KMovie: Exit (2019)

Tulisan ini sebagai bagian kegiatan nulis review film bareng dari grup KLIP (Kelas Literasi Ibu Profesional) yang suka nonton drakor selain literasi. Karena menonton drama korea butuh waktu lebih banyak, yuklah kita nonton film Korea sesekali. Industri film Korea gak kalah keren kok dari film Hollywood.

Sekali-kali nonton film Korea, jangan dramanya saja. Film ini berdurasi 1 jam 43 menit, dan cocok buat hiburan untuk seluruh keluarga. Film bergenre  action, comedy ini bercerita tentang bagaimana seorang yang hobi panjat tebing menyelamatkan keluarga dan dirinya sendiri dari bencana gas beracun yang tersebar di kota Seoul. 

Poster Exit (Sumber: IMDB Exit)

Awalnya saya pikir, bagaimana mungkin cerita bencana dijadikan film komedi? Apa lucunya sebuah bencana? Bencana tentu saja tidak lucu, di bagian inilah dibutuhkan aksi untuk menyelamatkan diri.

Ceritanya

Film ini bisa dibilang terbagi dua, bagian awalnya lebih ringan dan komedi. Menceritakan latar belakang tokoh pria anak bontot yang sudah dewasa, hobi panjat tebing tapi hidupnya kurang beruntung. Keluarganya sering menjadikan bahan olok-olok karena dia masih tinggal dengan orangtuanya dan belum juga mendapatkan pekerjaan. Kerjanya sehari-hari ya makan tidur selain olahraga di taman tempat anak-anak kecil bermain.

Ibu dari tokoh pria ini akan berulang tahun ke 70, mereka mengadakan pesta agak jauh dari rumahnya. Belakangan diceritakan, ternyata si tokoh pria sengaja memaksa keluarganya menyewa ruang pertemuan di gedung yang jaraknya hampir 2 jam dari rumah mereka karena dia tahu gadis yang pernah dia suka 5 tahun sebelumnya bekerja di gedung pertemuan tersebut.

Trailer film Exit (2019) (Sumber: Youtube EonTalk)

Sedikit kilas balik, tokoh pria bertemu dengan tokoh wanita di tempat mereka berlatih panjat tebing. Cewek ini walau hobi panjat tebing tapi manis loh, jangan bayangkan cewek macho ya! Tapi ceritanya si cewek menolak si pria karena menganggapnya seperti abang saja, ouch.

Sampai di bagian ini, kisah filmnya masih terasa lucu. Percakapan antara tokoh-tokoh yang ada, dan kelakuan dari tokoh yang lain cukup untuk bikin saya senyum-senyum. Misalnya saja tentang ayahnya yang suka nonton drama Korea, rebutan remote dengan ibunya, khas film keluarga.

Berbeda dengan film-film yang terkadang lama dalam membangun latar belakang cerita, film ini menurut saya berjalan cukup cepat dan bahkan berhasil mengusir rasa kantuk yang sebelumnya ada sebelum mulai nonton. Dengan singkat saya bisa merasakan kasihan banget si tokoh pria ini. Bahkan di saat pesta dia sulit untuk jaga image dirinya dihadapan cewek yang dia masih suka, karena kelakuan keluarga besarnya.

Bagian kedua yang penuh aksi dari film ini dimulai ketika pesta ulang tahun usai. Sebelum mereka sempat pulang, ada orang yang menyebarkan gas beracun di area kota gedung pertemuan. Gas beracun ini bisa mengakibatkan orang yang terkena gas akan terluka kulitnya dan jika terhirup ke paru-paru bisa merusak paru-paru. Ketika melihat orang banyak berlari panik dan jalanan sudah mulai kacau, mereka memutuskan untuk masuk kembali ke gedung pertemuan.

Mulai dari titik ini, komedinya berkurang. Yang ada adalah perasaan seru ingin lari di tempat seakan bisa membantu mereka lari menyelamatkan diri dari gas beracun.

Namanya lari dari asap/gas, masuk ke dalam ruangan itu belum tentu aman. Gas itu bisa masuk melalui ventilasi. Jadi, setelah mereka masuk ke gedung pertemuan, mereka perlu mencari tempat yang agak tinggi. Baru merasa sedikit aman, eh gas beracunnya ternyata mulai naik juga. Mereka buru-buru lari menuju atap gedung.

Tentunya karena ini film, tak semudah itu mereka bisa keluar ke atap, karena si manajer gedung pesta ternyata tidak punya kuncinya. Kuncinya tertinggal di lantai dasar yang sudah penuh asap. Lalu bagaimana caranya mereka ke atap gedung? Di sinilah aksi si tokoh pria yang jago panjat gedung jadi berguna. 

Udah segitu aja? Mereka semua langsung selamat? Tentu tidak, karena satu dan lain hal si pria dan wanita tidak muat ke dalam helikopter yang datang menyelamatkan keluarga si pria. Tinggallah mereka berdua di atap gedung menunggu helikopter lain datang menyelamatkan mereka.

Karena asap terus naik dan hampir mencapai gedung tempat mereka berada, mereka mulai memikirkan mencari titik yang lebih tinggi lagi. Bisa dibilang, mulai dari situ isi dari film  ini adalah mereka berlari, memanjat, melompat dan berlari lagi sambil harus mengenakan baju dari jas hujan plastik dan diplester dengan plester besar seadanya. 

Mereka mendapatkan topi masker yang ada oksigen untuk 10 – 15 menit saja yang tersedia sebagai masker darurat di gedung pertemuan. Mereka berlari sambil mencari tempat-tempat di mana ada oksigen untuk tambahan. Untungnya pemerintah kota juga bertindak cepat untuk menyebarkan alat pelindung diri ini di tempat tertentu. Mereka berusaha berlari ke tempat yang lebih tinggi sambil menunggu helikopter yang datang menyelamatkan mereka.

Nah yang bikin seru adalah, entah kenapa helikopternya ga ada yang melihat mereka walaupun mereka lari dari atap satu gedung ke atap gedung lain. Sampai akhirnya ada satu drone ilegal yang melihat mereka yang disiarkan langsung di sebuah saluran TV.

Saya semakin heran, kenapa setelah disiarkan di TV begitu, helikopter penyelamat tetap saja tidak langsung datang. Malahan banyak drone (ilegal) lain yang datang seperti berlomba ingin menyiarkan detik-detik terakhir hidup mereka.

Nah bagaimana kelanjutannya? Apakah mereka akhirnya bisa selamat mencapai titik lebih tinggi daripada gas beracun? Apakah helikopter penyelamat akan datang tepat waktu? Bagaimana cara melenyapkan gas beracunnya? Ini bisa ditonton sendiri. Gak seru kalau semua dikasih tahu di sini, hehe.

Daya Tarik Film Ini

FIlm ini diperankan oleh Cho Jong-Seok dan Lim Yoon-ah. Film ini sudah mendapat banyak award untuk artis dan aktornya, termasuk nominasi award untuk Baeksang Art Award ke-56 yang baru akan diumumkan bulan Juni nanti. Film ini menempati film terlaris ke-3 sepanjang 2019 dengan lebih dari 9,4 juta tiket terjual di Korea.

Akting dari pemeran utama maupun pemeran pendukung semua terasa menyenangkan untuk dilihat. Percakapan yang ada juga bisa menambah kelucuan ataupun ketegangan dari film ini.

Jalan cerita yang cukup cepat dan penjelasan tentang bencana gas beracun sampai penyelesaianya semua diselesaikan dengan tuntas. Saya tidak suka film yang banyak hal dibiarkan menggantung tanpa penjelasan, jadi penyelesaian cerita itu penting buat melihat sebuah film menarik atau tidak.

Saya juga kagum dengan stamina dari tokoh wanitanya. Dia bisa mengimbangi berlari, memanjat dan melompat yang dilakukan oleh tokoh prianya. Mungkin saja mereka pakai pemeran pengganti, tapi pada saat wajahnya di perlihatkan dari dekat, kelihatan cukup meyakinkan si wanita seperti benar-benar berlari tanpa henti.

Penutup

Film ini cukup menarik untuk ditonton bersama keluarga. Kita bisa belajar beberapa teknik menyelamatkan diri jika ada bencana, termasuk memikirkan cara memberi tanda SOS.

Anak saya yang kecil agak takut melihat filmnya, dia takut terutama karena banyak adegan berlarinya, dia sepertinya merasa lelah karena terbawa dengan suasana film pengen ikut lari-lari, hehehe.

Gimana, masih ragu mau nonton atau tidak? Ini beberapa tulisan dari teman-teman saya yang juga mereview film ini. Siapa tau masih butuh sudut pandang lain sebelum memutuskan menontonnya. Mampir yuk ke tulisan teman-teman saya.

Siapa yang Masih Baca Ramalan Bintang dan Shio?

Saya bahkan sering lupa saya bintangnya apa dan shio nya apa. Sudah lama tidak melihat kolom ramalan bintang ataupun shio. Terakhir sempat terpikir soal shio waktu tahun baru Imlek, tapi ya sekilas begitu saja.

Siapa yang membaca ramalan peruntungan Anda di awal tahun 2020 ataupun tahun Tikus? Apakah ada yang menyebutkan kalau akan ada pandemi seperti sekarang ini? Adakah yang ramalannya bisa benar, atau lebih banyak hal-hal menyenangkan dalam ramalan yang ada.

Zodiac Wheel (Sumber: Freepik.com)

The Orville Season 2 Episode 5: All The World is Birthday Cake

Saya teringat salah satu episode dari serial The Orville season 2 episode 5 yang berjudul: All The World is Birthday Cake. Dalam episode tersebut, mereka sedang mengadakan kontak pertama dengan sebuah planet baru. Awalnya mereka merasa aneh, kenapa semua bayi dilahirkan prematur sebelum waktunya di bulan tersebut. Dan pada saat makan bersama, tidak sengaja mereka bercerita kalau 2 dari kru kapal yang hadir akan merayakan ulang tahunnya di minggu tersebut.

Lanjutkan membaca “Siapa yang Masih Baca Ramalan Bintang dan Shio?”

Nonton Film Indonesia di Netflix

Belakangan ini mulai bosan dengan drama korea. Sebenarnya banyak yang lagi hits dan jadi pembicaraan, dan direkomendasikan. Mau yang sudah selesai atau yang masih tayang setiap minggunya, ada banyak yang katanya bagus-bagus, seru dan menguras emosi.

Drama korea dengan cerita zombie atau cerita selingkuh, cerita setengah robot atau cerita pengacara yang penuh intrik atau cerita cinta pertama yang kenal dari masih kecil, sebagian besar ada di Netflix. Tapi rasanya dengan anak-anak di rumah saja, kurang baik kalau mereka ikut menonton film-film tersebut.

Beberapa hari lalu saya mulai terpikir untuk menonton film Indonesia saja di Netflix. Salah satu yang membuat saya mulai mencari film Indonesia lagi karena seorang teman yang di Bangkok membagikan kalau film Bumi dan Manusia sudah masuk Netflix Thailand. Nah gara-gara mencari film itu, malah menemukan beberapa film lain yang sepertinya lebih cocok untuk ditonton dengan anak-anak.

Saya memang sudah lama sekali tidak menonton film Indonesia. Sejak tinggal di Chiang Mai tahun 2007, saya hanya tahu film Indonesia yang ramai dibicarakan di sosial media saja. Itupun saya tidak selalu tertarik untuk menontonnya. Kalaupun tertarik, kadang sulit mendapatkan filmnya.

FIlm Indonesia di Netflix

Awal berlangganan Netflix, sebenarnya sudah pernah melihat ada film Indonesia. Waktu itu heran ada film judulnya What’s up with Love?, ternyata itu film Ada apa dengan Cinta yang judulnya diterjemahkan ke bahasa Inggris. Terus ada juga beberapa film lain, tapi umumnya film lama yang mana sudah saya tonton sebelumnya.

Biasanya film yang ramai dibicarakan itu kalau diangkat dari buku. Bukunya laris, lalu difilmkan. Semua berbondong-bondong menonton lalu kecewa karena katanya cerita di buku lebih bagus daripada filmnya. Ya iyalah ya, saya belum pernah menemukan ada film yang diangkat dari buku bisa lebih bagus dari bukunya. Tapi kalau belum sempat baca bukunya, menonton filmnya bisa memberi gambaran ingin baca bukunya atau tidak.

Selain yang saya ambil gambarnya dari aplikasi Netflix ini, ada banyak lagi film Indonesia lainnya. Tapi saya pikir, karena mau menontonnya dengan anak-anak, sebaiknya pilihan ke film yang ada pelajarannya. Kemarin pilihan pertama, nonton Laskar Pelangi yang judulnya diterjemahkan menjadi Rainbow Troops.

Untungnya, film Indonesia di Netflix ini filmnya juga diberi subtitle bahasa Inggris. Untuk anak saya yang belum begitu terbiasa menonton film Indonesia, adanya subtitle ini cukup membantu dia untuk memahami jalan ceritanya.

Saya tahu film Laskar Pelangi ini sudah lama, dan saya tahu film ini diangkat dari buku karya Andrea Hirata dan kabarnya terinspirasi dari kisah nyata. Menonton film Laskar Pelangi ini membuat saya ingin membaca bukunya. Apalagi semua teman saya bilang kalau bukunya jauuuuh lebih bagus daripada filmnya. Iya saya pengen baca tapi belum menemukan bukunya.

Saya mencoba cari buku digital Laskar pelangi di beberapa tempat belum ketemu juga. Di Ipusnas dan Gramedia Digital tidak ada, di Google Playbook dan Kindle Amazon malah nemu buku yang diterjemahkan ke bahasa Inggris dan Mandarin. Kalau mencari buku fisiknya, akan lebih sulit lagi, apalagi sekarang ini belum tahu kapan penerbangan Thailand – Indonesia normal kembali.

Poster Film Bumi Manusia di Netflix

Film berikut yang ingin saya tonton itu film Bumi Manusia atau yang diterjemahkan Netflix jadi The Earth of Mankind. Film ini juga diangkat dari bukunya Pramoedya Ananta Toer. Tapi kalau lihat ratingnya, kemungkinan ini ditonton tanpa anak-anak.

Banyak teman saya bilang lebih baik baca bukunya daripada nonton filmnya. Tapi persoalan yang sama dengan Laskar Pelangi, belum ketemu bukunya. Lagipula tidak ada salahnya menonton dulu, nanti cari bukunya kemudian.

Ada beberapa film yang menarik perhatian saya. Kalau dari judulnya sih bisa untuk sekalian belajar sejarah Indonesia. Tapi harus dicari tahu dulu ini filmnya berdasarkan sejarah Indonesia atau sudah dijadikan fiksi semata. Kalau mau ajak anak-anak juga harus memperhatikan rating usia penontonnya juga.

Poster Film Guru Bangsa Tjokroaminoto di Netflix

Kalau dari judul yang ada di foto sebelumnya, saya ingin menonton film Soekarno, Habibie, Guru Bangsa Tjokroaminoto, 3 Srikandi, Athirah, Sokola Rimba, Sang Pemimpi, dan Cahaya dari Timur: Beta Maluku. Banyak juga yah.

Rencananya, kalau memang filmnya ratingnya cocok untuk anak-anak, nontonnya bisa untuk hiburan setelah jam belajar selesai. Padahal nontonnya juga buat sambil belajar juga. Belajar bahasa Indonesia dan belajar sejarah Indonesia.

Ada rekomendasi film Indonesia lain di Netflix yang menarik untuk ditonton bersama atau tanpa anak-anak?

TV Series: The Orville (2017-)

Serial The Orville, merupakan serial TV Amerika bergenre science-fiction, yang juga mengandung unsur petualangan, komedi dan drama. Awalnya saya pikir serial ini hanya berusaha memparodikan serial TV Star Trek, tapi ternyata saya salah. Sejauh ini baru ada 2 season. Season pertama tayang tahun 2017 – 2018 dan season ke-2 tayang 2018 – 2019. Rencananya akan ada season ke-3 di akhir tahun 2020. 

Awak kapal The Orville (source: IMDB The Orville)

Seperti halnya dengan Star Trek, film ini mengambil tempat di sebuah kapal luar angkasa bernama The Orville dengan misi eksplorasi dan membantu sesama anggota Planetary Union. Kisahnya terjadi sekitar abad ke-25 atau 400 tahun dari sekarang. Awak kapalnya terdiri dari berbagai spesies yang tergabung dalam Planetary Union. Masing-masing spesies yang ada umumnya seperti manusia, walaupun ada juga spesies aneh yang berbentuk seperti jell-o ataupun yang seperti robot cerdas dari metal dengan kesadaran kolektif.

Lanjutkan membaca “TV Series: The Orville (2017-)”

Ngobrolin Film: Doctor Strange

Berhubung hari ini masih dalam rangka di rumah saja dan lagi ga ada tontonan drama Korea yang menarik, saya jadi juga nonton ulang film Doctor Strange ini di HBO Go.

Saya ingat, pertama kali nonton film ini di bioskop di Chiang Mai dengan subtitle bahasa Thai jadi harus didengarkan dengan seksama percakapannya. Tapi beberapa percakapan tidak terdengar dengan baik, tapi masih tetap bisa mengerti garis besar apa yang terjadi dalam ceritanya.

poster credit: Marvel Studios

Film ini release tahun 2016, waktu Joe ngajakin nonton film ini saya sama sekali belum pernah dengar nama tokoh dari komik Marvel yang satu ini. Jadi waktu awal cerita ditunjukkan ada seorang tokoh dokter neurosurgeon yang jagoan bernama Stephen Strange saya pikir loh ini cerita komik Marvel atau cerita Grey’s Anatomy sih?

Ternyata, itu cuma latar belakang untuk menunjukkan karakter si Doctor Strange yang diperankan Benedict Cumberbatch. Iya, Strange itu nama belakangnya si doctor, bukan karena kelakuannya yang aneh hehehe. Lebih aneh kelakuan Sherlock Holmes si daripada doctor Strange, tapi aktornya bisa cocoklah memainkan peran ini.

Ceritanya dia medical doctor yang jagoan dan membuatnya agak arogan gitu deh, tapi karena menyetir sambil menerima telepon (contoh buruk jangan ditiru), menyebabkan dia mengalami kecelakaan dan lukanya parah sampai tangannya selalu gemetar dan tidak mungkin bisa untuk melakukan operasi lagi. Dia berusaha mencari cara supaya bisa sembuh lagi dan akhirnya pencariannya termasuk metode alternatif yang membawanya ke Kathmandu, Nepal karena dia menemukan ada seorang yang bisa sehat kembali padahal sebelumnya dia anggap kasus yang tidak ada harapan.

Lanjutkan membaca “Ngobrolin Film: Doctor Strange”

Upgrade Internet dapat HBO

Bulan lalu, kami melihat ada tawaran upgrade paket internet dari provider 3BB di mana kami berlangganan. Sebelumnya kami membayar 1200 baht/bulan untuk kecepatan 700Mbps/700 Mbps. Lalu ada penawaran dengan menambah 39 baht/bulan (ga sampai 20 ribu rupiah) bisa mendapatkan paket Gigatainment. Dengan membayar 1239 baht/bulan, kami bisa mendapatkan koneksi internet yang lebih cepat menjadi 1Gbps/1Gbps dan tambahan paket HBO Go, MonoMax dan OKE.

Paket HBO nya selain HBO GO yang merupakan kumpulan film yang kita pilih kapan saja kita ingin menontonnya seperti Netflix, juga ada Live Stream yang punya jadwal penayangan filmnya: HBO Hits, HBO Signature, HBO Family, HBO Red dan Cinemax. Bedanya apa sih? Sepertinya itu cuma beda penargetan pemirsa saja, kalau buat saya sih lebih suka yang on demand nya, jadi bisa pilih mau nonton apa kapan saja.

Lanjutkan membaca “Upgrade Internet dapat HBO”

Ngobrolin TV Series: Grey’s Anatomy

Siapa yang masih mengikuti serial Grey’s Anatomy yang sekarang sudah sampai ke Season 16 episode 16? Sepertinya tidak banyak yang mengikuti lagi sejak beberapa pemeran awal mulai berkurang.

Pemeran awal serial Grey’s Anatomy (sumber: American Broadcasting Company, 2005)

Episode pertama serial ini ditayangkan bulan Maret 2005, dan sekarang sudah Maret 2020. Dalam kurun waktu 15 tahun, pemerannya saja sudah bertambah umur 15 tahun dan memiliki keluarga dan anak-anak.

Saya mengikuti serial ini tidak dari awal. Pertama mengikuti karena rekomendasi dari seorang teman. Saya lupa persisnya mulai dari kapan. Saya sempat menonton sekaligus beberapa season awal dan setelahnya mengikuti setiap ada episode baru.

Lanjutkan membaca “Ngobrolin TV Series: Grey’s Anatomy”