.

Visa belajar bahasa ini tidak disarankan diapply berkali-kali, karena kalau kita ambil visa belajar bahasa tapi gak bisa-bisa bahasanya akan ada kemungkinan diperiksa dan kalau ketahuan ngaku belajar bahasa ternyata bekerja, bisa-bisa kita dikeluarkan dari Thailand.

Menyekolahkan anak di Thailand atau pensiun di Thailand

Untuk bisa mendapatkan ijin tinggal agak lama di Thailand ada 2 cara: visa pensiun (retirement visa) kalau sudah mencapai umur tertentu, atau menyekolahkan anak di Thailand. Kalau kita menyekolahkan 1 anak di Thailand, kita bisa mendapat Guardian visa 1 tahun, kalau punya 1 anak tapi kita hanya akan dapat visa untuk 1 orang tua saja. Jadi kalau berencana tinggal bersama keluarga sebaiknya punya 2 anak yang bisa disekolahkan di sini hehehehe.

Untuk Retirement Visa dan Guardian Visa, biasanya selain syarat umur, ataupun anak disekolahkan di sini ada lagi syarat menyimpan uang dengan nominal tertentu diendapkan selama beberapa bulan di bank lokal. Kalau tidak punya jumlah yang dibutuhkan, walau anak sekolah di sini bisa saja kita ditolak ketika memperpanjang ijin tinggal.

Menikah dengan orang Thailand

Salah satu cara untuk mendapatkan ijin tinggal di Thailand adalah visa menikah. Kalau menikah dengan orang Thailand (dan tentunya tercatat dengan jelas lengkap surat-suratnya), pasangannya bisa mendapatkan ijin tinggal. Tapi ijin tinggal ini terbatas dan tidak bisa dipakai untuk bekerja. Jadi kalaupun menikah dengan orang Thai dan ingin bekerja di Thailand, perlu mengurus ijin kerja juga.

Penutup

Sebelum memutuskan untuk tinggal di Thailand/Chiang Mai, tanya diri sendiri mau berapa lama merantau? Kalau memang cuma mau jalan-jalan, ya gak usah mikir terlalu jauh. Tapi kalau misal kita punya dana untuk jalan-jalan selama setahun ya bisa juga di coba mencari sekolah bahasa supaya punya modal untuk tahun-tahun berikutnya.

Mungkin beberapa orang berpikir ah saya mau jadi digital nomad saja, yang penting masuk dulu dan gak usah pulang, atau kayaknya bisa diakalin biar bisa tinggal di Chiang Mai berlama-lama tanpa ijin kerja. Nah untuk hal ini kami tidak menyarankan, karena ada kemungkinan sewaktu-waktu ditolak masuk dan bahkan kalau ketahuan tinggal kelamaan tanpa ijin akan ditolak masuk selama beberapa tahun ke depannya.

Kami masuk ke Thailand setelah Joe mendapatkan tawaran bekerja di Chiang Mai. Ketika kami datang, kami sudah membawa ijin tinggal untuk Joe bekerja yang semuanya tentunya dibantu diurus oleh kantor. Kami menterjemahkan beberapa dokumen sesuai petunjuk dari kantor dan urusan ke kedutaan Thailand tentunya dengan menunjukkan dokumen dari perusahaan di Chiang Mai ini juga.

Untuk berbagai pertanyaan tentang syarat tentang suatu visa tertentu kami gak bisa jawab karena peraturannya bisa saja berubah. Silakan browsing ke situs resmi kedutaan Thailand untuk mendapatkan informasi terbaru.