Pengalaman Pemilu di Luar Negeri

Hari ini dapat surat dari panitia pemilu luar negeri perwakilan Bangkok berisi bukti pendaftaran pemilih untuk pemilu 2019. Tahun ini merupakan kali ke-3 kami mengikuti pemilu di Thailand. Kalau diperhatikan, dari masa ke masa sepertinya kegiatan sosialisasi untuk pemilu bagi kami yang merantau ini makin lama semakin baik.

Bukti sudah terdaftar ikut pemilu 2019

Karena kami jauh dari Bangkok, kami memilih lewat surat suara yang dikirimkan melalui kantor pos. Biasanya di dalamnya selain surat suara juga disediakan amplop yang sudah berisi perangko untuk mengembalikan surat suara kembali ke Bangkok. Gak ada alasan deh untuk tidak bisa ikut pemilu karena tidak berdomisili di Indonesia.

Sosialisasi pemilu yang paling banyak informasinya itu tahun ini. Sebelumnya juga sudah cukup banyak, tapi mungkin dengan semakin mudahnya akses informasi melalui HP, panitia pemilu juga berusaha untuk memanfaatkan internet untuk penyebaran informasi dan juga mengontak per orang. Buat kami yang jauh dari kedutaan, panitia pemilu juga mendatangi kami untuk memberikan informasi secara langsung (siapa tau pada malas baca website hehehe).

Awalnya biasanya dihimbau untuk mendaftarkan diri secara online. Lalu kemudian kalau ada yang tadinya ragu-ragu mau daftar atau kelewat daftar, masih ada lagi pendaftaran susulan. Panitia pemilu juga secara aktif berusaha menanyakan keberadaan warga yang punya hak pilih untuk memastikan semua orang bisa menggunakan hak pilihnya.

Pemilu tahun ini akan diadakan serentak 17 April 2019 di wilayah Indonesia, tapi untuk masyarakat Indonesia yang di luar negeri, biasanya pemilu di kedutaan di adakan lebih awal dari jadwal di Indonesia. Yang dikirimkan via pos, menerima surat suara lebih awal lagi dari jadwal pemilihan di kedutaan. Jadwal penghitungan surat suara biasanya akan disamakan dengan penghitungan surat suara di Indonesia.

Seingat saya, selain memilih presiden, kami yang di luar negeri ini juga mendapat surat suara untuk anggota DPR Pusat. Saya juga ingat, pemilu 5 tahun lalu, karena ada serombongan mahasiswa sedang mengunjungi Chiang Mai, KBRI mengatur supaya mereka tidak kehilangan hak suara dan mengirimkan panitia pemilu dari Bangkok untuk datang membawa kotak suara dan jadilah kegiatan pemilihan dengan bukti mereka menunjukkan kartu identitasnya. Buat warga Indonesia yang di Chiang Mai waktu itu juga bisa memasukkan surat suara yang sudah mereka pilih ke kotak suara yang di bawa khusus tersebut, jadi tidak perlu dikirimkan lewat pos lagi.

Warga Indonesia di Chiang Mai tidak terlalu banyak, tapi ketika beberapa waktu lalu diadakan pertemuan untuk sosialisasi menghindari terdaftar sebagai pemilih ganda, yang datang kira-kira lebih 20 orang. Belum cukup banyak untuk membuat panitia pemilu mengirimkan petugasnya datang ke Chiang Mai membawa kotak suara.

Memilih dengan mengirimkan kembali via Pos sebenarnya lebih enak. Kita bisa dengan santai melihat surat suara lalu menimbang-nimbang siapa yang mau dipilih. Untuk memilih presiden mungkin gak butuh waktu lama untuk menimbangnya. Kebanyakan orang sudah bisa langsung menentukan pilihannya di masa kampanye ketika mendengarkan visi misi dan juga argumen dalam acara debat. Memilih wakil rakyat di DPR lebih sulit karena ga semua orang bisa ditemukan informasinya di google. Tapi sepertinya untuk tahun ini banyak juga caleg yang menyediakan banyak informasi melalui website ataupun media sosialnya.

Semoga acara pemilihan umum bulan April nanti berjalan dengan lancar dan siapapun yang terpilih bisa menepati janjinya dan membawa Indonesia lebih baik lagi dari sekarang, jadi kalau mudik ke Indonesia rasanya bisa lebih nyaman lagi deh. Ayo yang udah terdaftar sebagai pemilih, jangan sampai hak pilihnya gak dipakai ya.

Hari Anak di Thailand

Hari Anak di Thailand dirayakan setiap hari Sabtu ke-2 di bulan Januari. Perayaan hari anak di Thailand sudah ada sejak tahun 1955, tapi kami baru mengikuti kegiatan hari anak setelah Jonathan berumur sekitar 4 tahun.

Kegiatan Perayaan Hari Anak setiap Tahunnya di Chiang Mai

Sebelumnya, sepertinya kami kebetulan tidak pernah keluar rumah di hari Sabtu ke-2 bulan Januari, makanya kami gak menyadari mengenai adanya perayaan hari anak ini.

Perayaan hari anak di Thailand cukup meriah, hampir semua pusat perbelanjaan mengusung tema tertentu dan memberikan kegiatan dan hadiah untuk anak-anak.

Kegiatan di Pangkalan Udara Chiang Mai

Kegiatan yang paling ramai dikunjungi di Chiang Mai setiap tahunnya di pangkalan angkatan udara yang lokasinya dekat dengan bandara Chiang Mai.

Kegiatan di sana mulai dari pesawat tempur yang mengadakan show, berbagai panggung pertunjukan dan kesempatan untuk naik ke dalam pesawat tempur dan berfoto di sana.

Tempat-tempat rekreasi dan restoran yang biasanya ramai dikunjungi oleh keluarga dengan anak-anak, biasanya semakin ramai karena pada hari Anak diberikan kesempatan masuk secara gratis untuk anak-anak (orang tuanya tetap harus bayar).

Untuk restoran mereka juga memberikan menu spesial atau bahkan bisa juga makan gratis untuk anak-anak. Intinya di hari Anak, semua orangtua wajib bawa anak-anak keluar rumah karena banyak tempat menyediakan berbagai hal supaya anak-anak bisa bersenang-senang tanpa biaya.

Tahun-tahun sebelumnya kami sudah pernah ke lapangan udara melihat dan berfoto dengan pesawat tempur. Kegiatan di sana benar-benar ramai dan banyak jalannya. Kami juga pernah terjebak macet dari rumah ke mall yang biasanya hanya 10 menit jadi 1 jam karena berangkat kesiangan.

Kegiatan kami di Hari Anak 2019

Hari ini kami sudah tahu kalau kami gak kepingin terlalu capek berjalan jauh tapi ya pingin anak-anak menikmati juga perayaan hari anak di Thailand.

Mwnghibur diri dari kemacetan dengan foto bareng di mobil

Walaupun kami berangkat masih cukup awal (sekitar jam 10.15), tapi lalu lintas sudah cukup macet karena arah mall yang kami tuju sama dengan arah airport di mana kegiatan paling ramai diadakan. Sampai di mall jam 11-an, mall nya juga sudah ramai banget.

Kegiatan di mall Airport Plaza di hari Anak

Tahun ini beberapa mall merayakan hari anak 2 hari. Kami tidak berencana datang lagi besok, tapi mungkin mereka membuat acaranya 2 hari supaya yang anaknya belum puas bersenang-senang bisa datang lagi besoknya.

Tema acara di mall yang kami datangi berjudul “Take Me to the Sea”. Ada panggung pertunjukan yang dihias dengan balon berbentuk seperti aneka binatang laut maupun karang laut.

Pertunjukan putri duyung

Ada juga pertunjukan putri duyung di dalam aquarium besar yang ada di dalam mall, tapi tadi kami cuma lihat dari lantai atas.

Karena lantai dasar sangat ramai, kami memilih untuk melihat-lihat di lantai atas dulu dan makan siang. Salah satu toko tempat biasanya Jonathan dan Joshua bermain lego mengadakan acara permainan sendiri dan relatif lebih sepi.

Tiap lantai ada kegiatan

Kami lebih banyak menghabiskan waktu di lantai atas daripada di lantai bawah. Joshua dan Jonathan bergantian main lego, main puzzle, dan sama-sama dapat hadiah susu, permen dan gelas.

Selesai bermain di atas, kami lihat lantai bawah sudah tidak terlalu ramai. Jonathan cuma mau ngantri untuk mendapatkan cotton candy. Joshua sudah capek jadi dia main-main dengan papanya saja sambil menunggu Jonathan ngantri cotton candy.

Sayangnya saya tidak tahu di mana toko yang menjual cotton candy selain di zoo dan atau di kegiatan-kegiatan anak-anak begini. Kalau saya tahu di mana toko yang selalu menjual cotton candy, pasti saya bujukin Jonathan untuk beli saja daripada ngantri.

Ngantrinya lumayan lama karena entah kenapa semua anak pengen cotton candy dan biasanya gak setiap hari mereka diijinkan makan cotton candy hehehe.

Dipikir-pikir, sebenarnya jadi anak-anak itu paling menyenangkan ya. Mereka sehari-hari tidak punya banyak persoalan dalam hidup. Apalagi kalau masih kecil banget dan belum sekolah, belum ada yang namanya harus bangun pagi supaya berangkat ke sekolah ataupun mengerjakan pr dari sekolah.

Penutup

Kalau udah sekolah tapi sekolah di rumah juga masih cukup enak, asalkan nurut aja pas diajarin sama emaknya hehehe. Anak-anak itu tugasnya bermain sepuas-puasnya, supaya nanti kalau sudah besar bisa lebih fokus untuk mengerjakan tugas dan tanggung jawabnya dan bukannya main minesweeper atau game online di jam kerja hehehe.

Mari kita berikan anak-anak kesempatan bermain setiap harinya, jangan cuma disuruh ngerjain PR doang (ngingetin ke diri sendiri).

NgeMall di Depok VS Chiang Mai

Katanya kita ga bisa membandingkan 2 hal yang memang berbeda. Depok itu bukan Jakarta, tapi tetap saja lokasinya dipinggiran kota Jakarta, beberapa hal di Depok terjadi ya gak lepas dari lokasinya yang gak jauh dari Jakarta, ibukota negara yang penduduknya sangat padat.

Chiang Mai lokasinya jauh dari Bangkok, walaupun disebut sebagai kota terbesar di utara Thailand, tapi kalau dibandingkan sama Bangkok, jauh lebih kecil dan bahkan masih bisa ditemukan sawah di sini. Saya mau membandingkan dari kesan selama liburan kemarin di Depok dan Jakarta.

Walaupun Depok bukan Jakarta, tapi kesan banyaknya volume kendaraan di jalanan ya selama di Indonesia hampir sama aja, banyak mobil dan terutama motor. Setelah seminggu kembali ke Chiang Mai, saya bisa merasakan kalau Chiang Mai ini sangat sepi kalau dibandingkan dengan Depok.

Untuk kegiatan jalan-jalan ke Mall, di Depok dan Jakarta itu jauh lebih mahal dibandiingkan di Chiang Mai. Banyak hal di mall di Chiang Mai merupakan fasilitas gratisan terutama seputar tempat bermain untuk anak-anak sampai dengan kereta api yang muterin mall.

main lego gratisan

Kalau di Chiang Mai, kami bisa ke mall itu cuma keluar duit untuk makan. Makannya juga cukup kurang dari 800 baht untuk 1 keluarga dan sudah termasuk makan di restoran yang mahal. Untuk kegiatan bermain, anak-anak bisa naik kereta api gratis, main di playground gratisan dan termasuk bermain lego di salah satu toko yang menjual permainan anak-anak.

indoor train di Margo City Depok

Di Depok dan Jakarta, main ke mall itu habisnya lumayan mahal, untuk bermain di tempat bermain harus membayar mulai dari 100rebu/anak. Untuk makanan, biasanya duit yang setara 800 baht itu belum makan kenyang. Saya jarang menemukan tempat bermain gratis di mall Depok dan Jakarta, dan untuk naik kereta api yang keliling mall juga tidak ada yang gratis. Oh ya waktu kami ke Jakarta Aquarium kami menemukan tempat bermain gratis di dalam Central yang sepertinya Central yang sama dari Thailand.

indoor train gratisan di Central Aiport Plaza Chiang Mai

Perbedaan kegiatan ngemall yang cukup berasa adalah waktu masuk parkiran, di Depok dan Jakarta, mencari parkiran itu butuh keahlian supaya dapat. Bayar parkir di mall juga cukup berasa untuk kantong, sedangkan kalau di Chiang Mai, parkir di Mall itu gratis. Beberapa mall di Chiang Mai menerapkan gratis hanya untuk 5 jam pertama, tapi ya kalaupun ngemall sampai lebih dan bayar, udah wajar lah ya rasanya. Mall yang sering kami kunjungi sih bebas parkir walau lebih dari 5 jam, tapi ya tidak diijinkan untuk meninggalkan mobil menginap di parkiran mall.

Di Depok dan Jakarta, waktu masuk ke dalam mall selalu ada pemeriksaan tas dan barang bawaan. Mobil sebelum masuk ke dalam komplek mall juga sering di minta untuk di cek bagian bawahnya. Selama bertahun-tahun tinggal di Chiang Mai, saya tidak pernah ingat ada pemeriksaan mobil ataupun tas waktu masuk ke dalam mall.

Satu hall yang saya heran, mall di Indonesia di akhir pekan padat sekali. Ya di Chiang Mai juga pernah sih melihat mall padat, terutama waktu mall nya baru buka, tapi sepadat-padatnya mall di Chiang Mai, rasanya mall di Indonesia jauuuuuuh lebih padat. Mungkin karena perbedaan kepadatan penduduknya juga ya, dan kalau semua orang kegiatan akhirn pekannya ngemall, ya akhirnya sudah pasti mall nya juga padat.

Sebagai kesimpulan, sepertinya kalau kami tinggal di Depok/Jakarta, saya gak akan suka kalau harus tiap minggu ke Mall mengantar anak kursus tertentu. Lebih baik mencari tempat kursusnya yang bukan di area mall. Tapi kalau di Chiang Mai, kegiatan ngemall untuk anter anak kursus itu masih cukup oke dan bahkan kadang saya anggap sekalian hari libur masak dan makan di luar hehehehe.

Review Mesin Kopi Krups XP5210

Sejak di Chiang Mai, saya berkenalan dengan aneka jenis kopi. Dulunya di Indonesia saya hanya ngerti kopi instan. Starbuck baru marak ketika kami sudah akan ke Chiang Mai, dan karena harga Starbucks pada masa itu terasa mahal, saya ga pernah berpikir mencoba aneka kopi yang fresh dari biji kopi yang digiling sendiri. Paling banter dulu minum kopi tubruk hitam dikasih gula yang banyak supaya manis waktu masih di Medan kalau ada acara kumpulan orang batak hahaha.

Tentukan sendiri seberapa kental selera kopi kita.

Di Chiang Mai, ada banyak yang menjual aneka kopi produksi lokal yang fresh dari biji kopi yang baru dihaluskan. Ada yang organik maupun yang sudah dikemas menjadi franchise. Harganya juga variasi dari 35 baht/gelas sampe 200 baht/gelas, tergantung minumnya di mana dan tokonya punya nama atau tidak. Awalnya saya ga merasakan perbedaan rasa kopi murah dan mahal, apalagi kalau kopinya dikasih es yang banyak dan super manis karena dicampur gula dan susu kental manis. Lah biasa juga minum susu instan.

Lanjutkan membaca “Review Mesin Kopi Krups XP5210”

Big Bad Wolf di Chiang Mai

Hari yang ditunggu-tunggu sudah tiba. Sejak beberapa minggu lalu sudah berencana buat ke acara Big Bad Wolf Book Sale yang pertama kali diadakan di Chiang Mai. Selama ini cuma dengar ceritanya saja. Sebenarnya, buku di rumah sudah banyak, masih banyak juga yang belum selesai dibaca, tapi rasanya sulit menolak kesempatan melihat lautan buku.

Lautan Buku BBW Chiang Mai

Jadwal BBW itu seharusnya dimulai tanggal 30 November – 9 Desember 2018, tapi untuk hari ini mereka membuka untuk presales buat sebagian yang mendapatkan VIP Pass. Tapi kalau dilihat lagi, mereka tidak terlalu mengecek apakah yang datang punya VIP Pass atau tidak. Bagusnya datang hari ini masih belum terlalu ramai dan bisa lebih leluasa untuk browsing buku.

Lanjutkan membaca “Big Bad Wolf di Chiang Mai”

Kota Mana di Indonesia?

Awal datang ke Chiang Mai kami ga kepikiran bakal tinggal lama dan betah di sini. Waktu itu kontrak kerja Joe diawali dengan 4 tahun, dan karena kami baru menikah dan belum punya anak, ya saya bilang sama Joe kalau kita tinggal di sini sampai kalau anak-anak masuk SD. Waktu itu saya belum tahu apa itu homeschooling dan tidak terpikir bakal betah di kota yang bahasanya susah dibaca dan susah diucapkan.

Saya gak tahu, kapan persisnya kami akhirnya merasa betah di Chiang Mai dan malah mulai prefer stay di sini daripada pulang. Masalahnya, kalau ditanya: kapan pulang dalam arti kapan kembali ke Indonesia? saya sekarang tergantung pekerjaan Joe saja. Sekarang ini kontrak kerja Joe sifatnya permanen alias selama masih mau kerja di perusahaan di sini. Tapi jawaban yang kami belum bisa tentukan adalah: kalau pulang ke Indonesia bakal tinggal di mana?

Lanjutkan membaca “Kota Mana di Indonesia?”

Cerita Kehidupan part 1

Hari ini akhirnya manggil tukang pijet lagi ke rumah, sebenarnya pegal-pegal sisa perjalanan minggu lalu sudah hilang, tapi ya kalau dipijat kan biar tambah enak badannya hehehe. Ngobrol-ngobrol dengan tukang pijat merupakan salah satu kesempatan saya berlatih berbahasa Thai, karena dia gak bisa bahasa Inggris sama sekali.

Kami mengenalnya sudah lama, dari sejak saya ga bisa bahasa Thai sampai akhirnya bisa mengerti banyak mendengarkan ceritanya. Jadi kepikiran untuk menuliskan kisah kehidupannya. Sebenarnya yang bikin menarik dari kisah kehidupannya adalah, dia pernah diramal, katanya sepanjang hidupnya dia akan hidup susah dan harus bekerja keras. Coba bayangkan kalau udah tau duluan hidup bakal susah kira-kira reaksi kita bagaimana?

Lanjutkan membaca “Cerita Kehidupan part 1”