Perayaan Natal 2019 di Chiang Mai

Dibandingkan di Indonesia dulu, perayaan Natal yang diikuti selama di Chiang Mai ini tidak banyak. Kalau di Indonesia, dari sejak awal Desember sudah ada banyak perayaan Natal. Semakin banyak organisasi/komunitas yang diikuti, semakin banyak pula perayaan Natal yang perlu dihadiri. Saya ingat waktu masih di Medan, ada perayaan di gereja, ada di sekolah, ada Natal gabungan, belum lagi kadang-kadang ngikut perayaan Natal kantor orangtua saya (ini sih gak selalu ikutan hehehe).

Untung udaranya tidak sedingin minggu lalu

Di Thailand, hari Natal 25 Desember itu bukan hari libur. Biasanya, setiap tahunnya, acara yang kami usahakan datang itu adalah kebaktian malam Natal (24 Desember jam 11 malam), dan Joe ijin dari kantor untuk bisa mengikuti Kebaktian Natal 25 Desember di pagi harinya. Setelah Jonathan lahir, acara perayaan Natal yang kami ikuti bertambah 1: Carols by Candlelight.

Christmas Pageant 2019

Acara Carols by Candlelight ini biasanya jatuh sekitar hari Jumat, minggu Advent ke-2. Acaranya di mulai sore hari jam 7 malam. Udara dingin di kota Chiang Mai tidak menghalangi banyak orang untuk menghadiri acara ini. Format acaranya sangat berbeda dengan acara di Indonesia. Setiap tahun akan ada drama Natal yang sudah disesuaikan dengan jaman, pemerannya juga sebagian masih sambil baca karena biasanya cuma ada 1 kali latihan akhir.

Banyak anak-anak yang jadi malaikat, gembala dan domba

Acaranya outdoor di lapangan golf. Sangat jauh dari kekhusukan ibadah Natal tapi ya tetap berkesan. Anak-anak banyak yang berlari-larian dan mereka bisa ambil peran jadi malaikat, gembala ataupun jadi domba. Karena format acara musical, jadi seperti menonton drama musical di mana percakapannya berupa lagu.

Holy Family 2019

Ciri khas dari drama Natal ini adalah: mereka menggunakan bayi beneran diletakkan di palungan sebagai bayi Yesus. Waktu Jonathan masih bayi, dia juga pernah merasakan jadi bayi Yesus ditidurkan di palungan di malam yang dingin hehehe. Kami orangtuanya otomatis jadi Yosef dan Maria. Setiap tahun, selalu ada bayi yang lahir berdekatan dengan perayaan Natal ini. Tentunya bayinya bukan bayi yang baru lahir banget juga ya, Jonathan waktu itu berumur kira-kira sebulan dan masih agak banyak tidur.

Tahun-tahun sebelumnya Jonathan pernah ikutan jadi malaikat dan Joshua masih terlalu kecil untuk ikutan. Tahun ini karena kami terlambat datang, semua kostum sudah dipakai oleh anak-anak yang datang terlebih dahulu jadi mereka gak ikutan dalam dramanya.

Orang majus dan Unta

Satu hal yang juga selalu ada setiap tahunnya adalah: unta yang di bawa orang majus. Nah unta ini diperankan oleh orang juga tentunya. Terlihat lucu dari jauh. Joshua melihat unta langsung komentar :”look, there’s a camel!”. Tapi waktu acara hampir berakhir dan unta mendekati, si Joshua malahan agak malu-malu gitu. Mungkin dia heran, kenapa kaki unta pakai sepatu? Hehehe…

Untanya pakai sepatu? hahaha…

Selain acara Carols by Candlelight, masih akan ada beberapa rangkaian acara kegiatan Natal tahun ini di gereja yang kami ikuti. Tanggal 22 Desember 2019 akan ada acara Christmas Tea dan Christmas Service. Biasanya kita diminta untuk membawa sedikit kue-kue untuk saling berbagi. Acara kebaktian gereja juga dimulai lebih awal dari biasanya. Lalu tanggal 24 Desember, ada kebaktian malam Natal yang di mulai jam 11 malam. Biasanya akan selesai sekitar jam 12 untuk menyambut hari Natal nya. Lalu tanggal 25 Desember jam 10 pagi ada kebaktian Hari Natal.

Siapa tahu ada orang Indonesia yang sedang berencana untuk berlibur Natal di Chiang Mai dan butuh informasi soal kebaktian Natal, semoga informasi ini bisa berguna. Kalau kebetulan baca tulisan ini untuk tahun-tahun berikutnya, bisa coba cari informasinya di situs gerejanya langsung untuk mengetahui kegiatan Natal yang diadakan setiap tahunnya.

Indonesian Day 2019 di Royal Park Rajapreuk Chiang Mai

yang difoto malah sibuk memfoto

Beberapa hari lalu, dapat undangan mendadak untuk menghadiri Indonesian Day di Chiang Mai. Tempat acaranya berlangsung di Royal Park Rajapreuk, taman bunga yang biasanya dihias dengan indah di musim dingin. Acara ini merupakan salah satu bagian dari menjelang 70 tahun hubungan bilateral antara Indonesia dan Thailand.

Berhubung pelaksanaannya dilakukan di hari kerja, banyak teman-teman komunitas Indonesia di Chiang Mai tidak bisa hadir. Tapi tadi acaranya cukup ramai dihadiri oleh mahasiswa Thai.

peserta baris belakang hehehe

Saya dan beberapa teman yang memang tinggal di Chiang Mai datangnya terlambat, karena beberapa ada yang antar anak dulu ke sekolah, beberapa ya datang terlambat karena udara pagi bikin lambat aja bergerak (ah alesan ya).

Kami terlewat acara pembukaan dan cultural performance di pagi hari. Tapi tentunya masih berkesempatan mengikuti seminar dan cultural performance dan makan siang bersama. Malahan sempat bertemu dengan bapak Duta Besar Indonesia untuk Thailand dan beberapa Ibu dari KBRI yang memberikan presentasi mengenai hubungan bilateral kedua negara.

Seminarnya ada 3 pembicara. Pembicara pertama berbicara mulai dari sejarah kerjasama Indonesia dan Thailand yang dimulai setelah adanya kerjasama regional ASEAN, dan menjelaskan bagaimana hubungan Indonesia – Thailand dalam framework ASEAN Community 2025.

Pembicara ke-2 berbicara mengenai hubungan dagang antara negara Indonesia – Thailand. Dalam presentasi banyak dipaparkan statistik export import antara 2 negara.

Pembicara ke-3 menyajikan bagaimana posisi bahasa Indonesia dalam komunitas Internasional, termasuk menceritakan kalau saat ini ada banyak pengajar Bahasa Indonesai untuk Penutur Asing (BIPA) di seluruh dunia. Thailand merupakan negara yang paling banyak membutuhkan guru BIPA.

Waktu merencanakan hadir ke Indonesian Day, saya tidak terpikir harus duduk mendengarkan seminar seperti ini. Tapi walaupun sudah lama tidak duduk manis mendengarkan seminar, tapi karena bahan yang disajikan menarik buat saya, bisa juga mengikuti sampai selesai tanpa tertidur (eh emangnya anak mahasiswa ketiduran kalau ada kuliah).

Pertunjukan tari-tarian daerah yang ditampilkan setelah selesai seminar dan diskusi juga cukup menarik. Jonathan yang saya ajak mengikuti acara awalnya merasa bosan (karena saya belum pernah menjelaskan apa itu ASEAN, ataupun menjelaskan mengenai hubungan diplomatik 2 negara). Tapi setelah acara hari ini, dia mulai tertarik dengan topik hubungan diplomatik antar negara. Saya memberitahu dia kalau apa yang dia dengar hari ini merupakan salah satu contoh yang dipelajari di mata pelajaran Social Study. Nantinya sedikit demi sedikit bisa dijelaskan apa itu hubungan diplomatik bilateral ataupun regional.

Acaranya selesai agak lebih lama dari jadwal. Makan siang baru dimulai setelah jam 1, tapi ya sekitar jam 2 kami sudah bisa pulang. Sebelum pulang, tentunya ngobrol sedikit dengan bapak Dubes dan juga rombongan staf KBRI dari Bangkok. Jarang-jarang kan yang di Chiang Mai dapat kesempatan bertemu dengan bapak Duta Besar.

Rencananya selesai Indonesian Day, mau keliling Royal Park Rajapreuk buat foto-foto. Tapi ya karena waktunya sudah hampir jam jemput anak-anak, kami cuma bisa foto-foto sedikit deh. Sepertinya harus merencanakan lagi mengunjungi taman bunga ini di salah satu hari libur tahun baru nanti.

warna-warni bunganya bagus yaaaa

Musim Dingin di Chiang Mai 2019

Sejak pertengahan Oktober 2019, Chiang Mai dinyatakan telah memasuki musim dingin. Tapi walaupun waktu itu diperkirakan kalau tahun ini akan lebih dingin dari tahun-tahun sebelumnya, setiap harinya hampir tidak berbeda dengan musim panas. Sepanjang Oktober dan November masih ada hujan – tapi udara tidak terlalu dingin, AC masih menyala setiap harinya.

Sampai awal Desember, siang hari masih panas sampai 33 derajat celcius

Musim dingin merupakan musim yang dinanti-nantikan di Chiang Mai. Sampai dengan minggu lalu, saya sering mendengar orang-orang mengeluhkan musim dinginnya kok masih panas. Matahari sore juga masih menyengat sampai di atas 35 derajat. Saya termasuk salah satu yang selalu bilang: mana ini musim dinginnya ga sampai-sampai.

Tanggal 7 Desember jam 7 pagi, mulai dingin
Tanggal 7 Desember jam 10 malam, semakin dingin

Selama beberapa tahun di Chiang Mai, sebenarnya sudah biasa kalau musim dingin gak selalu datang tepat waktu. Saya ingat, 2 tahun lalu, sampai malam tahun baru rasanya masih biasa saja. Januari ke Februari baru deh mulai dinginnya, itupun dinginnya hanya sekitar 2 minggu dan tidak terlalu dingin.

Tahun ini, ternyata prakiraannya benar. Sejak beberapa hari lalu, udara cukup dingin dan suhu terendahnya mencapai 9 derajat celcius. Di Doi Inthanon, tempat wisata di mana ada titik tertinggi di Chiang Mai, suhu udara malah sampai minus 1 derajat celcius. Embun pagi sudah bukan berupa tetesan air lagi, tapi menjadi seperti es. Semakin dingin Doi Inthanon, semakin banyak juga orang pengen jalan-jalan ke sana untuk merasakan dinginnya udara di bawah nol derajat celcius. Kalau kami sih cukuplah dengan udara dikisaran belasan derajat celcius saja, terlalu dingin juga bikin pusing kepala biasanya.

Banyak orang yang anggap enteng dengan musim dingin kali ini dan berpikir kalau dinginnya masih akan biasa saja. Mungkin kalau baru datang dari negeri bersalju, suhu harian 15 derajat celcius itu biasa ya. Tapi untuk yang biasa dengan suhu harian 30 derajat celcius, penurunan suhu ini langsung terasa sampai ke tulang-tulang hehehe. Saya perhatikan beberapa orang masih berani pakai celana pendek dan baju lengan pendek. Tapi ya mungkin saja belum keburu beli baju hangat atau punya persediaan lemak tebal untuk menghangatkan badan haha.

Beberapa hari ini, udaranya cukup dingin walaupun kami menutup semua pintu dan jendela. Karena tidak punya pemanas, yang bisa dilakukan adalah memakai baju yang cukup tebal dan selimut ketika tidur. Udara dingin begini, tentunya hemat air juga karena mandi cukup 1 kali sehari hahaha.

Musim dingin di Chiang Mai juga ditandai dengan banyaknya bunga bermekaran di pegunungan sekitar Chiang Mai. Musim dingin identik dengan musim jalan-jalan. Udara adem, biarpun banyak jalan kita tidak akan berkeringat. Selain jalan-jalan melihat keindahan alam, bulan Desember juga banyak kegiatan berlangsung di Chiang Mai. Acara maker party yang kami kunjungi kemarin hanya salah satu dari berbagai acara pameran, bazaar, fair, market maupun sale yang sedang berlangsung di Chiang Mai. Kegiatan sejenis ini biasanya akan banyak berlangsung sampai bulan Februari.

kualitas udara kurang bagus

Biasanya, musim dingin itu langitnya cerah dan bersih. Tapi saya perhatikan beberapa hari ini langitnya kurang bersih. Dan ternyata sepertinya entah dari mana asalnya, kualitas udara tidak terlalu bersih. Mungkin karena tidak ada hujan sama sekali, beberapa orang mulai membakar sampah kering.

Kalau dari prakiraannya, udara dingin begini hanya sampai pertengahan minggu ini. Setelahnya udara dingin hanya di malam hari, tapi siang hari udaranya bisa mencapai 30 derajat celcius ke atas lagi.

dingin akan berlalu

Biasanya sih kalau sudah merasakan yang dingin banget, baru deh gak bertanya-tanya lagi mana musim dinginnya. Walaupun nantinya udara siang bisa di atas 30 derajat celcius, biasaya udara sore dan malam maupun pagi menjelang siang cukup menyenangkan untuk berjalan-jalan.

Waktunya untuk mempersiapkan rencana tujuan jalan-jalan setiap akhir pekan, dan juga tujuan liburan akhir tahun.

Chiang Mai Maker Party 2019

Acara maker party ini pertama kali kami kunjungi di tahun 2017. Ceritanya ada sedikit dalam posting di sini. Tahun lalu kami mengunjungi juga tapi tidak kami tuliskan, dan tahun ini untuk ke-3 kalinya kami mengunjungi acara maker party. Biasanya selalu ada yang menarik untuk anak-anak walaupun sebenarnya acaranya bukan acara anak-anak.

Hadiah buat pemenang balapan mobil AI Racing

Apa sih maker party itu? Ini acara untuk menampilkan hasil karya para pencipta (maker). Biasanya sih kebanyakan berhubungan dengan IoT, tapi tahun lalu ada juga yang berhubungan dengan seni, bahkan saya ingat ada yang berkaitan dengan benang dan kain juga.

sumber: https://www.facebook.com/events/618117872049524/

Tahun ini topiknya AI for makers. Acara puncaknya ada balap mobil-mobilan yang mana masing-masing mobil-mobilan ini diprogram dengan AI (niru self driving cars). Begitu sampai di tempat acara, Joshua dan Jonathan langsung lihat ada mobil-mobilan remote control dan gak mau pindah dari sana sampe lama. Padahal, mobil-mobilan yang mereka mainkan itu bukan termasuk mobil-mobilan yang akan diperlombakan buat balapan, hehehe.

Lanjutkan membaca “Chiang Mai Maker Party 2019”

Loy Kratong Chiang Mai 2019

Tahun ini, Loy Kratong jatuh tanggal 9 – 12 November. Acara menghanyutkan kratong di sungai area dekat rumah diadakan tanggal 11 dan 12 saja. Tahun-tahun sebelumnya, biasanya yang pergi ke sungai itu Joe dengan Jonathan saja. Tapi tahun ini, gantian saya dan Jonathan yang pergi. Joe di rumah dengan Joshua. Kami tidak membawa Joshua karena biasanya Joshua tidak suka dengan tempat berbau asap dan bunyi petasan yang mengagetkan.

Tahun ini, di area dekat rumah ada larangan menerbangkan lentera khom loy. Secara umum di Chiang Mai dibatasi area yang diijinkan menerbangkan khom loi. Beberapa group juga menghimbau lebih baik tidak menerbangkan khom loi maupun menyalakan petasan dan kembang api supaya tidak menambah polusi udara. Oh ya, biasanya bulan November, udara masih bersih, akan tetapi tahun ini entah kenapa udara nilai aqi udara sudah mulai mengindikasikan udara yang tidak sehat, bahkan sebelum Loy Kratong dimulai.

Awalnya rencananya mau menghanyutkan hasil karya Joshua, tapi eh ternyata kratongnya langsung nyungsep. Jadiya beli 1 lagi seharga 45 baht yang terbuat dari ice cream cone dan dibentuk seperti unicorn. Harga kratong ini bervariasi, ada yang jual 35 baht atau beli 3 seharga 100 baht, ada juga yang jual 50 baht berupa kratong bunga yang agak besar. Tadi karena saya gak berniat lama-lama di sana, saya beli dari tempat yang dekat dengan sungainya saja.

Setelah menghanyutkan kratongnya, eh Jonathan ketemu anak tetangga yang juga teman di tempat Taekwondo nya. Jadilah tadi bermain-main sebentar, termasuk memperhatikan ada ikan kecil di dekat tempat orang-orang menghanyutkan kratong. Biasanya, platform untuk menghanyutkan kratong di buat agak lebih tinggi dari air sungai. Tahun ini, platform untuk menghanyutkannya sedikit lebih rendah dari air sungai. Jadi kaki kita pasti basah kalau mau menghanyutkan kratongnya.

Kadang-kadang saya kagum dengan cara kerja pemerintah setempat dalam mempersiapkan festival seperti ini. Mereka bisa mengatur debit air sungai supaya agak tinggi dari biasanya, sehingga mempermudah untuk menghanyutkan kratong. Setelah festival selesai, mereka langsung bekerja cepat untuk membersihkan sampah kratongnya dari sungai dan air sungainya kembali lagi seperti biasa (tidak terlalu tinggi).

larangan menerbangkan khom loy

Saya bersyukur di daerah sini tidak diijinkan menerbangkan khom loy. Biasanya setiap tahun, ada lebih dari 3 sampah khomloy jatuh di halaman atau atap rumah. Tapi tahun ini, penduduk setempat cukup taat peraturan dan tidak menerbangkan khom loy. Saya tidak pernah menerbangkan khom loy, karena saya takut khom loy yang saya terbangkan membahayakan rumah atau orang lain.

Sebelum pulang, saya perhatikan selain berjualan kratong, ada beberapa penjual makanan dan minuman dadakan juga di sisi lain jalan. Dibandingkan tahun sebelumnya, rasanya lalu lintas cukup teratur dan tidak terlalu macet. Mungkin karena kemarin sebagian besar orang sudah menghanyutkan kratongnya, jadi hari ini tidak terlalu ramai.

Satu hal yang saya juga kagum dari acara seperti ini adalah kreativitas orang-orang dalam membuat kratong. Jadi kalau dulunya kratong itu terbuat dari pelepah pisang, daun pisang dan hiasan bunga. Sekarang ini orang-orang membuat kratong dari makanan seperti cone ice cream, roti tawar ataupun roti yang diberi warna-warni, dan ada juga yang dari kerupuk. Kemarin saya lihat di timeline FB saya, ada teman yang bikin kratong dari batu es dan dihias dengan makanan roti-roti. Jadi mungkin niatnya supaya tidak menjadi sampah di sungai ya.

Sambil jalan pulang, kami melihat-lihat ada apa lagi yang di jual. Ternyata ada yang jual ikan kecil juga untuk dilepaskan di sungai. Ikan sebungkus (beberapa ekor) seharga 35 baht, atau kalau mau beli 3 seharga 100 baht. Kata Jonathan, tahun depan dia mau melepaskan ikan-ikan supaya ga nyampah di sungai. Saya tulis di sini dan semoga ingat niat ini tahun depan. Cerita tahun lalu juga ada sedikit di tuliskan di sini.

Green Grizzly di Chiang Mai

Setelah sekian akhir pekan sibuk tak menentu, akhirnya hari ini menyempatkan diri untuk bawa anak-anak keluar di hari Sabtu. Udara yang sudah tidak terlalu panas juga merupakan waktu yang tepat buat jalan-jalan. Hari ini pilihan jatuh mengunjungi Green Grizzly yang baru dibuka beberapa waktu lalu.

Konsep tempat ini cukup menarik, mereka membuat pasar terapung di rawa-rawa yang penuh tanaman bunga seroja (lotus). Untuk masuk ke tempat ini kita harus membeli tiket 20 baht/orang (anak-anak gratis). Tiket itu nantinya bisa kita pakai untuk belanja makanan atau minuman dari penjual yang berjualan dari perahu dan dari coffee shop yang ada di atas rawa tersebut. Pembelian tiket dilakukan persis di depan pintu masuk area pasar terapung, lalu di dalam, kita bisa menukar uang jadi kupon belanja makanan. Nantinya kalau kupon yang kita tukar bersisa, bisa kita tukarkan lagi jadi uang baht.

Makanan dan minuman yang di jual di sana harganya juga tidak terlalu mahal dibandingkan di pasar biasa. Bisa dibilang, restoran ini memang menjual suasana dan tentunya buat yang suka foto-foto. Jalanan bambunya tidak semuanya ada pegangan di 2 sisi, beberapa bagian hanya ada di 1 sisi. Jalannya cukup lebar sih, tapi kalau tidak hati-hati bisa jatuh juga hehehe. Awalnya agak deg-deg an karena Joshua gak mau dipegangin dan Jonathan malah lari-larian. Tapi ya untungnya tidak ada insiden yang dikhawatirkan.

pegangannya hanya di 1 sisi

Jenis makanan yang dijual di dalam bagian pasar terapung ini umumnya makanan khas Thai, ada somtam, padthai, buah potong, minuman soda, goreng-gorengan. Uniknya mereka memasak makanannya di atas perahunya. Bahkan tadi saya melihat yang jual pisang goreng ya menggorengnya di dalam perahunya itu.

Di area pasar terapung ini juga disediakan gubuk-gubuk kecil untuk duduk bersantai menikmati makanan dan beberapa area dengan meja-meja panjang untuk makan dan minum.

kopi dengan gelas dan sedotan bambu yang bisa dibawa pulang

Di bagian tengah ada coffee shop yang menjual kue-kue selain minuman kopi. Bagian coffee shop ini tidak di dalam perahu, tapi lebih banyak tempat duduknya. Uniknya mereka menjual minumannya menggunakan gelas bambu dan sedotan bambu. Kalau kita memesan untuk dibawa pulangpun, mereka tetap pakai gelas bambu dan kita bisa membawa pulang gelas dan sedotan bambunya tanpa biaya tambahan.

Di bagian luar pasar terapung ada restoran lain yang sepertinya sudah lebih dulu ada. Restorannya banyak hiasan buaya (entrancenya juga ada patung buaya). Areanya cukup luas dan ada kolam ikan dengan bunga teratai disekitarnya. Anak-anak bisa bermain dengan lebih aman tanpa takut jatuh seperti di pasar terapung. Kita juga bisa membeli makanan ikan untuk memberi makanan ke ikan-ikan di kolam.

Di bagian restoran luar dan di dalam pasar terapung ada beberapa ayunan bambu besar, jadi anak-anak bisa mainan ayunan atau ya sekedar eksplorasi.

Untuk restoran di luar pasar terapung, mereka juga menyediakan game arcade yang bisa dimainkan dengan menggunakan koin. Hari ini anak-anak main tanpa menyalakan mesinnya dan udah cukup senang hehehe.

Secara keseluruhan, kalau kita pingin makan sambil bawa anak-anak main setelahnya, tempat ini cukup menarik untuk dikunjungi. Tapi karena tempatnya agak jauh dari rumah (30 menit nyetir), mungkin gak akan sering-sering juga ke sana hehehe. Harga makanannya juga tidak lebih mahal dari makan di mall.

usaha bikin foto keluarga yang gagal hehehe

Oh ya, Green Grizzly-nya awalnya saya pikir dari bonsai atau pohon besar, tapi ternyata mereka bikin patung besar yang ditutup dengan bahan sintetis seperti rumput palsu berwarna hijau. Jadi memang daya tarik dari tempat ini ya konsep pasar terapungnya.

Hello November!

Bulan Oktober kemarin, saya diserang kemalasan menulis blog. Awalnya sih mikir ah besok aja nulisnya, lalu lama-lama jadi keterusan ngebesokin hehehe. Hari ini, di awal bulan November, mari kita mulai dengan semangat baru menulis lagi walaupun mungkin cerita hari ini merupakan pengulangan dari cerita sebelumnya dan isinya sekilas info tentang Chiang Mai di awal November.

Beberapa minggu lalu, saya posting kalau musim dingin diumumkan akan mulai dari 17 Oktober 2019 yang diawali dengan kiriman hujan badai dari negeri tetangga. Nah memang sempat tuh hujan badai, angin kencang menyeramkan sampai beberapa kali pemadaman listrik, tapi musim dinginnya ternyata masih malu-malu datangnya. Untungnya juga hujannya tidak setiap hari seperti yang diperkirakan.

Jadi, di bulan Oktober, setelah beberapa hari dingin karena hujan, sisanya ya masih panas terik menyengat (padahal udah senang duluan musim dinginnya datang lebih awal). Baru hari ini nih terasa perubahan hawa yang signifikan di pagi hari. Tadi pagi, rasanya berat banget untuk bangun dan malah cari-cari selimut. Saya cek berapa derajat sih ini, ternyata memang kisaran 17-18 derajat celcius. Pantesan aja ya rasanya masih enak nyambung tidur.

jam segini 18 derajat, males bangun rasanya

Sebelum menuliskan cerita lebih panjang soal musim dingin di Chiang Mai, saya iseng mencaritahu tahun lalu seperti apa ya kondisinya. Eh ternyata tahun lalu juga mulai dingin di awal November, ini tulisannya bisa dibaca di sini.

Nah untuk lebih meyakinkan lagi, apakah November ini benar-benar akan dingin, atau cuma ‘teaser’ doang dinginnya seperti di bulan Oktober lalu, saya cek juga nih bagaimana kira-kira prakiraan cuaca 10 hari ke depan di Chiang Mai.

wah ada kemungkinan hujan

Biasanya, musim dingin itu bukan karena hujan, tapi kenapa prakiraan tahun ini akan ada hujan ya? Tapi sebenarnya ada baiknya juga hujan turun, jadi udaranya tidak terlalu kering dan tidak banyak debu. Dengan adanya hujan begini juga artinya menunda kemungkinan orang-orang bakar sampah atau sisa panen yang kering yang mengakibatkan musim polusi datang lebih awal. Secara keseluruhan suhu udara di pagi hari lumayan dingin, artinya bisa hemat AC di saat tidur hehehe. Musim dingin begini juga waktu yang tepat untuk jalan-jalan di luar ruangan (semoga hujannya gak banyak-banyak).

Ketika memeriksa prakiraan cuaca begini, saya jadi teringat dulu kalau lagi nonton berita, saya gak pernah memperhatikan bagian orang yang membawakan prakiraan cuaca. Saya pikir mereka cuma mengada-ada dan belum tentu benar, terus juga gerakannya waktu melaporkan terasa aneh. Terus jadi ingat, di beberapa film yang saya tonton, pembawa berita prakiraan cuaca ini suka dianggap reporter kelas belakang oleh pembaca berita utama, dan diceritakan kalau pembawa acara prakiraan cuaca itu cuma dikasih layar hijau dan bukan gambaran sebenarnya. Padahal ya, prakiraan cuaca ini ada ilmunya dan bukan asal-asal kayak ramalan horoskop hehehe.

Saya tidak ingat sejak kapan saya rajin meriksa prakiraan cuaca, mungkin sejak di Chiang Mai. Padahal dulu rasanya ya tiap hari sama saja, mau hujan atau panas terik ya terima aja kedatangan si cuaca. Memang sih kadang-kadang prakiraan ini tidak selalu tepat, tapi sekarang ini terasa berguna untuk tahu misalnya siap-siap payung supaya gak kehujanan atau keluarin selimut tebal supaya ga kedinginan di pagi hari.

Lagi nulis ini, dikirimin foto Sunset sama temen yang tinggal di Condo dengan pemandangan sungai Ping (jadilah sunsetnya terlihat indah ya). Buat yang baca sampai akhir, nih bonus hari ini: sunset di hari pertama November di Chiang Mai.

foto dari @dna12
foto dari @dna12
foto dari @dna12

Kalau kamu gimana, suka melihat prakiraan cuaca gak setiap harinya?