September Ceria

Entah kenapa, setiap masuk bulan September, kata pertama yang terpikir adalah: September Ceria. Jadi karena hari ini lagi banyak kegiatan seharian keluar rumah, ya sekalian aja deh jadi cerita memulai September dengan ceria.

langit biru, awan putih, dan matahari bersinar cerah!

Pagi-pagi kami udah keluar rumah buat ke dokter gigi Joshua. Sebenarnya gak pagi banget sih, jam 9.30. Biasanya sih Minggu itu hari bermalas-malasan di rumah, jadi keluar jam 9.30 itu termasuk keluar pagi hehehe. Ke dokter gigi ini bagian dari bersihkan gigi rutin saja sih, kata dokter gigi Joshua semua bagus. Cuma 20 menit di dokter gigi sudah termasuk bayar hehehe. Belum jam 10 udah di luar rumah, kalau langsung pulang pasti malas keluar lagi, jadi ya udah deh kita lanjutkan aja jalan-jalan.

masih harus dipegangin, tapi ya prosesnya udah lebih cepet dari biasanya

Bulan Agustus kemarin ada banyak sekali hari hujan, bahkan tadi malam juga masih gerimis sepanjang malam. Eh pagi-pagi hari ini matahari bersinar cerah, pilihan jatuh ke taman kota yang sudah lama tidak dikunjungi karena hujan.

Ternyata ada banyak hal baru di taman kota. Beberapa alat olahraga bertambah. Kursi-kursi untuk pengunjung juga ada yang baru. Kalau dulu umumnya kursi dari bahan kayu, sekarang bertambah kursi dari bahan besi. Selain bagian dari taman kota, ada lagi yang baru di dekat taman, yaitu: restoran! Biasanya kalau main ke taman suka bingung mau makan di mana, nah persis sebelah taman sekarang ini ada restoran baru buka jual ayam hainan. Tadi coba beli dan rasanya lumayanlah. Semoga aja restorannya bertahan lama, kadang-kadang beberapa restoran di Chiang Mai cepat banget bergantinya kalau gak laku.

restoran ayam hainan sebelah taman

Pulang dari taman setelah mampir beli makanan, kami pun pulang ke rumah. Sampai rumah belum jam 12 siang! Prestasi ya, pagi-pagi udah pergi 2 tempat dan belum jam 12 siang hahaha. Masih sempat ngurusin jemuran yang kemarin gak kering karena hujan seharian.

nongkrong bentar sambil ngobrol sebelum liat sale

Setelah makan siang, saya keluar rumah lagi dong. Tujuan kali ini: ngemall! Janjian ama temen-temen Indonesia termasuk yang bawain kopi Aroma titipan dari Bandung (cihuy). Oh ya, yang bikin cihuy juga adalah: Joe bersedia jagain anak-anak di rumah, jadi kali ini ngemall tanpa bawa buntut. Niatnya mau liat sale sebenarnya (kalau bawa anak kan ribet milih-milihnya), tapi ternyata duitnya masih milik saya, nggak ada benda yang cocok buat di beli selain makanan cemilan hahaha. Niatnya padahal belanja baju anak-anak, eh salenya gak ada bagian baju anak. Nanya sama beberapa penjaga mereka juga nggak tau malah suruh ke bagian mall yang bukan sale. Ah kalau itu sih besok-besok aja biar ada alasan kalau ke mall lagi.

Pulang dari mall masih jam 3.30 sore, idih ini jam baik hati ya hari ini, udah banyak ke mana-mana, jumlah langkah aja udah lebih dari 5000 tapi masih jam kecil hehehhe. Setelah istirahat sebentar pergi lagi ke gereja. Pulang gereja mampir belanja di Rimping dan sampai rumah belum jam 7. Abis makan baru terasa capeknya haha. Ini nulis blog juga mata mulai kerasa ketarik-tarik hehehe.

Ada 1 bagian di Rimping yang mulai mengurangi pemakaian plastik bungkusan, jadi diikat pake daun pisang.

Tapi ya senang memulai September dengan baik. Bahkan mataharipun seperti menegaskan memberi keceriaan dengan bersinar tanpa mau kalah dengan hujan (mungkin hujannya besok hahaha). Bersyukur untuk hari ini dan besok bisa berkegiatan di rumah sepanjang hari lagi hehehe.

Pameran Kebudayaan Etnis di Chiang Mai

Kemarin anak-anak lagi ikutan grup homeschool dari jam 9 pagi sampai sore. Saya ada kesempatan deh buat jalan-jalan dengan teman-teman yang juga anak-anaknya lagi sekolah.

Di Chiang Mai sering sekali ada berbagai pameran yang temanya tentang Thailand Utara. Biasanya di setiap pameran, selain ada pameran hasil kerajinan yang unik, juga ada makanannya. Jadi misi kali ini ya jalan-jalan sambil cari makan siang hehehe.

Baliho acara pamerannya

Walaupun judulnya pameran ini untuk mempromosikan tourism, kemarin waktu kami datang pengunjungnya tidak begitu banyak. Mungkin juga karena kami datangnya hari kerja dan belum jam makan siang. Atau mungkin juga, turis yang jadi sasaran pameran ini belum tau tentang acara ini. Tapi ya acara ini masih akan berlangsung sampai hari Minggu tanggal 1 September 2019. Kemungkinan diharapkan ramainya itu di akhir pekan.

Jadi, ada apa saja di sana? Mari kita melihat gambar saja.

Pameran seperti ini sering diadakan di Chiang Mai. Kadang-kadang sangat ramai dan banyak yang bisa dilihat, tapi kadang tidak terlalu ramai. Kemarin itu acaranya tergolong tidak terlalu ramai pengisinya. Tapi saya menemukan banyak hal menarik di sana.

Beberapa hal yang kami beli (walau tidak ada fotonya): snack dari kacang, biji wijen dan madu. Rasanya enak! Manisnya dari madu, katanya sih asli hehehe. Terus ada madu yang diambil dari lebah yang dipelihara di kebun kopi. Madunya jadi rasa kopi kali ya hehehe. Ada biji kopi juga tentunya. Ada sabun dari madu dan bubuk kopi. Ada shampo natural dari buterfly pea. Saya membeli kain tenun buat tutup piano.

Selain yang kami beli ada juga yang menjual kerajinan bambu, balsem dari buah lengkeng, lotion dan pelembab dari sari buah lengkeng, kunyit dan minyak esensial oil.

Datang ke pameran begitu bikin saya kagum dengan kreativitas manusia. Bisa aja gitu kepikiran membuat sesuatu dengan bahan yang ada di alam dan bisa dijadikan produk yang bisa dijual. Tapi saya suka kasian dengan ibu-ibu tua yang menjaga pameran. Mereka kelihatan bosan karena pengunjungnya kurang banyak. Sambil menunggu jualannya mereka tetap berkarya. Ada yang bertenun, menggambar di kain seperti membatik, menyulam manik-manik, atau sekedar menggulung benang untuk dirajut.

Saya sempat ngobrol dengan salah satu ibu-ibu yang jaga pameran sambil menenun kain. Saya bertanya berapa lama dia menyelesaikan 1 lembar kain. Katanya kalau sekedar kain selendang kecil 2 hari juga bisa selesai, tapi kalau kain lebar yang bisa untuk baju itu bisa butuh waktu sebulan, apalagi kalau yang bahannya dari benang sutra. Tentunya karena waktu pengerjaan dan bahan yang digunakan sutra, kain seperti itu harganya juga tidak bisa murah. Ada salah satu yang dia tunjukkan harganya 1 lembarnya 3500 baht. Dan itu bukan kualitas paling mahal ya. Mungkin kalau dibandingkan ya seperti harga kain songketlah, mana ada sih kain begitu harganya murah.

Oh ya seperti biasa, awalnya mereka akan mengajak ngobrol dengan bahasa Thailand Utara, setelah mereka perhatikan saya dan teman-teman ngobrol bukan dalam bahasa Thai baru deh mereka ganti ke bahasa Thai central. Sampai sekarang saya belum bisa bahasa Thai Utara, lah bahasa Thai Central saja kadang-kadang masih ada kata yang saya tidak mengerti hehehe.

Mudah-mudahan pameran berikutnya yang mengisi lebih ramai dan saya ada kesempatan lagi jalan-jalan santai seperti kemarin hehehe.

Memperbaharui SIM Thailand di Chiang Mai

Kemarin Joe baru menyadari kalau driving license/surat ijin mengemudi (SIM) Thailandnya sudah expired sejak beberapa bulan lalu. Begitulah kalau rumah dekat dengan kantor, jadi jarang nyetir dan tidak perhatian dengan SIM. Tidak terasa artinya sudah 5 tahun yang lalu terakhir kali kami memperbaharui SIM. Saya langsung periksa punya saya juga akan expired beberapa bulan lagi. Hari ini kami ke kantor transportasi untuk memperbaharui SIM untuk 5 tahun ke depan. Berdasarkan informasi dari situs ini, kalau terlambat memperbaharui tidak sampai 1 tahun, tidak dikenakan denda dan prosesnya hampir sama dengan pembuatan menjelang masa expired.

Berdasarkan pengalaman 5 tahun lalu, Joe bisa memperbaharui SIM dengan menggunakan surat ijin kerja yang di dalamnya ada alamat tempat tinggal, sedangkan saya harus membuat surat keterangan tempat tinggal (residential certificate). Proses pembuatan residential certificate ini bisa di imigrasi dan kabarnya butuh waktu yang tidak sebentar (menunggu wawancara sampai akhirnya keluar suratnya). Nah kali ini, saya nekat datang membawa surat keterangan tempat tinggal yang dikenal dengan buku kuning. Buku kuning ini intinya buku yang dikeluarkan resmi oleh pemerintah Thai untuk orang asing yang tinggal menetap di Thailand sebagai identitas bahwa orang tersebut tinggal di rumah beralamat yang tertera dalam buku kuning tersebut. Buku ini bukan tanda kewarganegaraan, tapi lebih seperti kartu keluarga di Indonesia (family record). Dengan kata lain buku kuning ini fungsinya sama dengan surat keterangan tempat tinggal.

Gedung Land and Transportation Chiang Mai, lantai 2

Tadi pagi kami berangkat ke kantor transportasi dengan membawa dokumen berikut ini:

  • SIM asli yang akan diperbaharui
  • Passport asli
  • Fotokopi passport halaman identitas dan halaman visa tinggal yang masih berlaku
  • Fotokopi buku kuning halaman depan dan halaman di mana ada nama kami
  • Untuk Joe dia juga membawa fotokopi surat ijin kerja di Thailand

Semua lembar fotokopi harus ditandatangani lagi oleh kami.

Langkah pertama: datang ke lantai 2 dari gedung transportasi, ke meja informasi. Di meja informasi akan memeriksa apakah ada dokumen yang kurang. Kami pikir awalnya Joe tidak perlu buku kuning karena sudah ada surat ijin kerja, tapi ternyata diminta juga. Jadi kami perlu memfotokopi lagi buku kuningnya. Di sana untungnya ada tempat fotokopi dengan membayar 2 baht/lembar.

Dari meja informasi, kami diberikan lembaran kontrol untuk diserahkan ke counter 27. Di counter 27 sekali lagi mereka memeriksa kelengkapan dokumen sambil memberikan nomor antrian. Karena kami datang sudah jam 9 lewat, nomor antriannya ternyata sudah hampir habis. Hampir saja kami disuruh kembali datang besok, karena ada kewajiban untuk mendengarkan video penjelasan lalu lintas selama 1 jam dan antrian untuk yang berbahasa Inggris sudah habis. Kali ini jurus saya menjawab pertanyaan dengan bahasa Thai membuat ibu di counter yakin kalau kami bisa ikutan dengarkan video bahasa Thai saja dan bisa menyelesaikan urusan hari ini juga hehehe.

Duduk di kelas begini serasa balik ke jaman kuliah hehehe

Dalam 1 hari hanya ada 2 kali sesi menonton video ini. Kami sudah terlambat untuk ikut sesi pagi. Kami disuruh datang lagi untuk ikut sesi jam 1 siang. Untuk perpanjangan SIM 5 tahun, kami perlu menonton video tentang peraturan lalu lintas di Thailand selama 1 jam, untuk yang terlambat memperbaharui lebih dari 1 tahun wajib menonton video 2 jam dan ikut tes lagi. Untuk yang terlambat memperbaharui lebih dari 3 tahun prosesnya seperti bikin baru yaitu nonton video 2 jam, test tertulis dan tes praktek.

menonton video peraturan lalu lintas di Thailand

Kami pulang dulu ke rumah menunggu jam 1. Sekitar jam 1 tepat kami dipanggil bersama dengan rombongan yang sama-sama mengurus SIM. Setiap orang di test buta warna atau tidak (terutama untuk warna merah, kuning, hijau). Setelah itu masuk ke ruangan untuk menonton video selama 1 jam.

menunggu antrian bayar

Selesai menonton video 1 jam, berkas kami dikembalikan (termasuk passport dan sim asli yang ditinggal sebelumnya) untuk selanjutnya mengambil antrian membayar dan foto. Kami juga diminta untuk memastikan penulisan nama sudah benar. Untuk pembuatan SIM mobil 5 tahun kami membayar 500 baht (setahunnya 100 baht), lalu ada biaya dokumen 55 baht. Total kami membayar 555 baht perorang. Kami tidak punya SIM motor, karena kami gak punya motor (dan saya gak bisa bawa motor hehehe).

hampir selesai…

Antrian membayar sebenarnya cukup cepat, tapi nomor antrian kami memang sudah agak terakhir, jadi kami harus menunggu sampai kami mendapat kesempatan bayar. Selesai bayar, kami duduk lagi menunggu dipanggil untuk foto. Selesai foto, menunggu proses print foto ke SIM dan bawa pulang SIM baru deh.

yay, aman deh sampai 5 tahun ke depan

Sekitar jam 3.30 sore kami sudah kembali ke rumah. Kalau saja kami datang lebih pagi, mungkin kami bisa ikut sesi video yang pagi, tapi kalau kami datang sebelum jam 1, bisa-bisa kami disuruh datang lagi besok hari. Walaupun tadi nonton videonya sampai terkantuk-kantuk, tapi senang rasanya urusan hari ini bisa beres dan gak ada masalah, apalagi merasakan guna buku kuning yang mengurangi kerepotan urusan ke imigrasi. Mungkin peraturan pembuatan SIM di Thailand sudah akan berubah 5 tahun mendatang, tapi saya tuliskan di sini supaya ingat prosesnya.

17 Agustus-an warga Indonesia di Chiang Mai

Foto sebelum bubar

Hari ini, walau tidak ada upacara bendera, kami warga Indonesia di Chiang Mai menyempatkan diri untuk berkumpul-kumpul lagi. Ya sebenarnya ini alasan baik juga untuk mengajarkan sejarah perjuangan bangsa Indonesia ke anak-anak kami biar tahu tentang Indonesia (walau lahir bukan di Indonesia, tapi kan warga negara Indonesia).

Tahun-tahun sebelumnya, Jonathan belum tertarik dengan cerita Hari Kemerdekaan Indonesia. Tapi tahun ini dia lebih menyimak ketika Joe menceritakan apa itu hari kemerdekaan. Apalagi Joe menceritakannya sambil menghubungkannya dengan situasi di negara-negara lain dalam perang dunia ke-2.

Tadi pagi kami juga kasih tunjuk livestream detik-detik proklamasi upacara bendera di Istana Negara ke Jonathan. Sekalian deh memperlihatkan ada banyak ragam pakaian daerah kelihatan digunakan oleh orang yang datang menghadiri upacara tersebut.

kelihatan sedikit, tapi ini aja gak habis!

Seperti biasa, kumpul-kumpul warga Indonesia tentunya kesempatan untuk melepas rindu dengan masakan Indonesia. Masing-masing masak 1 jenis, dikumpulkan jadi banyak juga. Hari hujan gerimis sejak pagi tidak mengurangi niat kami untuk berkumpul.

chef handal beraksi di dapur

Ngumpul seperti ini suatu kebahagiaan tersendiri. Sambil masak bareng ataupun cuma mundar mandir mandorin hehehe. Anak-anak yang pada ngumpul juga walau bahasanya gado-gado pada kelihatan happy aja tuh main bareng masing-masing (bareng 1 ruangan tapi mainannya masing-masing).

Ngumpul hari ini juga merupakan kesempatan perpisahan dengan salah satu keluarga Indonesia Chiang Mai yang akan pindah dari sini. Begitulah, komunitas ini memang anggotanya sering berganti. Walau biasanya sebenarnya masih suka tinggal di Chiang Mai, kenyataan ada yang harus pindah meneruskan tugas berikutnya. Teman main Jonathan berkurang lagi deh.

teman main Jona berkurang 1 lagi huhuhu

Seperti biasa, pulang dari kumpul-kumpul begini pasti bebas masak makan malam karena ada yang bisa dibawa pulang hehehe.

Terimakasih untuk teman-teman komunitas Indonesia di Chiang Mai. Senang deh bisa merayakan ulang tahun kemerdekaan Indonesia ke-74 ini bersama kalian. Kapan-kapan kita bisa adakan lomba ala-ala 17 an kalau anak-anaknya lebih banyak lagi ya hehehe.

Kesadaran Penggunaan Plastik di Chiang Mai

Sejak bulan Agustus ini, saya mulai merasakan kalau kampanye untuk mengurangi penggunaan plastik semakin digiatkan di Chiang Mai. Mungkin buat sebagian orang hal ini sudah mereka mulai sejak bertahun-tahun sebelumnya, tapi sebagian besar orang masih tidak merasa perlu repot mengurangi penggunaan plastik (termasuk saya).

Saya lihat kampanye mengenai kesadaran lingkungan ini memang harus berupa kebijakan pemerintah, karena kalau dari kelompok perorangan efeknya sangat kecil dibandingkan masalah sampah yang sudah ada sekarang ini.

Waktu berbelanja di makro saya menemukan ada sedotan yang ramah lingkungan 100 persen akan terurai, ada juga sedotan kertas, tapi waktu dibandingkan harganya, sedotan plastik biasa harganya memang jauh lebih murah. Tidak heran kalau sebagian besar rakyat kecil akan tetap memilih menggunakan sedotan biasa.

Di toko besar seperti Robinson, mereka memberikan pilihan: kalau kita belanja tanpa menggunakan kantong belanja, kita diberikan 10 point membership – yang nantinya kalau dikumpulkan bisa menjadi kupon potongan harga ataupun lucky draw.

Pengumuman mulai 1 Agustus, belanja di Robinson tidak memberikan kantong plastik lagi

Hari ini waktu saya belanja ke minimarket 7 Eleven, untuk pertama kalinya saya ditanya: mau pakai plastik atau tidak? tapi karena tadi saya cuma bawa tas kecil dan belum membiasakan diri bawa kantong belanja sendiri, saya masih mengiyakan menggunakan plastik. Di 7 Eleven, saya tidak harus membayar untuk plastiknya, tapi saya jadi ingat waktu kami ke Hong Kong tahun lalu, kalau menggunakan kantong plastik harus bayar. Tadinya saya berniat beli di 7 itu sekalian, tapi saya tidak lihat mereka menjualnya (atau mungkin udah habis diborong orang yang belanja sebelum saya).

Sebenarnya, ada banyak cara untuk membantu mengurangi menambah sampah plastik, salah satunya dengan membawa kantong belanja sendiri. Tapi ya selama kita tidak harus bayar biaya kantong plastik, ada kemungkinan saya akan tetap lupa bawa kantong plastik sendiri (ini salah satu contoh harusnya dibikin aturannya).

Saya ingat, di Indonesia pernah diberlakukan aturan kalau kita harus membayar kantong plastiknya, tapi pada akhirnya aturan itu mungkin bikin orang malas belanja ke situ dan akhirnya minimarket itu mengalah dan tetap menyediakan kantong plastik secara gratis.

Selain masalah kantong belanja, salah satu yang bisa mengurangi penggunaan sampah plastik adalah membawa botol minuman sendiri daripada membeli minuman kemasan botol. Dulu saya ingat juga, ada 1 tempat jualan es kopi yang memberikan stamp untuk orang yang membeli kopi dengan membawa gelas sendiri, dan akan memberikan gratis 1 gelas setelah membeli 10 gelas. Tapi ya saya juga bukan orang yang bawa-bawa gelas kopi sendiri. Tapi biasanya gelas plastik es kopi yang saya beli waktu sampai di rumah tidak langsung saya buang, tapi saya cuci dan siapa tau bisa digunakan lagi.

Pelajaran hari ini adalah:

  • saya harus melatih diri bawa-bawa tas belanja sendiri kalau mau ke minimarket/belanja.
  • saya ga perlu beli es kopi lagi supaya ga nambah sampah plastik kecuali saya lagi bawa tumbler sendiri
  • meneruskan kebiasaan bawa botol minuman sendiri
  • kalau beli lauk, perlukah saya bawa rantang/lock n’lock? hahaha ntar tukang jualannya masukin ke plastik sebelum masukin ke rantang pula
  • oh ya, walau agak lebih mahal dari sedotan biasa, akhirnya saya membeli sedotan plastik yang ramah lingkungan, klaimnya terurai dalam 180 hari (nanti bisa dicoba dibuktikan). Udah punya sedotan bambu sebenernya, tapi rasanya kurang sip memakainya haha.

Masih banyak sebenarnya yang bisa dilakukan, tapi yang penting mulai dari diri sendiri walau sekecil apapun. Nantinya semoga ada kebijakan dari pemerintah masing-masing negara untuk mengurangi penggunaan plastik secara menyeluruh. Kira-kira mana yang lebih efektif: menyuruh kita membayar lebih untuk penggunaan plastik, atau memberikan reward kalau kita tidak menggunakan plastik? Silakan tuliskan pendapat kamu mengenai tips mengurangi penggunaan plastik dari diri sendiri.

Membersihkan Unit Air Conditioner (AC)

Setelah sekian lama menunda, hari ini akhirnya unit pendingin AC di rumah dibersihkan. Ada 2 pilihan untuk membersihkannya: bersihkan sendiri atau memanggil ahlinya. Waktu di Indonesia, rumah kami gak ada AC nya, apalagi sekian tahun sebelum ke Chiang Mai saya ngekost di Bandung, nggak ada kepikiran sama sekali butuh AC. Sejak tinggal di Chiang Mai, jadi ketergantungan juga dengan memakai AC.

Musim panas di sini memang terasa berbeda dengan musim panas di Bandung ataupun Medan. Rasanya di Indonesia kalau suhu udah di atas 33 derajat celcius itu sudah panas banget, tapi di sini musim hujan saja rata-rata suhu udara berkisar di atas 35 derajat. Matahari benar-benar melimpah sepanjang tahun.

Sejak menggunakan AC di apartemen dulu, saya baru tahu kalau kita harus membersihkan AC secara rutin. Disarankan setahun 2 kali (atau setiap 6 bulan). Di kota ini rata-rata di bulan Maret dan April, tukang bersihkan AC sudah akan sibuk sekali karena semua orang mempersiapkan AC nya menghadapi musim panas.

Tahun ini saya menunda memanggil tukang AC karena sibuk tak menentu. Tahun lalu saya ingat, kami membersihkan AC di bulan Juni, lalu seharusnya Januari tahun ini saya bersihkan lagi, tapi ya akhirnya baru kesampaian bulan ini. Ini juga akhirnya disempatkan memanggil karena belakangan ini AC nya mulai terasa lama mendinginkan ruangan.

Saya memilih memanggil ahlinya daripada membersihkan sendiri karena saya tidak mengerti membersihkan AC hehhee. Ada banyak video DIY untuk membersihkan AC, tapi rasanya untuk naik turun tangga membersihkannya sambil digangguin 2 anak pastinya gak akan fokus ngerjain. Kalau Joe diminta bersihkan AC sudah tentu lebih sulit cari waktunya karena tiap hari kerja dan bersihkan AC itu bukan kerjaan sebentar.

Membersihkan AC ini salah satu langkah menghemat. Kalau unit AC kita kotor, otomatis dia akan menggunakan listrik lebih banyak dan artinya bayaran listrik juga lebih mahal. Selain itu, kalau dibiarkan kotor begitu saja, unit AC akan cepat rusak dan akibatnya kita harus beli baru. Memanggil ahlinya untuk membersihkan juga artinya kalau ada yang butuh diperbaiki, diganti atau ditambahkan biasanya mereka juga punya persediaan alat dan bahannya.

Selain AC rumah, AC di mobil juga perlu dibersihkan setiap tahun. AC yang kotor di mobil juga bisa membuat udara tidak sehat yang disirkulasikan di dalam mobil. Biasanya kami minta di periksa filter AC mobil di saat periksa mobil setahun sekali.

Kalau udara di luar lagi panas banget, begitu sampai di rumah bisa ngadem di ruang ber AC itu rasanya bersyukur ada penemuan AC ini. Saya tidak bisa membayangkan kalau suhu udara 44 derajat celcius dan hanya mengandalkan kipas angin selama sebulan akan seperti apa. Mungkin tubuh kita akan adaptasi sih, tapi ya sekarang ini saya adaptasinya pakai AC hahaha.

Setelah AC dibersihkan, langsung terasa efeknya: AC kamar lebih cepat dingin. Selain itu mudah-mudahan tagihan listrik bulan depan tidak semahal bulan lalu hehehe.

Kalau kalian yang memakai AC memilih bersihkan sendiri atau panggil ahlinya? Seberapa sering kalian membersikan unit AC nya?

Musim Hujan yang Panas

panas sepanjang minggu

Sejak bulan Juni lalu, Chiang Mai sudah memasuki musim hujan. Awalnya, hawa musim panas sudah mulai berkurang dengan datangnya hujan, tapi ternyata curah hujannya masih sangat sedikit dan udara kembali panas lagi.

Sudah beberapa minggu ini, matahari terasa panas menyengat seperti di musim panas lalu. Saya coba cek di aplikasi cuaca dan ternyata memang benar kisaran suhu di 34-38 tapi rasa 40 derajat celcius.

suhu tanggal 13 Juli lalu

Hujannya memang turun, tapi biasanya tiba-tiba. Hujan turun bisa sangat deras dan seperti air dituang dari langit, tapi 15 menit kemudian sudah kembali panas menyengat seperti tidak ada hujan. Hujan yang sebentar walaupun sangat deras tidak mampu menurunkan suhu udara yang panas.

Saya ingat, beberapa tahun lalu, udara panas seperti ini berlangsung berkepanjangan sampai bulan November. Biasanya bulan November itu sudah memasuki musim dingin tanpa hujan, tapi ya kadang-kadang namanya cuaca tidak bisa dipastikan seperti yang diperkirakan.

Kalau di musim panas, udaranya super panas dan kering. Di musim hujan ini udaranya panas dan lembab sehingga lebih banyak berkeringat. Tidak enaknya di musim hujan begini, lebih banyak nyamuk daripada di musim panas. Jadi saya perhatikan, musim hujan yang panas ini membuat lebih banyak masalah kulit. Pertama masalah karena badan berkeringat jadi biang keringat, berikutnya masalah bekas garukan karena digigit nyamuk. Kalau sudah begini, harus lebih memperhatikan kuku anak-anak jangan sampai panjang. Joshua masih belum bisa dilarang untuk tidak menggaruk kalau gatal digigit nyamuk.

Musim hujan begini biasanya Chiang Mai agak sepi. Sekolah internasional yang libur juga menambah sepi kota Chiang Mai. Sebagian warga pendatang, pulang ke negaranya atau liburan panjang ke tempat lain. Lalu lintas agak sepi, turis juga tidak terlalu banyak. Istilahnya sekarang ini low season buat pariwisata Thailand. Biasanya harga hotel ataupun paket wisata agak murah. Tapi memang cuaca hujan yang panas ini saya tidak merekomendasikan untuk datang mengunjungi Chiang Mai.

Terlepas dari cuaca, kehidupan di Chiang Mai berjalan seperti biasa. Yang namanya Night Bazaar ataupun pasar ya tetap buka. Pasar Sabtu Malam ataupun Pasar Minggu Malam juga tetap ada dan tetap ramai kecuali hujan tiba-tiba. Saya pernah ke pasar Sabtu Malam, baru lihat-lihat sebentar tiba-tiba hujan deras. Biasanya kalau hujan kan hanya sebentar, eh waktu itu hujannya awet sampai 30 menit. Saya kasihan melihat tukang jualan yang baru membuka dagangannya harus segera menutup lagi dan akhirnya mungkin pulang tanpa menjual 1 pun barang dagangannya. Ya resiko jualan di pasar kaget ya begitu, kalau hujan tidak bisa meneruskan berjualan.

Saya ingat kalau di Indonesia, yang namanya musim hujan itu bisa hujan hampir tiap hari dan udaranya jadi adem. Tapi efek lain juga kalau hujan terus menerus akan ada banjir di beberapa tempat. Nah di sini, sepanjang musim hujan ini, belum pernah ada yang namanya hujan sepanjang minggu. Bagusnya jadi tidak ada masalah dengan cucian tidak kering, walaupun ada juga beberapa kali cucian kami tidak kering karena hujan dadakan dan mendung sepanjang sisa hari itu. Tapi biasanya, walau mendung dan matahari sembunyi, udaranya tetap saja panas.

Musim hujan belum berakhir, saya tidak berharap ada hujan terus menerus sepanjang minggu, cuma berharap udaranya ademan aja kalau ada hujan. Saya ingat 8 tahun lalu di akhir September, hujan terus menerus sepanjang minggu di utara Thailand mengakibatkan sungai Ping tidak mampu menampung air kiriman dan jalanan sampai banjir. Sejauh ini, setiap tahunnya pemerintah kota Chiang Mai cukup siaga persiapan pompa air sebelum banjir. Sungai-sungai juga dibersihkan dan dikeruk setiap ada peringatan akan ada badai lewat di utara Thailand. Semoga tahun ini juga tidak terjadi banjir akibat hujan.

Kalau di kota kalian sekarang bagaimana cuacanya?