Pertanyaan aneh lain

Ini saya mau menyambung tulisan saya tentang Hacking dan Reverse Engineering. Posting tersebut membahas beberapa jawaban untuk pertanyaan-pertanyaan yang sifatnya agak advanced. Tapi saya masih dapet banyak pertanyaan dari pemula. Misalnya: “gimana sih caranya membongkar email yahoo/gmail/dsb?” atau “gimana caranya mendapatkan account/password YM/Gtalk/facebook/dsb punya orang lain?”, atau
gimana caranya dapetin IP orang lain, atau melacak lokasinya?”.

Sebelum menanyakan pertanyaan-pertanyaan semacam itu, cobalah berpikir logis: kalau Yahoo/Google/Microsoft atau perusahaan lain membiarkan ada lubang keamanan yang sangat besar sehingga siapapun bisa membajak account semua orang, apakah mereka tidak akan dituntut dan apakah orang-orang tetap mau menggunakan layanan mereka?.

Lanjutkan membaca “Pertanyaan aneh lain”

Aplikasi Toko Online dengan Google AppEngine

Ceritanya Risna dan temennya mau buka toko online (needleyarn.com). Risna dah mencoba-coba aneka shopping cart, baik yang populer ataupun yang nggak. Selama beberapa minggu Risna mencoba memakai dan mengkustomisasi Joomla + Virtuemart. Fiturnya memang sip, tapi ada beberapa kelemahannya. Kelemahan pertama loadingnya berat (ketika loading, total ukuran halaman utama saja sudah 1.5 mb), kelemahan berikutnya adalah proses pembelian tidak seperti yang diharapkan (harus ada registrasi dsb). Proses managemennya juga sulit dan kadang membingungkan (misalnya untuk insert video youtube saja harus menginstall modul tertentu).

needleyarn

Sebenarnya banyak sekali orang Indonesia yang membuat situs belanja (online shop) kecil di multiply dan blogspot, dan cara belanja yang sederhana itu cukup diminati banyak orang. Biasanya toko di multiply/blogspot itu hanya sekedar etalase. Setelah melihat gambar dan deskripsinya, orang bisa memesan via email dengan menyebutkan produknya. Karena tokonya kecil, maka belum tentu produk tersedia, dan ongkos kirim juga belum bisa dihitung. Untuk produk handmade, pemilik toko belum tentu sempat membuatkan pesanan. Pemilik toko akan mengkonfirmasi mengenai ketersediaan dan harga. Jika sudah, maka transfer melalui rekening bank akan dilakukan (mengingat banyak yang belum punya paypal dan kartu kredit, serta banyak yang tidak yakin memakai kartu kredit di Internet). Tidak ada proses registrasi, jadi sifat tokonya semi manual.
Lanjutkan membaca “Aplikasi Toko Online dengan Google AppEngine”

Kalau Ragu Tanya Google

Banyak orang salah menggunakan “worthed” ketika yang dia maksud adalah “worth it”, memakai “dateline” (baris tanggal) padahal dia ingin menuliskan “deadline” (tenggat/batas waktu). Hal sederhana tersebut sebenarnya bisa dicek dengan mudah di Google. Cara pertama adalah dengan mencari definisinya, tapi biasanya orang akan bingung membaca definisi yang rumit. Cara kedua lebih mudah: bandingkan jumlah hasil pencariannya, yang lebih banyak biasanya benar.

Misalnya, mencari kata “worthed” akan menunjukkan ada 136.000 hasil, sedangkan “worth it” menghasilkan 83.500.000 hasil. Anda lalu bisa mengecek beberapa hasil pertama, apakah kata yang ingin Anda pakai itu memang yang Anda cari. Kata “worthed” merupakan kata dalam bahasa Inggris kuno yang sudah tidak dipakai lagi (artinya “To befall; betide” atau “terjadi”). Perhatikan bahwa jika kita ingin mencari frasa, harus dilingkupi kutip “seperti ini” (jika tidak ada kutipnya maka hasilnya adalah halaman yang ada kata “seperti” dan kata “ini”).

worthed

worth_it

Lanjutkan membaca “Kalau Ragu Tanya Google”

Tutorial membuat interpreter/compiler

Rasanya banyak sekali orang yang ingin bisa membuat interpreter dan/atau compiler. Sejak setahun yang lalu saya sudah berniat menuliskan artikelnya, tapi selalu terdistract hal yang lain. Nah kemarin saya sempat membereskan tulisan yang belum selesai itu, sudah ada 5 bagian. Ternyata agak sulit menuliskan penulisan compiler dalam format tutorial, karena saya harus berusaha menjelaskan isi program bagian demi bagian.

Tutorial ini semoga bisa berguna untuk Anda yang ingin membuat bahasa pemrograman baru, baik yang general purpose, maupun yang domain specific.

Untuk Anda yang berminat membaca, silahkan kunjungi http://yohan.es/compiler/. Kritik, saran, dan komentarnya ditunggu.

Nusa jadi Nusaptel

Sudah lama saya tidak mendengar kabar bahasa pemrograman Nusa. Ternyata sekarang namanya berubah (lagi) menjadi Nusaptel. Dulu di awal namanya adalah batak, lalu berubah menjadi nusa, dan sekarang menjadi nusaptel.Saya juga tidak tahu kenapa namanya berubah, atau apa arti akhiran ptel itu. Satu hal yang jelas: bahasa ini katanya mulai diajarkan di training/tutorial di berbagai universitas (kalau tidak salah di antaranya adalah ITS, UKSW, dan Amikom). Training diberikan ke dosen, dan bukan ke mahasiswa. Saya pun tidak tahu versi compiler mana yang diberikan di training tersebut, karena menurut rekan yang ikut milis nusa, belum ada compiler baru yang dirilis.

Kegiatan ini rupanya didukung oleh Depkominfo. Bahkan ternyata ada lelang pengadaan library untuk nusaptel senilai 280 juta rupiah. Kalau dilihat dari jadwal di situs Sistem e-Pengadaan Pemerintah, proyek ini seharusnya sudah berjalan.

Saya sendiri masih agak heran dengan dukungan Depkominfo ini. Apakah boleh seseorang membuat produk (dalam hal ini compiler Nusaptel), lalu minta bantuan pemerintah untuk mempromosikan dan bahkan mendanai untuk membuat librarynya? perlu dicatat Nusaptel ini tidak open source, bahkan tidak tersedia gratis secara umum, perancang bahasanya pun terang-terangan menyatakan bahwa bahasa ini nantinya akan komersial. Untuk mendownload compiler nusa saja, kita harus mendaftar jadi anggota milis (perlu mendapat persetujuan moderator dan bisa ditendang keluar jika membuat kritik, seperti yang terjadi pada saya). Sampai saat ini pun belum ada sama sekali paper baik nasional maupun internasional yang ditulis mengenai bahasa Nusa, jadi produk ini merupakan produk proprietary.

Dalam salah satu komunikasi dinyatakan bahwa lambatnya perkembangan bahasa nusa adalah karena tidak tersedianya dana. Jika itu benar, semoga dana yang diterima untuk pengembangan nusa tersebut bisa dimanfaatkan. Seharusnya 280 juta (yg sekarang setara dengan 27 ribu USD) itu cukup, sesuai dengan kutipan dari situs ini:

“Ridho bercerita pernah mencoba menyerahkan pembuatan translator ke pihak peneliti di AS. “Tapi biayanya mahal sekali berkisar US$10.000 – US$ 30.000 tergantung tipe translator yang diinginkan, apakah mau yang sederhana atau sampai yang mendukung GUI (Graphical User Interface-red). Saya tidak punya uang sebanyak itu,” paparnya.”

Kita tunggu saja bagaimana kelanjutan bahasa ini, apakah benar bisa menjadi bahasa yang besar dengan adanya dukungan pemerintah. Atau justru hal ini akan membuktikan bahwa bahasa tersebut belum layak untuk dikembangkan.

Airasia dan Tune Hotels

Ceritanya kami berangkat ke bandung Sabtu, tanggal 11 April dan sampai kembali di Chiang Mai tanggal 20 April. Kami pulang karena di Thailand sedang ada libur Songkran (libur tahun baru Thailand) selama 3 hari. Jadi dengan mengambil cuti 3 hari, bisa jadi libur 10 hari (3 libur nasional, 3 hari cuti + 2 kali weekend). Acara kepulangan ada banyak: mengurus aneka macam urusan dengan Bank, menghadiri wisuda

adikku (selamat ya Yos!), menghadiri pernikahan Mbak Cepi (selamat ya Mbak Cepi!), dan menghadiri pernikahan saudara-saudaraku (bentuk plural, soalnya yg nikah baik pihak cowok maupun cewek masih saudara :p).

Seperti biasa, untuk perjalanan kali ini pun kami naik AirAsia, tapi rutenya beda. Kali ini kami naik dari Chiang Mai ke Kuala Lumpur, dan dari Kuala Lumpur, langsung ke Bandung. Frekuensi penerbangan KL – Bandung 3 kali sehari, jadi jadwalnya pas, bisa langsung ke bandung dalam 1 hari. Penerbangannya lancar, tapi setelah mendarat di KL harus terjebak di pesawat selama 1 jam karena hujan deras. Pesawatnya tepat waktu. Kami agak kaget, sekarang AirAsia juga menggunakan nomor kursi (tidak seperti dulu yang duduknya bebas), kami tidak mendapat kursi yang bersebelahan, tapi untungnya pesawat relatif kosong, jadi kami bisa pindah tempat duduk.

Ketika berangkat, sepertinya para pramugari belum mengetahui bahwa pemesan makanan via internet harus dilayani lebih dulu, jadi kami menunggu cukup lama. Dalam perjalanan pulang, mereka mengutamakan pemesan makanan dari Internet.

Lanjutkan membaca “Airasia dan Tune Hotels”

Perjalanan Hari 2: Grand Palace

Hari ini karena masih lelah, semua bangun siang. Anehnya kantin yang dekat tempat penginapan belum menyediakan sarapan. Supaya cepat, Risna meminta izin pemilik kantin untuk menghangatkan bebek goreng yang dibawa dari Indonesia. Ternyata pemiliknya mengizinkan, dan akhirnya kami sarapan bebek goreng plus tempe dari Indonesia.

Tadinya kami berencana pergi ke pasar terapung damnoen saduak, tapi karena sudah sangat telat (kami pergi jam 9, padahal harusnya jam 5 pagi), maka kami pergi ke pasar yang lain di tepi sungai. Di situ kami naik kapal di sungai, pulang balik sekitar 75 menit. Di sungai ada ikan yang bisa diberi makan dengan roti (yang bisa dibeli di kapal seharga 10 baht per roti).

Setelah itu kami pergi ke  Grand Palace. Biaya masuk ke Grand Palace adalah 350 baht per orang. Grand palace sangat luas, sehingga kami sudah lelah baru mengunjungi beberapa tempat saja. Meski belum mengunjungi semuanya, kami merasa sudah cukup, dan kemudian kembali ke penginapan. Sebelumnya kami makan dulu di salah satu restoran pinggir jalan yang kami temui.