Menyumbang untuk FSF

[FSF Associate Member]Sejak kenal Linux waktu masuk ITB, saya mulai seminimal mungkin menggunakan software bajakan dan mulai aktif di open source. Mulai dari menulis beberapa program open source (Symbian bible, CAV, dan beberapa program kecil lain), training Linux di ITB, sampai beberapa kali ikut simposium open source (di Singapore, Vietnam, Taipei, dan Indonesia). Setelah bertahun-tahun menikmati software gratis yang kebanyakan dibuat oleh FSF (Free Software Foundation), saya merasa seharusnya ikut menyumbang dengan jadi member FSF. Sumbangan saya juga nggak banyak, cuma $10/bulan.

Sabagai informasi FSF ini adalah organisasi untuk proyek GNU. Kalau Anda memakai Linux, maka sebagian besar softwarenya merupakan karya GNU project. FSF juga yang menerbitkan lisensi GNU yang dipakai oleh puluhan ribu (dan mungkin ratusan ribu) software di Internet. Jika Anda memakai Mac OS X, maka ada cukup banyak aplikasi GNU yang disertakan dalam paket OS X.

Sebelum memutuskan untuk menyumbang, tadinya rasanya berat banget: wah 100 rb/bulan. Tapi kalo dipikir lagi: 100 ribu itu tidak terlalu banyak, mengingat kebanyakan orang sekarang menghabiskan lebih dari 100 rb untuk pulsa per bulan. Kalau dibandingkan dengan harga lisensi Windows XP dan Vista, harganya Windows berkali lipat dari sumbangan itu (dan harus dibayar di muka). Dengan uang 10 usd/bulan kira-kira dibutuhkan setahun untuk mendapatkan XP Home Edition, dan sekitar 2 tahun lagi untuk mendapatkan Office student edition. Oh iya, bagi student/mahasiswa, Anda juga bisa menyumbang hanya $5/bulan, alias kurang dari 50 rb rupiah.

Jadi untuk Anda yang bilang: wah beli software mahal, kalo murah sih saya mau beli. Nah sekarang Anda bisa menyumbang FSF untuk mewujudkan perkataan Anda itu. FSF memberikan software gratis, dan kita bisa membantu pekerjaan mereka dengan sedikit menyumbang. Bukankah sama saja: kalo Anda beli software itu sama dengan menyumbang penciptanya? (dan marketing, dan biaya lisensi, tapi intinya adalah ke pencipta software)

Sebagai tanda terima kasih atas sumbangan Anda, mereka akan memberikan CD GNU/linux bootable, dan satu hadiah (boleh memilih: buku Free Software Free Society atau USB Disk 256 mb dengan beberapa aplikasi GNU di dalamnya). Anda bisa mendapatkan email forwarding [email protected] dan Anda juga bisa “pamer” diri menampilkan ikon seperti yang ada di posting ini.

Saat ini FSF sedang berusaha merekrut 500 member baru. Ayo bergabung dan menyumbang mereka. Bukankah lebih baik memberi daripada sekedar selalu menerima?

Nenek

Hari ini nenekku meninggal. Ini nenek dari pihak Ibu, kalo dari pihak bapak, kakek dan nenek udah meninggal. Sedih, soalnya rencananya 11 hari lagi kami baru akan pulang ke Indonesia. Sedih karena belum sempat ketemu lagi sejak menikah (dan waktu nikah nenek gak dateng, karena dilaksanakan di Medan). Nenek ini saya panggil Simbok (yang sebenarnya di Jawa artinya “Ibu”) dan Ibu saya panggil “Emak”. Kakek dari pihak Ibu saya panggil “Pak tuo”.

Dulu, waktu aku masih kecil, kehidupan kami sangat miskin. Bapak masih bekerja sebagai karyawan rendahan di Surabaya. Sementara kehidupan belum menetap, aku dan emak tinggal di rumah pak tuo dan simbok di Sukoharjo. Setelah mendapat pekerjaan di Bogor, emak ikut ke bogor, ikut kerja di kantin Pabrik kaca tempat bapak bekerja. Kami ngontrak di gubug plastik. Tapi karena emak sakit, bapak menyarankan agar aku dan emak kembali lagi ke rumah pak tuo dan simbok. Sampai aku berumur 6 tahun baru kami pindah lagi ke Bogor (sekarang daerah itu masuk ke wilayah depok, karena di perbatasan jakarta timur).
Lanjutkan membaca “Nenek”

Modifikasi Hardware Wireless Router WRT54GL

img_1377_resized.jpg

Akhirnya setelah bersusah payah menyolder, berhasil juga memasang SD card di router WRT54GL. Ceritanya panjang sampe bisa melakukan ini.

Minggu lalu ceritanya kami pergi belanja RAM untuk laptopku, sekalian mau cari wireless access point untuk development program yang sedang kubuat. Sebelum beli access point, tadinya konfigurasinya adalah:

ADSL Modem —(via kabel ethernet)–> Laptop Acer ber-OS Linux —(via wireless)–> Macbook

Nah, sekarang Nokia E61 dan HP iPaq Risna juga mau dilibatkan disitu, dan daripada repot mensetup yang cukup ribet, sepertinya beli access point akan lebih mudah. Di Chiang Mai, toko-toko komputer relatif kecil, dan pilihan merk nggak terlalu banyak, jadi kami nggak terlalu berharap bisa dapet merk bagus dengan harga murah. Tapi tidak disangka, kami nemu Linksys WRT54GL, router yang dikeluarkan kali pertama di tahun 2005 ini katanya dah nggak dijual lagi di luar Amerika. Sejak dibeli Cisco, produk Linksys yang tadinya memakai OS Linux diganti dengan VxWorks. Nah, yang menarik dari router ini adalah bahwa router ini bisa dioprek, baik software maupun hardwarenya.

Meski sudah seminggu, baru kemarin aku nginstall firmware baru: dd-wrt, soalnya kalo nginstall di hari kerja, bakalan dioprek sampe pagi. Kemarin Risna pergi retreat, jadi pulang sendiri. Daripada Jumat malem nganggur, aku berencana menginstall dd-wrt dan memodifikasi supaya bisa mendukung SD card. Dengan SD card, router ini bisa dibiarkan menyala semaleman untuk mendownload atau mengupload file-file (daripada menyalakan laptop terus, yang pengunaan dayanya cukup besar).

Lanjutkan membaca “Modifikasi Hardware Wireless Router WRT54GL”

Kerja di Chiang Mai

Dah ada beberapa orang yang nanya: enak nggak sih kerja di Chiang Mai? Ada juga yang menyangka kalo aku studi S3 di sini, sedangkan yang lain pengen tau kerjaan di Chiang Mai ngapain sih? Setelah 4 bulan di Chiang Mai, saatnya cerita sedikit pengalaman di sini.

Di sini aku kerja sebagai programmer (tepatnya senior programmer) di perusahaan startup yang baru berdiri bulan April 2007. Karena belum tahu apakah bos mengijinkan membeberkan apa yang dikerjakan oleh perusahaan ini, saat ini aku nggak akan cerita mengenai produk perusahaan ini. Mungkin ada yang mikir: ngapain jauh-jauh ke Thailand cuma kerja di startup company, tapi yang jelas si Bos alias Prof sudah berpengalaman punya perusahaan di sebuah negara di Eropa, dan sudah cukup sukses, sampai perusahaanya dia jual. Dalam bidangnya si Bos juga adalah termasuk pionir (sudah masuk buku).

Lanjutkan membaca “Kerja di Chiang Mai”

Pemeriksa Ejaan Bahasa Indonesia untuk Firefox

Update 29 Maret 2008: Romy Hardiyanto telah membuat versi yang lebih baik dan dapat didownload di http://addons.mozilla.org

Saya sudah mencari addon Firefox untuk memeriksa ejaan bahasa Indonesia, agar ketika menulis  ejaannya tidak ngawur, tapi ternyata saya tidak menemukannya. Jadi akhirnya saya putuskan untuk membungkus sendiri kamus ejaan bahasa Indonesia yang ditujukan untuk OpenOffice agar dapat diinstall sebagai kamus ejaan di Firefox. Hanya dibutuhkan waktu beberapa menit untuk membungkus kamus menjadi format xpi. Setelah itu saya sudah bisa memeriksa ejaan dalam bahasa Indonesia.

Anda dapat mendownload/menginstall kamus yang telah saya buat dengan mengklik link ini.

Lanjutkan membaca “Pemeriksa Ejaan Bahasa Indonesia untuk Firefox”