Membandingkan Operator CDMA

Ini adalah perbandingan subjektif dari hasil mencoba semua operator CDMA (kecuali Star One, belum ada di bandung, belum sempat nyoba di Jakarta)

Flexi
Murah (aku pake yang Pasca), tapi kalo di dalem rumah signalnya kurang kuat, terutama di daerah cisitu dan dago (kalo di luar rumah sih bagus), tapi tergantung rumahnya juga sih. Di berbagai tempat yang dikunjungi (yang kamarnya agak tersembunyi di dalam, yang gak dapet sinar matahari), signal flexi biasanya lebih jelek dari Esia maupun Fren.

Koneksi data juga lumayan cepet, apalagi ada opsi make telkomnet instan, jadi bisa download-download file gede.

Fren
Satu-satunya CDMA yang bisa dibawa ke luar kota, bahkan di kampungku yang gak dapet signal telkomsel, Fren dapet lho. Tarifnya murah kalo sesama Fren, (flat rate se-Indonesia, tapi Indonesia-nya cuma pulau Jawa :P). Aku baru nyoba yang Pra bayar, abonemen Pasca-nya mahal sih.

Buat koneksi data cepet, apalagi ada opsi buat memakai VPN dari 10 ISP (yang tarifnya cuma 3rupiah/kb).

Esia
Esia ini baru dicoba, tapi ternyata sangat memuaskan. Signalnya bagus, tarifnya sangat murah (apalagi sesama esia). Dan kemarin mbak Risna beli pake ngerumpi (yang dijual terpisah dari HP Nokia paket dengan harga 75 ribu di BEC, termasuk mahal, ada yang jual antara 35 ribu [ini yang dah abis] sampai 125 ribu). Paket ngerumpi ini gratis telepon lokal (dan ke sesama Esia termasuk esia jakarta) selama sebulan, dan gratis SMSan ke mana aja sebulan.

Sayang Esia belum bisa data.

Pengalaman ber-CDMA

Sudah agak lama aku make HP dengan teknologi CDMA. HP pertama adalah Sanex 5xxx (lupa tepatnya seri berapa, yang harganya dulu 800 ribu) dengan kartu Flexi pascal bayar. HP-nya cukup lucu bentuknya (cukup mungil), tapi susah buat ngetik SMS, cuma ada 1 game dan gamenya berisik.

Terus HP kedua (tepatnya PDA phone) adalah Thera Audiovox, flexinya dipindah (di-inject ke hp ini karena gak mendukung RUIM), dan ditambah dengan Fren (Thera-nya bisa menyimpan dua nomor [dua nam]). HP-nya boros banget baterenya, udah gitu gak bisa ngirim SMS ke short number, tapi lumayan buat browsing di PDA. Sayangnya fasilitas data HP ini gak bisa dipake di PC.

Lanjutkan membaca “Pengalaman ber-CDMA”

Menghargai Karya Orang

Pernah dengar tentang microstaroffice? Di berbagai press release yang ada di berbagai media massa, dituliskan ini adalah produk Office karya anak negeri yang diselesaikan dalam waktu setahun, dan ditulis dalam C++.

MicrostarOffice 2004 sendiri memang diposisikan sebagai software office alternatif MS Office untuk memenuhi kebutuhan software legal di Indonesia dengan harga murah dan kualitas terjamin. Ini sejalan dengan program pemerintah dan UU HAKI. “Sejauh ini harga belum ditentukan. Perkiraan harga satuan dibawah Rp 400.000, dan diskon untuk pembelian volume tertentu. Awalnya kemungkinan besar hanya dipasarkan untuk corporate dan lembaga, karena masih banyaknya pembajakan,” jelas Utomo.

Lanjutkan membaca “Menghargai Karya Orang”

Komersialisasi bencana

Dua hari yang lalu Sukma Ayu meninggal, dan stasiun TV rame-rame meliput, bahkan sebagian acara gosip bikin acara spesial meliput kematian sukma ayu. Penonton bisa kirim sms (premium nggak ya tarifnya?) atau menelepon buat mengucapkan bela sungkawa. Dan hari ini ada kuis yang pertanyaannya adalah: siapakah anak Nani Widjaya yang baru saja meninggal? (ada opsinya (a) sukma ayu (b) cut keke).
Lanjutkan membaca “Komersialisasi bencana”

OSN di Pekanbaru

Ini oleh-oleh cerita dari Pekanbaru waktu jadi juri/panitia buat OSN (olimpiade sains nasional) bidang komputer. Kemarin di Pekanbaru selama hampir seminggu (Senin-Sabtu, 23-28 Agustus 2004).

Pertama mengenai kesan kota Pekanbaru: kotanya cukup kecil, cukup bersih dan rapi, gak banyak gedung bertingkat, panas, banyak rumah beratap seng yang khas daerah sumatra. Mengenai orang pekanbaru aku gak bisa bisa banyak komentar, soalnya cuma bertemu beberapa orang dan cukup ramah. Gubernurnya bisa nyanyi dan pantun, dan bikin album pula.
Lanjutkan membaca “OSN di Pekanbaru”